Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Sisa Semangat Pedagang Suvenir di Tengah Sepinya Kunjungan Candi Mendut dan Pawon akibat Pandemi

12 Juni 2021   20:06 Diperbarui: 17 Juni 2021   13:00 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya masih memilih candi-candi kecil untuk menemani liburan saat ini.

Selain sepi karena tak banyak pengunjung, aturan ketat yang biasanya diberikan oleh pengelola candi membuat hati saya menjadi lebih tenang. Atas alasan itulah, selepas turun dari bus Trans Jateng, saya pun berjalan kaki keluar dari Terminal Borobudur.

Memesan ojek daring saya lakukan untuk menghindari zona merah. Tujuan saya pada liburan singkat hari itu adalah Candi Mendut dan Candi Pawon. Dua candi ini berada tidak jauh dari Candi Borobudur. 

Meski dekat dan saya beberapa kali ke Candi Borobudur, saya belum pernah sama sekali mengunjunginya. Bahkan, Candi Mendut yang saya lewati kala menuju Candi Borobudur pun tak pernah saya jejaki.

Tidak masuk dalam paket liburan Candi Borobudur membuat dua candi ini kerap terabaikan. Saat masih mengajar dulu dan mendampingi siswa saya liburan, operator wisata lebih memilih memasukkan wisata belanja dibandingkan tur ke candi ini. 

Padahal menurut saya, dengan berhenti sekitar 30 menit saja, mendatangi dua candi ini sebagai tujuan tidaklah masalah. Toh masih ada banyak waktu yang terisisa. 

Makanya, ketika siswa sekolah berlibur ke Borobudur, mereka tidak tahu bahwa ada dua candi lain yang jika ditarik garis lurus letaknya masih segaris dengan candi terbesar di dunia tersebut.

Saya memutuskan naik ojek daring karena lumayan capek juga jika berjalan kaki. Apabila saya datang bersama rombongan, lebih asyik sebenarnya naik delman atau menyewa mobil VW yang kini mulai ngehits di sekitaran Candi Borobudur. 

Tak apalah, ojek daring sudah menjadi penyelamat di mana pun dan kapan pun. Saya pun tiba di Candi Mendut tak sampai 5 menit dari area Terminal Borobudur.

Baru turun dari sepeda motor dan memberi rating sang driver, saya langsung didatangi oleh seorang ibu-ibu paruh baya dengan menenteng empat buah kaos bergambar Candi Mendut. 

Ia meyakinkan saya untuk membeli kaos yang dijualnya. Hampir tiga kali tawaran itu saya tolak karena saya ingin masuk ke candi dulu. Meski begitu, ia masih kekeuh agar saya bisa melihat kembali barang dagangannya selepas menikmati candi. 

Saya hanya tersenyum. Sungguh tidak enak sekali menolak ibu-ibu yang sudah cukup hopeless dengan minimnya pengunjung candi itu. Namun, bagaimana lagi, saya pergi dengan uang terbatas.

Saya tak langsung masuk ke pelataran candi karena memotret vihara dulu yang berada di dekat pintu masuk. Vihara ini masih tampak sepi meski baru saja dilaksanakan perayaan Trisuci Waisak. 

Selepas memotret, saya langsung menuju kamar mandi karena sudah hampir 2 jam menahan hasrat buang air kecil karena naik Trans Jateng.

Vihara di dekat Candi Mendut - Dokumen Pribadi
Vihara di dekat Candi Mendut - Dokumen Pribadi
Seorang bapak-bapak tampak tengah mengantuk ketika berjaga di sebuah ponten. Saya mengucapkan salam sembari minta izin untuk BAK. 

Si Bapak langsung semangat dan berdiri sambil memberikan informasi mengenai fasilitas ponten yang bisa saya gunakan. 

Mulai BAK, BAB, bahkan mandi atau beristirahat sejenak. Barangkali beliau melihat saya membawa tas besar sehingga membutuhkan fasilitas tersebut. 

Saya memaknainya dengan kegembiraan karena akhirnya setelah sekian lama ada juga pengunjung yang datang ke candi itu.

Kios yang sunyi - Dokumen Pribadi
Kios yang sunyi - Dokumen Pribadi
Selepas menunaikan hajat, saya pun membayar uang jasa ponten. Berjalan ke arah loket, suasana sepi yang teramat sangat. 

Terutama, di sekitar kios oleh-oleh yang berderet sebelum pintu masuk. Saya tiba-tiba jadi kepikiran berapa ya pendapatan yang pedagang dapatkan saat kondisi sepi begini. Apa pemerintah sudah memberikan bantuan pada mereka?

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dua orang berseragam di pintu masuk menyambut saya dengan ramah. Saya harus mencuci tangan dulu dan dicek suhu tubuh sebelum masuk. 

Tiket yang harus saya bayar adalah 10.500 rupiah, tiket ini termasuk tiket terusan menuju Candi Pawon. Selepas membeli tiket, saya mulai menyusuri bagian candi berbentuk dasar kubus hampir sempurna itu.

Mula-mula, saya menuju selasar candi yang berada di bagian barat. Mata saya tertarik pada bagian pangkal tangga yang terdapat relief bergambar naga. Relief ini cukup jelas terbaca karena ada binatang seperti singa pada bagian mulut naga tersebut. Naga makan singa?

Relief Kuwera dan Hariti - Dokumen Pribadi
Relief Kuwera dan Hariti - Dokumen Pribadi
Saya tak mendapatkan jawaban itu. Hanya kisah mengenai pertobatan Kuwera dan Hariti. Sepasang suami istri raksasa yang mulanya gemar memakan anak. Lantaran sudah bertobat setelah bertemu Buddha, mereka pun menjadi dewa dan dewi pelindung anak-anak. 

Makna yang sangat dalam jika dilihat pada masa sekarang. Candi ini kerap menjadi ikon anak-anak SD yang bermain di selasar candi yang begitu meriah. 

Pemandangan ini saya jumpai dari balik kaca bus yang mengantarkan rombongan saya dan murid sekolah saya dulu. Saya hanya bisa menatap nanar andai kata murid-murid saya bisa juga memaknai candi ini.

Pengunjung dilarang naik ke tubuh candi. - Dokumen Pribadi
Pengunjung dilarang naik ke tubuh candi. - Dokumen Pribadi
Pengunjung tidak diperbolehkan untuk naik ke badan candi. Entah karena masih perbaikan atau sedang masa pandemi, petugas candi dua kali memperingatkan saya agar tidak naik dan saya hanya diperbolehkan berkeliling di pelataran candi.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Saya pun kemudian beralih ke pohon beringin yang juga menjadi ikon khas dari candi ini. Di dekat pohon itu, ada beberapa buah bangku yang bisa digunakan untuk photo shoot. 

Asli, jiwa pageant lover saya meronta-ronta. Sungguh ingin sekali bisa melakukan pemotretan dengan baju beskap atau batik sembari melakukan catwalk ala-ala Puteri Indonesia Jawa Tengah di sana dan berteriak seperti:

Jihane Almira Chedid.... Aktris..... Jawaaaaaa Tengaaaaah....

Sayang, saya sendirian dan suasana cukup panas. Ilusi tersebut pun saya kubur dalam.

Panas ya wak.... - Dokumen Pribadi
Panas ya wak.... - Dokumen Pribadi
Setelah puas berkelling, saya pun memesan ojek daring kembali untuk menuju Candi Pawon. Hanya berjarak sekitar 2 km, tak sampai 5 menit juga saya sampai di sana. Candi ini sendiri berada di dalam gang pemukiman warga. 

Sepanjang jalan menuju candi ini, saya menemui banyak kandang kuda. Ini menandakan bahwa penduduk di sekitarnya adalah para kusir yang menjajakan jasa di Candi Borobudur. 

Tak hanya itu, beberapa kafe dan toko cindera mata juga tampak berjajar rapi meski saat ini mereka juga tak banyak pembeli.

Jalan menuju Candi Pawon - Dokumen Pribadi
Jalan menuju Candi Pawon - Dokumen Pribadi
Setelah sampai dan memberi rating ojek driver, saya duduk sebentar di sebuah kursi menghela napas di depan loket. Dua petugas sudah bersiap menyambut saya yang tak kunjung beranjak. 

Maklum, sehabis berkeliling tadi saya mulai haus dan meneguk air putih sebentar. Tiket masuk dari Candi Mendut pun saya berikan sehingga saya langsung diperbolehkan masuk.

Tak banyak kegiatan yang saya lakukan di candi ini karena dilarang untuk naik. Saya hanya memotret candi dari balik pohon yang kerap menjadi favorit saya. 

Kegemaran saya memang mengumpulkan foto candi yang saya ambil dari balik pohon. Entah, saya merasa keanggunan bangunan candi tersebut akan semakin paripurna jika sedikit tertutup dahan dan daun pohon yang rimbun, eksotik dan menawan.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Candi ini sendiri memiliki keunikan karena arsitekturnya meski bercorak Buddha, tetapi memiliki tubuh yang ramping seperti candi bercorak Hindu. Pada bagian tubuh candi, terdapat ruangan yang dahulu digunakan sebagai tempat arca Bodhisatwa. 

Penggambaran ini dimaknai dengan adanya seorang raja diyakini telah mencapai tingkatan sosok yang mendedikasikan diri demi alam semesta tersebut. Melihat keunikannya ini, saya mengandaikan jika bisa datang bersama siswa saya. 

Tentu, saya bisa bercerita bahwa arsitektur candi tidak harus strict bercorak Hindu atau Buddha tetapi bisa gabungan dari keduanya. Candi ini adalah contohnya yang juga melambangkan kerukunan antar umat beragama.

Relief pada kaki Candi Pawon. - Dokumen Pribadi
Relief pada kaki Candi Pawon. - Dokumen Pribadi
Sebuah makna besar yang sering dikesampingkan ketika seseorang berkunjung ke sebuah candi. Makna sederhana yang kerap kita abaikan begitu saja. Termasuk, ketika seorang rombongan keluarga dari luar kota datang dengan menggunakan delman. 

Saya yakin mereka menyewa delman tersebut dari kompleks Candi Borobudur. Mereka bertanya apa yang menarik dari sebuah candi yang kecil. 

Mereka hanya memotret sebentar dan bilang "oh" ketika sang kusir menjelaskan. Tanpa ada ketertarikan untuk turun dan menjejakinya sebentar.

Arca dan berbagai pernak-pernik lain yang dipajang di sebuah toko suvernir. - Dokumen Pribadi
Arca dan berbagai pernak-pernik lain yang dipajang di sebuah toko suvernir. - Dokumen Pribadi
Selepas kepergian mereka, saya menatap nanar ke toko suvenir yang menjual arca dan beberapa pernak-pernik seputar candi ini. Saya tidak yakin, jika tanpa campur tangan pihak yang berkepentingan, bisa-bisa mereka akan gulung tikar. 

Bagi saya, memaknai Candi Borobudur memang tetaplah hal utama karena menjadi situs warisan dunia. Akan tetapi, memaknai Candi Borobudur akan semakin paripurna jika diiringi pula dengan dua candi di dekatnya.

Semoga dua candi ini lebih banyak dikunjungi bersamaan dengan harapan penurunan kasus covid-19 yang menggila di Jawa Tengah.     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun