Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Malah Merasa Bahagia Ketika Rugi Bandar Menerbitkan Buku Sendiri

26 Mei 2021   08:41 Diperbarui: 26 Mei 2021   08:47 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski demikian, mindset  bahwa keuntungan menulis buku hanya bisa diukur dari materi semakin kuat terpatri dari pertanyaan-pertanyaan tadi. Kala menulis buku menjadi sebuah pilihan, maka penilaian tentang keuntungan materi akan sering dipertanyakan. 

Padahal jika boleh jujur, banyak penulis buku -- termasuk saya -- rugi bandar dari kegiatan menulis dan menerbitkan buku. Rugi materi, rugi waktu, dan rugi tenaga. Terlebih, jika kegiatan penerbitan buku dilakukan secara mandiri/indie seperti yang saya lakukan. Kerugian pun harus siap ditanggung dan bayangan mendapatkan untung secara materi hanyalah fatamorgana semata.

Lalu, berapa kerugian yang saya alami?

Untuk menghitungnya, kita mulai dari biaya penerbitan yang harus saya tanggung. Sebenarnya, saya mendapatkan penerbit indie yang cukup murah dengan kualitas cetakan baik. Harga satu paket dasar yang saya pilih adalah 500.000 rupiah. Harga itu termasuk jasa penyuntingan, jasa desain cover, jasa promosi 1 kali di media sosial, dan 2 eksemplar buku saya yang belum termasuk ongkir. 

Namun, karena jumlah halaman saya melebihi jumlah halaman yang ditentukan dalam paket tersebut, maka saya harus membayar ekstra 60.000 rupiah. Total uang yang saya keluarkan adalah 560.000 rupiah.

Harga dasar satu buah buku saya adalah 45.000 yang juga belum termasuk ongkir. Saya diberi pilihan oleh penerbit untuk menjual buku dengan beberapa harga , mulai 60.000 hingga 75.000. Saya memilih harga 60.000 saja karena bagi saya sudah cukup murah. Semua keuntungan tersebut akan masuk kepada saya tanpa dipotong oleh penerbit sepeserpun.

Setelah promosi dan melakukan beberapa kali PO, akhirnya buku saya terjual sebanyak 30 buah. Sebenarnya, saya mencetak sebanyak 32 buah tetapi dua buah buku saya berikan ke rekan terdekat sebagai cendera mata. Dua buku ini tidak saya masukkan perhitungan karena memang murni keinginan saya memberi mereka hadiah.

Keuntungan penjualan sebanyak 30 buku tersebut sebesar 450.000 rupiah. Tentu, keuntungan penjualan ini tidak bisa menutupi biaya penerbitan buku yang keluarkan. Saya tekor sekitar 110 ribu rupiah dari kegiatan ini. Alhasil, saya bisa mengatakan bukannya untung, saya malah rugi dengan kegiatan ini secara materi.

dokpri
dokpri
Apakah dengan tekornya saya ini membuat saya kapok menerbitkan buku kembali?

Ternyata tidak. Malah saya ketagihan. Ada rasa kepuasan yang tak bisa terukur dengan uang. Kepuasan itu bisa berupa membaca kembali hasil karya kita. Saya  bisa puas dan bahkan senyum-senyum sendiri ketika membaca beberapa bagian dalam buku saya. Entah, dorongan apa yang membuat saya bisa puas seperti itu.

Kepuasan saya juga datang dari feedback pembaca buku saya. Mereka kerap menggali informasi lebih seputar tulisan yang sedang saya buat. Ketika mereka mendapatkan pengetahuan baru dari apa yang saya tulis, di situlah saya merasa mendapatkan keuntungan yang lagi-lagi tidak bisa diukur dengan uang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun