"Ah, mungkin itu hanya halusinasimu, Bu. Kemarin aku lihat Maria baru pulang saaat aku dari rumahmu."
Sejak saat itu, omongan Ibu Ensiklopedia tak terlalu dihiraukan ibu-ibu.
Namun, seminggu kemudian, ibu Ensiklopedia menjerit-jerit kembali. Kali ini warga semakin heboh karena tangan suami Ibu Ensiklopedia berisimbah darah. Beberapa pemuda segera melarikan pria itu ke rumah sakit sementara yang lainnya membersihkan ceceran darah di dekat sofa.
"Tadi Maria mau membunuhku! Aku langsung mengambil pisau tapi terkena suamiku. Sungguh, kalian harus percaya!"
Warga lalu menenangkan Ibu Ensiklopedia yang terus meraung-raung. Di malam itu, mereka juga bertemu Maria yang lagi-lagi baru pulang dengan sebungkus tas kresek. Beberapa warga sempat ingin bertanya pada wanita itu tapi mereka urungkan. Mereka sudah cukup lelah menangani perseteruan Ibu Ensiklopedia dengan Maria. Apalagi mereka melihat Maria masih sopan dan tak ada yang disembunyikan.
Pergunjingan di toko sayur kini serasa hampa karena ibu Ensiklopedia masih sakit akibat peristiwa kemarin malam. Bola panas beralih pada terkaan warga bahwa embusan kabar miring itu hanya akal-akalan ibu Ensiklopedia.
Sayang, bola panas itu berakhir ketika mereka menemukan ibu Ensiklopedia bersimbah darah beberapa malam kemudian. Saat suaminya baru saja pulang dari rumah sakit, ibu paruh baya itu meregang nyawa tak jauh dari kamar tidurnya.
Perutnya terurai dengan luka tusuk yang menganga. Warga semakin gempar karena di dekatnya ada sebuah bungkusan. Ketika mereka membukanya, bungkusan itu adalah kepala tengkorak dan secarik kertas. Kertas lusuh bertuliskan tinta hitam berbunyi:
"Terima kasih, Bu Ensklopedia. Ini kukembalikan kepala ayahku yang kau rebut dari ibuku agar bisa menemanimu".
Salam sayang, Maria.
Warga pun berhamburan ke rumah Maria dan tak menemukan satu pun orang di sana.