Saya hanya tersenyum. Sungguh tidak enak sekali menolak ibu-ibu yang sudah cukup hopeless dengan minimnya pengunjung candi itu. Namun, bagaimana lagi, saya pergi dengan uang terbatas.
Saya tak langsung masuk ke pelataran candi karena memotret vihara dulu yang berada di dekat pintu masuk. Vihara ini masih tampak sepi meski baru saja dilaksanakan perayaan Trisuci Waisak.Â
Selepas memotret, saya langsung menuju kamar mandi karena sudah hampir 2 jam menahan hasrat buang air kecil karena naik Trans Jateng.
Si Bapak langsung semangat dan berdiri sambil memberikan informasi mengenai fasilitas ponten yang bisa saya gunakan.Â
Mulai BAK, BAB, bahkan mandi atau beristirahat sejenak. Barangkali beliau melihat saya membawa tas besar sehingga membutuhkan fasilitas tersebut.Â
Saya memaknainya dengan kegembiraan karena akhirnya setelah sekian lama ada juga pengunjung yang datang ke candi itu.
Terutama, di sekitar kios oleh-oleh yang berderet sebelum pintu masuk. Saya tiba-tiba jadi kepikiran berapa ya pendapatan yang pedagang dapatkan saat kondisi sepi begini. Apa pemerintah sudah memberikan bantuan pada mereka?
Tiket yang harus saya bayar adalah 10.500 rupiah, tiket ini termasuk tiket terusan menuju Candi Pawon. Selepas membeli tiket, saya mulai menyusuri bagian candi berbentuk dasar kubus hampir sempurna itu.