Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Bisakah "Sosok Biasa" dari PSI Melayani Warga Kota Besar dengan Baik?

15 Juni 2019   08:02 Diperbarui: 15 Juni 2019   08:10 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara mengenai konstelasi politik akhir-akhir ini, saya lebih tertarik untuk mengulas mengenai eksistensi Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Walau gagal masuk Senayan, namun kehadiran partai ini cukup menyita publik. Beberapa nama tenar yang cukup menarik perhatian berhasil meraih suara tinggi dalam pileg kemarin. 

Sebut saja Tsamara Amany, Grace Natalie, dan Rian Ernest yang mendominasi perolehan suara di DKI Jakarta. Meski suara mereka akhirnya dihanguskan karena partai ini tidak lolos ambang batas parlemen, masih ada banyak nama yang lolos di DPRD Kota, Kabupaten, maupun Provinsi, terutama di kota-kota besar.

Mereka cukup menarik perhatian lantaran kebanyakan berasal dari masyarakat biasa dan bukan pemegang dinasti politik. Beberapa diantaranya malah muncul dari kalangan masyarakat menengah ke bawah. Sontak saja, kehadiran mereka mencuri perhatian khalayak dan patut ditunggu kiprahnya di parlemen lokal.

Siapa saja mereka?

Sosok pertama adalah Antonius Yogo Prabowo yang menjadi satu-satunya wakil PSI di DPRD Kota Surakarta. Mas Yogo menjadi caleg fenomenal lantaran selain bisa mematahkan dominasi PDIP di Kota Solo, ia juga berhasil maju menjadi caleg dengan dana yang tak terlalu banyak. Hebatnya, ia berhasil menumbangkan beberapa petahana anggota DPRD Solo yang kembali maju di pileg 2019 ini.

Selama masa kampanye, Mas Yogo menggunakan kampanye kreatif berupa workshop menanam hidroponik bersama ibu-ibu, bermain gim Mobile Legend untuk menyasar pemilih pemula, hingga aktif di olahraga badminton. 

Meski begitu, karena kerja kerasnya yang ulet, ia mampu meyakinkan konstituennya. Dengan perebutan kursi yang amat ketat, mantan satpam yang juga sempat banting setir membuka berbagai usaha ini akhirnya lolos menjadi wakil rakyat.

Di Kota Medan ada Bang Erwin Siahaan yang lolos menjadi wakil dari PSI untuk DPRD Kota Medan. Bang Erwin yang hanya berprofesi sebagai driver ojek online benar-benat fenomenal. 

Semangat tak kenal lelah untuk turun ke lapangan dan menyapa warga melalui warung kopi dan berbagai komunitas lokal akhirnya mengantarkannya ke parlemen lokal. 

Beberapa stasiun TV nasional bahkan sempat mewawancarai secara khusus caleg yang maju dengan tekad agar Kota Medan tidak terpuruk lagi. Selain Erwin Siahaan, ada satu caleg PSI lain yang juga lolos ke DPRD Kota Medan.

Selanjutnya, ada dua sosok muda dari Kota Bandung yang cukup menyita publik. Mereka adalah Christian Julianto Budiman dan Yoel Yosaphat. Christian bahkan menjadi caleg termuda yang lolos ke DPRD Kota Bandung. Pemuda berusia 26 tahun tersebut tak menyangka bisa duduk menjadi anggota dewan. Dengan modal minim, ia bisa meraih simpati warga Bandung yang terkenal majemuk.

Demikian pula dengan Yoel yang mengaku hanya bermodal 3 juta rupiah selama masa kampanye. Pemuda yang bekerja sebagai marketing di dunia percetakan ini ingin membawa kesenian Kota Bandung lebih maju lagi dengan duduk di kursi dewan. PSI Kota Bandung berhasil menduduki 3 kursi parlemen pada periode 2019-2024 ini.

Fenomena mencengangkan diperoleh PSI Kota Surabaya. Partai ini mampu meloloskan 4 calegnya ke DPRD Kota Surabaya dan membentuk satu fraksi sendiri. Tingginya suara PSI di Surabaya bahkan mengalahkan beberapa parpol lama, seperti PAN dan PPP. 

Sementara, di Yogyakarta, meski gagal melenggangkan wakil ke DPRD tingkat kota/kabupaten, PSI berhasil mengirimkan satu wakilnya ke DPRD Provinsi DIY.

Di Kota Malang sendiri, hanya satu nama yang akhirnya lolos menjadi angota DPRD Kota Malang. Satu nama tersebut adalah Jose Rizal J yang lolos dari Dapil Lowokwaru. 

Dengan tagline blak-blakan APBD, caleg tersebut cukup meraih simpati warga Malang yang sedang mengalami titik nadir kepercayaan terhadap DPRD Kota. Selain kota-kota tersebut, ada beberapa kota lain yang memiliki wakil rakyat dari PSI. 

Kota-kota tersebut antara lain Semarang (2 kursi), Denpasar (2 kursi), Tangerang Selatan (4 kursi), Tangerang (1 kursi), Madiun (2 kursi), Manado (1 kursi), Kupang (2 kursi), dan tentunya DKI Jakarta dengan 8 kursi.

Dengan tidak lolosnya PSI ke DPR, maka praktis nama-nama tersebut menjadi tulang punggung partai ini untuk meyakinkan pemilih dan masyarakat luas atas kinerja partai seperti yang selama ini mereka gaungkan. Apakah mereka akan sama dengan partai lain atau memiliki gebrakan baru.

Sebagai warga biasa, tentu ada beberapa hal yang menjadi harapan bagi mereka yang duduk di parlemen, terutama dari PSI. Pertama, kritik konstruktif terhadap pemerintahan daerah yang harus terus dilakukan. Kritik ini harus didasari data-data dan kondisi yang sebenarnya agar bisa dijadikan acuan perbaikan dalam pemerintahan.

Nah, kritik yang dilemparkan oleh anggota legislatif haruslah diketahui oleh masyarakat luas. Agar masyarakat tahu apakah kritik itu berasal dari aspirasi masyarakat atau hanya sekedar kritik kosong belaka. 

PSI boleh mengklaim akan membuat aplikasi solidaritas untuk memantau kinerja dewan dari partai mereka. Namun, alangkah lebih baik jika upaya kritik konstruktif ini juga diketahui masyarakat luas yang tidak menguduh aplikasi tersebut.

Bisa saja, kader atau anggota legislatif dari partai tersebut secara berkala membagikan aktivitasnya melalui laman FB atau Instagram. Laman FB merupakan salah satu media komunikasi paling sederhana mengingat hampir semua kalangan masyarakat menggunakannya.

Tak hanya kritik konstruktif, kerja nyata dalam masa reses atau program kerja lain yang turun langsung ke masyarakat harus terus dilakukan. Inilah salah satu kelemahan PSI yang saya lihat pada pileg kemarin. 

Ada beberapa caleg yang begitu semangat turun di lapangan. Sementara, caleg dapil lain masih ada yang melempem. Di dapil tempat saya mencoblos sendiri, saya tidak tahu siapa saja sosok yang  maju.

Saya baru tahu setelah mencari informasi melalui jejaring sosial karena mereka semua tidak pernah berkampanye di sekitar lingkungan saya. Banyak pemilih PSI yang sempat menanyakan siapa saja caleg dari partai ini di dapil mereka pada komentar akun IG resmi di postingan mereka.  

Satu hal yang paling penting adalah mengurangi manuver politik yang bagi sebagian orang menjadi antipati dengan partai ini. Semisal, menolak poligami dan sebagainya. PSI harus mengangkat isu-isu terkini, terutama yang tidak menguntungkan masyarakat luas. 

Beberapa diantaranya tentang zonasi PPDB, kemacetan, parkir liar, pengerjaan jalan berlubang, masalah berobat dengan BPJS, dan beberapa poin krusial lain yang terlihat sepele namun jika isu ini dikerjakan serius oleh wakil-wakil PSI dan memiliki dampak luas, simpati terhadap partai ini akan bertambah.

Pemilih pemula yang disasar oleh partai ini dan menjadi tulang punggung suara juga harus menjadi pemegang aktif dalam lima tahun kiprah PSI medatang. 

Mereka bukan hanya pengumpul suara lewat turnamen gim atau kegiatan lain, namun aspirasi dari mereka haruslah benar-benar diserap. Andaikan aplikasi solidaritas benar-benar bisa dilucurkan, harapan suara dari para milenial untuk ikut andil dalam menata kota lebih baik lagi bisa ditampung. Merekalah yang sering melemparkan isu terhadap masalah perkotaan di berbagai jejaring sosial yang jarang sekali mendapat tanggapan.

Jika PSI bisa melakukan berbagai konektivitas antara wakil rakyat, kader partai, dan masyarakat, bukan tak mungkin partai ini akan berkembang lagi. Masyarakat kota yang telah mendukung PSI akan menyebarkan informasi kinerja baik mereka sehingga bisa diketahui oleh masyarakat desa yang kini belum tersentuh oleh PSI. 

Gambaran konektivitas baik tersebut akan menjadi contoh nyata bahwa wakil rakyat benar-benar melayani. Apalagi, sosok-sosok yang muncul dari PSI kebanyakan berasal dari kalangan biasa yang belum pernah menjalani aktivitas di dunia politik. Sosok seperti ini diharapkan bisa terus membawa spirit untuk terus berusaha melayani warga yang diwakilinya.

Bisakah wakil rakyat daerah dari PSI melakukannya? Kita tunggu saja.

***    

Sumber:

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun