Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tak Masalah Gagal PPDB Zonasi, yang Penting Bangkitkan Semangatnya

8 Juni 2020   06:42 Diperbarui: 8 Juni 2020   10:58 2642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sistem zonasi di Kota Malang sudah berakhir jumat (5/6/2020) kemarin.

Banyaknya kendala yang dihadapi tidak menyurutkan langkah Dinas Pendidikan Kota Malang untuk tetap menyelesaikan tahapan pendidikan ini hingga rampung.

Seluruh SD dan SMP negeri pun sudah mengumumkan siapa saja yang calon siswa berhasil menjadi siswa baru di instansinya masing-masing.

Tentu, ada lebih banyak siswa yang gagal dengan alasan jarak yang terlalu jauh atau umur yang kurang bagi calon siswa SD Negeri.

Ada juga yang gagal lantaran ada masalah Kartu Keluarga yang tidak sesuai dengan aturan yang diterapkan. Berbagai alasan tersebut membuat calon siswa yang tidak diterima memberikan respon yang beragam.

Ada yang legowo dan mau menerima hasil tersebut dan tetap melanjutkan pendidikannya di sekolah mana pun dan ada pula yang tidak terima.

Bagi yang masih tidak bisa menerima, rasa marah dan kecewa bisa saja muncul. Biasanya, mereka mempertanyakan mengapa mereka tidak bisa bersekolah di sekolah yang diinginkan. Terlebih, bagi calon siswa yang rumahnya dekat dengan sekolah tersebut tetapi ada masalah KK yang menyebabkan dia tidak bisa lolos administrasi.

Pertanyaan mengapa temanku bisa masuk ke sekolah tersebut sedangkan aku tidak. Kebersamaan yang mereka alami bersama sedari TK atau SD harus terpisah akibat PPDB zonasi ini. Ada juga yang tetap ngotot bagaimanapun caranya agar ia bisa masuk ke sekolah tersebut.

Bahkan, pada kondisi yang sudah ekstrem, ada anak yang sudah tak mau lagi sekolah lantaran tidak bisa diterima di sekolah idaman melalui PPDB zonasi ini.

Apalagi, proses pendaftaran PPDB tahun ini yang amat panjang dan melelahkan menjadikan harapan mereka bisa masuk ke sekolah negeri begitu tinggi.

Ketika ekspektasi itu cukup tinggi lalu diiringi dengan kegagalan, maka semangat anak pun menjadi hilang. Itu yang terlukis dari komentar beberapa wali murid yang anaknya tidak bisa masuk ke sekolah yang diinginkan di berbagai jejaring sosial.

Tentu, kondisi semacam ini tidaklah menguntungkan. Walau tidak tahu kapan sekolah akan dimasukkan secara normal kembali, tetapi menjaga semangat mereka belajar haruslah tetap dilakukan karena bagaimana pun pendidikan adalah hal utama.

Maka, sebelum melakukan PPDB sekolah negeri, alangkah baiknya orang tua memberikan beberapa pemahaman sederhana mengenai kondisi yang terjadi saat ini.

Pemahaman utama adalah mengenai nilai yang tidak tidak digunakan dalam proses seleksi. Walau ada PPDB jalur prestasi, tetapi jumlah siswa yang diterima amatlah sedikit. Harapan utama memang pada PPDB zonasi.

Pemahaman mengenai jarak rumah yang digunakan juga bisa dipaparkan secara sederhana. Sembari menunggu PPDB, mencoba menyimulasikan jarak rumah ke sekolah juga bisa dilakukan.

Tak hanya itu, pemahaman mengenai kepadatan penduduk di wilayah yang mereka tinggali juga perlu diberikan. Tetapi, ini berlaku bagi siswa SD yang akan masuk SMP.

Paling tidak, melihat rumah mereka yang berada di perkampungan padat penduduk menjadikan pikiran mereka terbuka bahwa mereka harus bersaing dengan sekian anak.

Maka, mereka pun bisa memetakan kemungkinan untuk diterima di sekolah yang mereka inginkan sembari melihat jumlah pagu (siswa yang diterima) di sekolah tersebut. Mereka pun harus siap memilih sekolah lain yang bisa jadi lebih jauh tetapi peminatnya lebih sedikit.

Sebenarnya, agar pemahaman seperti ini bisa lebih maksimal, siswa tidak perlu mendaftar di hari pertama kecuali untuk PPDB zonasi berbasis desa yang mengutamakan pendaftar pertama menjadi prioritas seperti yang dilakukan oleh Kabupaten Sleman.

Dengan tidak mendaftar pada hari pertama, mereka bisa melihat pergerakan jarak yang diterima di sekolah tersebut sambil membandingkan jarak rumah mereka. Wait and see, begitu konsep yang sering dilakukan oleh banyak orang sukses untuk menjemput peluang. Toh di hari apa pun mereka mendaftar, jarak tetap menjadi acuan.

Dari kegiatan ini, mereka pun bisa belajar bahwa ketika kita ingin mencapai tujuan, maka ada saja hambatan dan peluang yang terjadi.

Tinggal bagaimana kita bisa cerdik menangkap peluang dari hambatan itu. Bisa saja lho, ada sekolah negeri C yang masih memungkinkan untuk dimasuki karena jarak rumah masih termasuk dalam daftar meskipun jika diurut dari Google maps lebih jauh dari sekolah A dan B.

Pemahaman selanjutnya adalah konsep di mana pun sekolahnya, asal diniati dengan semangat belajar yang tekun, maka kesuksesan akan diraih. Dengan PPDB sistem zonasi, kini tak ada lagi sekolah favorit.

Bahkan, banyak siswa yang cerdas malah masuk ke sekolah "pinggiran" karena rumah mereka memang jauh dari pusat kota. Konsep ini juga sebaiknya diberikan agar sekolah negeri tak lagi menjadi patokan.

Bisa juga dengan dihadirkan cerita anggota keluarga atau tetangga yang bersekolah di sekolah swasta tetapi bisa sukses.

"Lihat, itu si Tante X sekolah di  SMP Tralala bisa ikut Miss Universe. Iya kan tante?"

Dan tante X pun bercerita mengenai keasyikannya bersekolah di sekolah swasta tersebut. Cerita seperti memang banyak yang tertutup oleh gemerlap sekolah negeri yang seakan bisa memberikan impian kesuksesan lebih. Tidak salah menghadirkan testimoni mereka yang sukses dengan kehidupannya meski bersekolah di sekolah swasta. Selama demi kebaikan bersama tidak masalah kan?

Mengenai masalah teman yang tidak bisa lagi bersama sebenarnya hanya masalah waktu. Dulu, saya juga bersekolah yang tidak banyak teman satu kampong bersekolah di sana. Teman-teman bersekolah di SD negeri dekat rumah sementara saya bersekolah di sekolah MI yang cukup jauh. 

Awalnya memang sulit tetapi dengan bersekolah di tempat yang tidak banyak kawan lama di sana ternyata mengasyikkan juga. Jumlah teman semakin banyak.

Otomatis, lingkaran untuk bersosialisasi juga menjadi semakin luas. Ini juga menjadi salah satu keasyikan yang bisa diberikan pada anak jika mereka tidak diterima melalui sistem zonasi. Sistem yang juga memungkinkan teman di sekolah ya temannya itu lagi. Loe lagi ya loe lagi.

Paparan mengenai kegiatan ekstrakurikuler yang lebih banyak juga bisa diberikan untuk menjadi letusan semangat.

Misalkan, ada ekskul modeling di SMP Tralala yang memungkinkan siswa belajar dunia model dengan serius. Atau, ada ekskul bisnis online yang memungkinkan siswa membuat konten bisnis masa kini yang kini banyak digandrungi.

Memang, persepsi sekolah swasta yang bagus adalah sekolah yang mahal masih terpatri hingga kini. Terlebih, bagi masyarakat kurang mampu, biaya pendidikan di sekolah swasta kadang tidak masuk akal.

Sekolah swasta yang masih membuka pendaftaran selepas PPDB zonasi biasanya dipersepsikan memiliki kualitas yang kurang baik.

Karenanya, bersekolah di sekolah negeri adalah tujuan utama, baik melalui jalur afirmasi maupun zonasi.

Dari berbagai kegiatan untuk membangkitkan semangat siswa ini, kadang ada sedikit celah untuk memasukkan mereka yang gagal ke sekolah negeri melalui jalur belakang. Tentu, dengan berbagai previlege seperti dari profesi tertentu maupun dana lebih.

Atau kalau tidak, menitipkan anak pada KK kerabat yang dekat dengan sekolah tujuan pun juga dilakukan. Walau sang siswa akan merasa bahagia, tetapi jika dipikir lagi ini menjadikan mereka akan berpikir bahwa segala kesulitan bisa diselesaikan dengan previlege.

Padahal, pada kehidupan selanjutnya, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan cara ini. Niat baik untuk sukses harus dimulai dari perbuatan yang baik. Mereka akan menemui kesulitan dalam mencari kuliah, kerja, atau bahkan percintaan nantinya.

Apakah tega memberikan konsep previlege ini demi tujuan sekilas diterima di sekolah negeri?

Jadi, tidak diterima di sekolah negeri bukanlah aib.

Untuk itu, jauh hari sebelum PPDB ini, melihat dan memberikan pandangan kepada mereka yang akan bersekolah adalah kunci. Agar mereka berhasil mereka tidak terlalu larut dalam kegembiraan dan ketika gagal tidak terlampau larut dalam kesedihan.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun