Menjadi pedoman yang digunakan oleh para guru dalam mengembangkan pembelajaran sesuai kreativitas mereka dan kondisi kelas yang diampunya tetapi masih dalam batasan aturan yang telah ditetapkan. Bukan lagi seragam dan hanya sebagai formalitas semata untuk memenuhi tanggung jawab kepada atasan.
Kedua, bahan ajar yang digunakan sudahkah benar-benar merdeka untuk digunakan.Â
Setiap guru, pasti memiliki bahan ajar masing-masing, terutama materi dan pengayaan yang bisa mereka buat. Semangat merdeka belajar sudah seharusnya memberi kesempatan bagi guru untuk mengembangkan bahan ajar ini.
Sayangnya, pada beberapa daerah pembuatan Buku Kerja Siswa (BKS) secara terpusat menyebabkan guru tak memiliki kemerdekaan dalam membuat bahan ajar sesuai kreativitas mereka.Â
Dengan adanya BKS, tak jarang menjadi beban bagi siswa dan guru untuk menghabiskan materi yang begitu padat selama satu tahun pelajaran.
Pembelajaran pun akan seragam untuk semua sekolah yang menggunakan BKS tersebut. Padahal, jika boleh jujur, bahan ajar di dalam BKS tersebut seakan mengekang siswa untuk mencapai target tertentu dalam mengerjakannya.Â
Dengan demikian, sudahkah merdeka belajar bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan?
Ketiga, untuk mencapai merdeka belajar, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah rasa ikhlas dari para guru ketika mengajar.Â
Rasa bahagia dalam membimbing peserta didik. Tanpa rasa ikhlas dan bahagia, tentu mereka tidak akan mendapatkan kemerdekaan belajar seperti yang dicita-citakan.
Kemerdekaan ini akan bisa dicapai jika kondisi mental para guru dalam keadaan baik. Hubungan relasi guru dengan kepala sekolah, pengawas, wali murid, tenaga kependidikan, dan sesama guru sendiri terjalin dengan apik. Kerja sama yang sinergi di antara mereka berlangsung secara harmonis sesuai tanggung jawab mereka masing-masing.
Nyatanya, dalam praktik di lapangan, hubungan tersebut seringkali tidak harmonis. Seringkali, hubungan antara guru dan kepala sekolah berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Tidak jarang, hubungan dingin antara keduanya terjadi di lingkungan sekolah karena faktor pribadi.