Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Belajar dari Kerja Nyata Pariwisata Banyuwangi

14 Juni 2019   08:28 Diperbarui: 18 Juni 2019   18:21 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata Kalilo Banyuwangi. - Dokpri

Intinya, kita tidak mau Banyuwangi hanya digunakan untuk sekedar transit atau tempat buang hajat bagi wisatawan yang akan ke Bali.

Itulah sepenggal pernyataan dari Mas Setiawan, pemandu saya kala kami akan masuk ke sebuah pantai. Saya mengamini sejenak pernyataan itu dari apa yang dilakukan oleh Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi periode 2010-2020 itu. Banyuwangi yang harum di mata dunia dengan semerbak aneka destinasi wisatanya menjadi titik acuan sang Bupati selama masa jabatannya.

"Kendalanya banyak, Mas. Cap negatif Banyuwangi yang masih kental akan mistis dan beberapa hal yang tak elok lain masih ada. Belum lagi, awalnya kami tak punya bandara yang mampu menampung banyak wisatawan," ia menambahkan.

Saya terpaku sejenak. Ya, saya masih ingat Peristiwa Pembantaian Ninja 1998 yang bermula dari kota ini. Diinisiasi oleh pembantaian orang-orang yang diduga sebagai dukun santet dan kemudian melebar menjadi pembunuhan para pemuka agama, segera saja peristiwa ini menyita perhatian. Bahkan, kejadian ini meluas hingga ke kota-kota di sekitar Banyuwangi.

Stigma itulah yang coba dihilangkan. Berbagai promosi wisata gencar dilakukan. Tari Gandrung, sebagai salah satu detak jantung wisata Banyuwangi semakin dikibarkan. Gelaran Banyuwangi Ethno Carnival yang diadakan secara periodik terus diperbaiki. 

Dan puncaknya, Banyuwangi berhasil membangun bandara internasional Blimbingsari yang melayani penerbangan dari dan menuju ke Kuala Lumpur, Malaysia.

Saya dan Mas Setyawan. - Dokpri
Saya dan Mas Setyawan. - Dokpri

Wisatawan pun berdatangan, baik dari dalam maupun luar negeri. Penginapan dan sarana penunjang wisata lain pun bermunculan. Efek domino ini menghasilkan kenaikan tingkat kesejahteraan masyarakat Banyuwangi, terutama bagi mereka yang beririsan langsung dengan kawasan wisata.

Gencarnya promosi wisata tidak hanya dilakukan oleh pemerintah atau pihak-pihak tertentu saja. Hampir segenap lapisan masyarakat ikut andil di dalamnya. Pengelola penginapan yang saya inapi langsung menawarkan berbagai paket wisata murah di sana. 

Ia juga bersedia mencarikan pemandu yang siap menemani tamu kapan pun. Jikalau tamu ingin menjelajah Banyuwangi sendiri, penginapan telah menyediakan beberapa motor dan sepeda yang bisa disewa.

Promosi juga dilakukan beberapa pelaku usaha lain. Mulai kuliner, pakaian, hingga segala perlengkapan yang mendukung kegiatan pariwisata. Hampir setiap warung di Banyuwangi, memasang aneka gambar tempat wisata di meja, dinding, atau bahkan terselip diantara daftar menu makanan yang mereka sajikan. Suatu gerakan masif yang baru saya saksikan di ujung timur Pulau Jawa ini.

Sebuah rumah makan di Banyuwangi yang memasang tempat wisata menarik di kota ini. - Dokpri
Sebuah rumah makan di Banyuwangi yang memasang tempat wisata menarik di kota ini. - Dokpri

Gambaran tempat wisata yang bagus dan memukau boleh saja menarik minat wisatawan datang. Namun, jika pengelolaan yang ada jauh panggang dari api maka sebuah kesia-siaanlah yang didapat. 

Harga yang mahal, banyak pungli, atau kondisi tempat wisata yang ternyata kotor akan menjadi batu sandungan sendiri. Semenarik apapun tempat itu di Instagram, kalau kondisinya berbeda, maka tak akan dilirik lagi oleh wisatawan.

Jika di dalam sebuah pabrik ada bagian Quality Control (QC) yang bertugas menjaga kualitas barang agar tetap diproduksi sesuai standar, pariwisata Banyuwangi pun juga memiliki cara yang hampir sama. 

Pemerintah daerah benar-benar memantau kondisi kesehatan pariwisata secara berkala melalui berbagai cara. Sidak sang Bupati, pembukaan hotline di jejaring sosial, sampai peran andil tour guide adalah beberapa diantaranya.

Menurut Mas Setiawan, sebagai tour guide, dia dan rekan-rekannya tergabung dalam komunitas yang didukung langsung oleh pemerintah setempat. Merekalah salah satu ujung tombak dalam pengawasan kawasan wisata di Banyuwangi. 

Kala ada pungli, tempat wisata yang kotor, hingga beberapa masalah lain yang ditemukan oleh tour guide selama mengantarkan tamu, maka mereka bisa melapor ke pihak yang berwenang.

Pantai Boom, yang bagi sebagian orang tidak terlalu bagus karena dekat pusat kota, bagi saya sangat indah dan bersih. - Dokpri
Pantai Boom, yang bagi sebagian orang tidak terlalu bagus karena dekat pusat kota, bagi saya sangat indah dan bersih. - Dokpri

Tak hanya itu, beberapa komunitas lokal di Banyuwangi, terutama yang bersinggungan langsung dengan pariwisata dan konservasi alam secara berkala melakukan kegiatan pembersihan tempat wisata. Pantai menjadi jujugan utama kegiatan ini. Makanya, ketika saya mengunjungi pantai-pantai yang ada di sekitar pusat Kota Banyuwangi, kebersihannya benar- benar terjaga.

Namun, yang menurut saya istimewa adalah terdapat wisata kunjungan ke Pendopo Bupati Banyuwangi untuk mengetahui lebih dalam seluk-beluk kota ini. Di Pendapa Sabha Swagata Blambangan, wisatawan bisa melakukan kunjungan keliling komplek pendopo ditemani oleh petugas Satpol PP. Tembok pembatas antara penguasa dan masyarakat pun sirna.

Sang petugas akan menjelaskan segala hal mengenai bangunan pendopo, kegiatan sang Bupati, hingga cerita sebuah sumur yang katanya menyimpan asal usul Kota Banyuwangi.

Mungkin, hanya di Banyuwangilah Satpol PP merangkap sebagai pemandu wisata. Kunjungan ini bisa dilakukan selama pagi hingga sore hari asal terlebih dahulu meminta izin dari petugas. Pendopo terbuka untuk umum jika sedang tidak ada acara di sana.

Pantai Boom, yang bagi sebagian orang tidak terlalu bagus karena dekat pusat kota, bagi saya sangat indah dan bersih. - Dokpri
Pantai Boom, yang bagi sebagian orang tidak terlalu bagus karena dekat pusat kota, bagi saya sangat indah dan bersih. - Dokpri

Dan yang paling penting, harga wisata murah adalah salah satu jaminan agar bisa terus menarik pelancong. Itulah yang saya saksikan langsung di Banyuwangi. Saya kaget kala melihat harga tiket masuk sebuah pantai hanya sebesar 2000 rupiah. 

Saya pun terperanjat ketika menemukan sebuah penginapan dormitory dengan harga 40 ribu rupiah per malam. Saya terkesima dengan harga makanan di tempat wisata yang begitu terjangkau.

Penginapan dormitory bergaya Using seharga 40 ribu rupiah per malam. - Dokpri
Penginapan dormitory bergaya Using seharga 40 ribu rupiah per malam. - Dokpri

Tiket masuk Pantai Cemara seharga 2.000 rupiah. Dicetak dalam bentuk print out. - Dokpri
Tiket masuk Pantai Cemara seharga 2.000 rupiah. Dicetak dalam bentuk print out. - Dokpri

Semangkuk rujak soto, makanan khas kota ini hanya dibanderol sekitar 7 ribu rupiah. Harga makanan yang tersaji juga terpampang jelas di bagian depan warung-warung. 

Bahkan, di salah satu pantai, terdapat jejeran tikar dengan meja kecil untuk menyantap makanan. Pengunjung bisa leluasa bersantai menikmati kuliner dengan ditemani deburan ombak yang menerjang.

Kini, dengan semakin pesatnya wisata Banyuwangi, pesona Indonesia yang diagungkan tak melulu soal Pulau Bali. Banyuwangi memang semakin wangi. Di tengah mekarnya sang air yang wangi, saya berharap ia masih tetap semerbak sampai kapanpun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun