Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kompromi Kebebasan Individu dan Kepentingan Bersama di Jakarta

21 Juni 2019   09:28 Diperbarui: 22 Juni 2019   08:41 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alasannya, dalam kaitannya dengan kompromi untuk hidup berdampingan di sebuah kota, ada dua hal dijadikan patokan. Pertama, mengenai kebebasan individu dalam menjalani aktivitasnya. 

Kedua, mengenai kepentingan masyarakat bersama yang akan mengekang kebebasan individu. Bagi saya, kompromi dua kepentingan ini harus berada dalam takaran yang tepat.

Ibu-ibu sedang senam di sebuah kampung di Jakarta Selatan. - Dokumentasi pribadi
Ibu-ibu sedang senam di sebuah kampung di Jakarta Selatan. - Dokumentasi pribadi

Jakarta belum menjadi kriteria yang tepat bagi saya. Atau sebaliknya, justru sayalah yang tidak masuk kriteria menjadi warga Jakarta. Saya tidak memiliki ekspektasi tinggi menyamakan Jakarta dengan Kota Singapura. 

Standar hidup tinggi tidaklah bisa ditukar dengan pengekangan kebebasan individu seperti layaknya di kota singa itu. Tidak mungkin memastikan warga Jakarta satu per satu menggunakan air seperlunya, menggunakan listrik dengan hemat, dan beberapa pembatasan lain.

Namun, ada beberapa hal yang menurut saya tidak didapat warga Jakarta. Kepentingan masyarakat yang menjadi dasar pemenuhan hidup masih belum didapat. Perkampungan kumuh padat penduduk menjadi salah satu buktinya. Bisakah hidup layak di daerah itu?

Perlahan tapi pasti, kompromi mengenai kepentingan masyarakat yang membatasi kebebasan individu untuk kehidupan lebih baik lagi mulai tampak. Aturan ganjil genap pada kendaraan bermotor hingga peraturan tegas dalam menaiki kendaraan umum adalah bukti nyata itu. Pembangunan MRT juga menjadi salah satu bukti bahwa Jakarta mulai menata diri.

Jamaah salat Jumat yang meluber ke tempat parkir di sebuah Mall di Jakarta Pusat. - Dokumentasi pribadi
Jamaah salat Jumat yang meluber ke tempat parkir di sebuah Mall di Jakarta Pusat. - Dokumentasi pribadi

Dengan tidak dijadikannya lagi Jakarta menjadi ibu kota, diharapkan kompromi atas dua kepentingan itu bisa dijalankan secara harmoni. Tentu, hampir semua warga Jakarta akan setuju, mereka masih memiliki kebebasan individu yang cukup dan mendapat kepentingan bersama dengan baik.

Bagaimana warga Jakarta menanggapi hal ini?

Selamat Hari Jadi Kota Jakarta! Sukses!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun