Boys and girls, welcome. Di video kali ini aku akan menelusuri sebuah bangunan terbengkalai yang ada di pinggir jalan besar.
Frasa tersebut mungkin terdengar asing bagi beberapa orang. Namun, tidak bagi penggemar saluran YouTube milik Mas Joe Kal, YouTuber asal Semarang yang dikenal lihai dan berani dalam menyusuri tempat-tempat terbengkalai di berbagai kota.Â
Sudut demi sudut ruangan yang bisa jadi sudah tak layak didatangi manusia menjadi nyawa kontennya. Puncaknya, saat ia menjelajahi lantai demi lantai sebuah plaza terbengkalai di Kota Tangerang.Â
Semua mata terbelalak dan terhenyak betapa berani dan asyiknya Mas Joe -- begitu sapaan akrabnya -- mendalami tempat itu.
Bagi banyak orang, bisa jadi datang ke tempat-tempat tersebut adalah sebuah kesia-siaan. Apa yang menarik dari sebuah tempat yang tak terawat, kotor, penuh semak belukar, dipenuhi tanah becek, dihuni hewan liar semacam ular, hingga bau anyir yang semerbak?Â
Apa yang bisa dicari dari sebuah tempat yang dalam Google Map saja kadang tertutup oleh tempat baru lain?
Tidak ada.
Nyatanya, meski bukanlah tujuan yang layak didatangi, seiring perkembangan waktu tempat-tempat ini mulai naik daun. Entah digunakan sebagai konten vlog hingga ajang uji nyali, aneka tempat terbengkalai kian ramai didatangi oleh banyak orang.Â
Bahkan, muncul adagium bahwa kini manusia lebih senang memburu makhluk astral dibandingkan mereka yang menampakkan dirinya.Â
Ada juga anggapan dengan mengunjungi tempat semacam itu akan timbul kebanggaan dan ada rasa puas lantaran tidak semua orang berani untuk menapakinya. Lantas, benarkah demikian?
Semua tergantung dari pribadi yang mengunjungi tempat tersebut. Yang jelas, ketika mengunjunginya, ada beberapa etika yang harus ditaati.Â
Saya sepakat dengan Mas Joe yang selalu meminta izin dari petugas keamanan dan tidak akan mengambil satu pun barang di dalamnya. Dan yang pasti, ia tidak akan melakukan vandalisme di tembok, pagar, atau pun bagian lainnya.
Menyusuri bangunan yang terbengkalai bisa memicu adrenalin jika tempat itu memiliki sejarah panjang, berliku, dan pilu yang menyebabkan tempat tersebut tak lagi digunakan.Â
Alasan utama yang sering terjadi adalah adanya pembunuhan dan perampokan sehingga seluruh penghuni bangunan tak terbengkalai harus enyah. Atau juga, adanya kecelakaan yang membuat bangunan itu dirasa tak lagi aman.Â
Alasan lain yang kerap terjadi adalah adanya konflik, baik dari pemilik bangunan maupun dari pihak lain sehingga tempat itu harus dikosongkan.
Alasannya, banyaknya barang-barang bekas peninggalan tempat tersebut justru lebih menarik dibandingkan tempatnya sendiri. Meja kursi, almari, perabotan dapur, hingga barang pecah belah yang berceceran malah menjadi daya tarik.
Untuk sementara ini, kalender dan tulisan yang terpasang masih menjadi daya tarik utama ketika saya melihat video eksplorasi tempat-tempat terbengkalai.
Kalau bagi saya, yang gemar dengan bagunan masa kolonial, tulisan Anno 19XX yang menunjukkan tahun pendirian bangunan itu malah menjadi hal yang paling menarik perhatian.Â
Semakin jelas tulisan terpasang di bagian depan bangunan, semakin seru untuk menjelajahinya. Terlebih, jika keberadaannya dikaitkan dengan hal-hal mistis.
Meski demikian, bukan hal mistis yang menjadi alasan saya -- dan orang awam umumnya -- untuk tidak mengunjungi tempat tersebut. Saya lebih takut kepada orang jahat yang bisa jadi tinggal di dalam bangunan tersebut.
Mengamini perkataan Mas Joe kala ia mengunjungi taman bermain terbengkalai di Semarang, ia malah takut dengan adanya preman yang bisa saja mengancam jiwanya.Â
Kala saya mengunjungi tempat itu di siang bolong, beberapa orang pun juga mulai memperhatikan gerak-gerak saya. Makanya, saya segera cabut selepas mengambil beberapa foto di depan pintu loket.
Daripada mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan, lebih baik saya menonton video sambil rebahan dan membayangkan saja ada apa saja yang ada di dalamnya.
Merenungi bagaimana kehidupan yang barangkali dulu pernah singgah di dalamnya serta bertanya dalam hati bagaimana nasib orang-orang yang pernah bekerja atau singgah di sana.Â
Dari perenungan ini, saya semakin sadar, bahwa sebenarnya, dimanapun tempatnya, bisa saja berpotensi untuk menjadi terbengkalai.Â
Pusat perbelanjaan yang dulunya ramai pun kini menjadi sebuah bangunan tanpa nyawa di dalamnya. Rumah besar yang penuh dengan kehidupan sang majikan dan para pembantunya pun bisa menjadi saksi bisu kekejaman akibat sebuah kejadian perampokan.Â
Artinya, sebuah bangunan, pada akhirnya akan menjadi saksi bisu dari sebuah kisah hidup manusia.
Walau niatnya baik lantaran rumah tersebut sudah jauh lebih bersih dan nyaman untuk ditinggali sekaligus digunakan sebagai tempat usaha, nyatanya kenangan rumah terbengkalai itu masih tergambar jelas.Â
Ia harus tertatih-tatih untuk meyakinkan banyak orang bahwa tak ada yang perlu ditakutkan dari bangunan tersebut.
Barangkali, apa yang dialami teman saya masih lebih beruntung. Beberapa bangunan terbengkalai yang coba digunakan kembali untuk tempat usaha dengan merombak total bagian-bagian yang dianggap creepy ternyata masih juga tak bisa menghilangkan jejak kelam itu.Â
Kala tempat usaha dari tempat terbengkalai itu tak mendapat respon positif, dengan sangat terpaksa tempat itu menjadi lebih terbengkalai. Perabot lama pun beradu dengan perabot baru yang begitu saja ditinggalkan.
Terlebih, banyak tempat terbengkalai tersebut digunakan sebagai tempat tinggal para tunawisma dan tempat terjadinya tindak kejahatan. Transaksi narkoba, pembuangan mayat ataupun janin, ataupun pembunuhan.Â
Walau senang dengan apa yang ditampilkan oleh para pembuat konten di tempat terbengkalai itu, harapan agar tempat itu berfungsi lagi masihlah ada.
Bagaimana dengan Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H