Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pasar Pangan Lokal Bernutrisi di Sekolah, Upaya Mengembangkan Jajanan Tradisional yang Sehat dan Murah Meriah

27 Februari 2020   10:14 Diperbarui: 27 Februari 2020   10:24 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamu jamu..... Ayo dibeli jamunya.... - Dokumen Pribadi

Kala dagangan mereka habis dibeli oleh teman mereka sendiri, mereka akan memiliki kepercayaan lebih untuk mengembangkan pangan lokal ini di suatu saat nanti. Yang terpenting, muncul kesadaran bahwa pangan lokal yang bernutrisi tidak kalah enak dan menarik dibandingkan bahan pangan kekinian yang mulai mendominasi pasar makanan di Indonesia.

Lain cerita dengan sebuah MI di Kabupaten Malang yang mengadakan kegiatan serupa dengan tajuk Pasar Siaga. Pasar ini khusus dilakukan pada hari Sabtu oleh siswa Kelas II hingga VI. Tajuk Pasar Siaga diberikan karena kegiatan ini dilakukan pada jeda kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Artinya, kegiatan promosi pangan lokal juga berdampingan dengan kegiatan pramuka yang bertujuan melatih kemandirian.

Wah, Pasar Siaga di MI Mambaul Ulum ramai sekali. Ayo antre belinya. - Dokumen Pribadi.
Wah, Pasar Siaga di MI Mambaul Ulum ramai sekali. Ayo antre belinya. - Dokumen Pribadi.
Sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh SD Brugge, kegiatan Pasar Siaga yang digelar oleh MI Mambaul Ulum Pakisaji ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat dan menjual pangan lokal bernutrisi kepada rekan-rekannya. Dan lagi-lagi, nagasari menjadi primadona di pasar ini. Selain nagasari, beberapa pangan lokal lain seperti prol jagung, kue ku (kue tok), dan olahan susu kedelai menjadi bahan pangan yang kerap dijual.

Jika di SD Brugge kegiatan pasar pangan lokal dilakukan untuk menunjang Adiwiyata, maka Pasar Siaga di sekolah ini awalnya dilakukan oleh siswa Kelas IV. Mereka mengadakan pasar sederhana dalam pembelajaran Tema Makanan Sehat dan Bergizi. Salah satu indikator pembelajaran ini adalah mengenai olahan bangan pangan. 

Tak dinyana, siswa-siswi membawa aneka olahan pangan lokal yang variatif dan kebanyakan habis terjual. Kesuksesan kegiatan ini ternyata dilirik oleh Kepala MI Mambaul Ulum dan guru lainnya. Akhirnya, para guru pun sepakat secara teratur mengadakan pasar siaga tiap hari Sabtu.

Wah ada nagasari lagi. Ayo diborong kuenya. - Dokumen Pribadi
Wah ada nagasari lagi. Ayo diborong kuenya. - Dokumen Pribadi
Tak sekadar berjualan, beberapa guru juga memfokuskan pada pembelajaran kandungan nutrisi yang terdapat pada pangan lokal. Mereka kerap meminta siswa melaporkan nilai gizi apa yang terkandung dalam pangan lokal yang telah mereka jual dan mereka konsumsi. Sang primadona nagasari misalnya. Pangan lokal ini ternyata memiliki beberapa kandungan nutrisi yang banyak.

Kandungan energi pada nagasari cukup tinggi, yakni sekitar 154 kkal tiap buah. Ada pula kandungan protein sebesar 2,09 g dan lemak sebesar 2,87 g. Dengan mempelajari kandungan nutrisi pada pangan lokal, maka para siswa juga akan sadar untuk mulai mengonsumsi pangan lokal yang enak ini demi kesehatan mereka. Terlebih, kandungan energi yang tinggi pada nagasari bisa digunakan sebagai makanan berat yang mengganjal perut pada pagi hari.

Kandungan gizi nagasari. - Dokumen Pribadi
Kandungan gizi nagasari. - Dokumen Pribadi
Kedua kegiatan pasar ini memang patut diapresiasi. Meski demikian, pengembangan terhadap pangan lokal bernutrisi harus tetap dilakukan demi lebih menarik minat anak-anak untuk mengonsumsinya. Tak hanya itu, modifikasi pangan lokal agar lebih benutrisi juga tak kalah penting.

Kita bisa mengambil contoh nagasari kembali yang memang enak dan mengenyangkan.  Pembuatannnya pun mudah tetapi membutuhkan ketelatenan. Akibatnya, generasi muda banyak yang pikir-pikir untuk membuat pangan lokal ini. 

Maka dari itu, pengembangan teknologi pangan dilakukan untuk mendapatkan bahan baku yang murah, tahan lama, dan mudah untuk digunakan. Inilah yang mendasari perlunya upaya penelitian lebih lanjut mengenai bahan baku modifikasi pangan lokal. Salah satunya adalah penggunaan tepung premix sebagai bahan nagasari.

Tepung ini dibuat dalam bentuk instan dan menghasilkan formula terbaik dari pencampuran antara tepung beras sebesar 20% dengan tepung gandum sebanyak 80%. Waktu simpan tepung ini juga bisa sepanjang 8-10 minggu. Tak hanya itu, penggunaan tepung premix sebagai bahan dasar nagasari juga memiliki kandungan gizi seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun