Meski demikian, bukan hal mistis yang menjadi alasan saya -- dan orang awam umumnya -- untuk tidak mengunjungi tempat tersebut. Saya lebih takut kepada orang jahat yang bisa jadi tinggal di dalam bangunan tersebut.
Mengamini perkataan Mas Joe kala ia mengunjungi taman bermain terbengkalai di Semarang, ia malah takut dengan adanya preman yang bisa saja mengancam jiwanya.Â
Kala saya mengunjungi tempat itu di siang bolong, beberapa orang pun juga mulai memperhatikan gerak-gerak saya. Makanya, saya segera cabut selepas mengambil beberapa foto di depan pintu loket.
Daripada mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan, lebih baik saya menonton video sambil rebahan dan membayangkan saja ada apa saja yang ada di dalamnya.
Merenungi bagaimana kehidupan yang barangkali dulu pernah singgah di dalamnya serta bertanya dalam hati bagaimana nasib orang-orang yang pernah bekerja atau singgah di sana.Â
Dari perenungan ini, saya semakin sadar, bahwa sebenarnya, dimanapun tempatnya, bisa saja berpotensi untuk menjadi terbengkalai.Â
Pusat perbelanjaan yang dulunya ramai pun kini menjadi sebuah bangunan tanpa nyawa di dalamnya. Rumah besar yang penuh dengan kehidupan sang majikan dan para pembantunya pun bisa menjadi saksi bisu kekejaman akibat sebuah kejadian perampokan.Â
Artinya, sebuah bangunan, pada akhirnya akan menjadi saksi bisu dari sebuah kisah hidup manusia.
Walau niatnya baik lantaran rumah tersebut sudah jauh lebih bersih dan nyaman untuk ditinggali sekaligus digunakan sebagai tempat usaha, nyatanya kenangan rumah terbengkalai itu masih tergambar jelas.Â