Sang petugas akan menjelaskan segala hal mengenai bangunan pendopo, kegiatan sang Bupati, hingga cerita sebuah sumur yang katanya menyimpan asal usul Kota Banyuwangi.
Mungkin, hanya di Banyuwangilah Satpol PP merangkap sebagai pemandu wisata. Kunjungan ini bisa dilakukan selama pagi hingga sore hari asal terlebih dahulu meminta izin dari petugas. Pendopo terbuka untuk umum jika sedang tidak ada acara di sana.
Dan yang paling penting, harga wisata murah adalah salah satu jaminan agar bisa terus menarik pelancong. Itulah yang saya saksikan langsung di Banyuwangi. Saya kaget kala melihat harga tiket masuk sebuah pantai hanya sebesar 2000 rupiah.Â
Saya pun terperanjat ketika menemukan sebuah penginapan dormitory dengan harga 40 ribu rupiah per malam. Saya terkesima dengan harga makanan di tempat wisata yang begitu terjangkau.
Semangkuk rujak soto, makanan khas kota ini hanya dibanderol sekitar 7 ribu rupiah. Harga makanan yang tersaji juga terpampang jelas di bagian depan warung-warung.Â
Bahkan, di salah satu pantai, terdapat jejeran tikar dengan meja kecil untuk menyantap makanan. Pengunjung bisa leluasa bersantai menikmati kuliner dengan ditemani deburan ombak yang menerjang.
Kini, dengan semakin pesatnya wisata Banyuwangi, pesona Indonesia yang diagungkan tak melulu soal Pulau Bali. Banyuwangi memang semakin wangi. Di tengah mekarnya sang air yang wangi, saya berharap ia masih tetap semerbak sampai kapanpun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H