Apa tidak penah melakukan pengobatan khusus?
Jujur, saya takut jika harus mengobati mata dengan terapi khusus. Dibandingkan penyakit GERD yang saya alami, lebih baik saya berganti kacamata atau meminum obat dari dokter dibandingkan harus melakukan terapi yang konon bisa mengobati miopi sampai sembuh.Â
Saya hanya pernah rutin melakukan terapi obat tetes mata herbal dari madu. Namun, rasa sakit bukan main ketika tetes demi tetes obat herbal tersebut mengenai mata saya, maka bendera putih pun saya kibarkan. Belum lagi, cairan seperti nanah yang keluar dari mata bewarna putih keluar tak hentinya dari mata.Â
Saya semakin ngeri dan lebih baik menggunakan cara lain semisal mengonsumsi makanan dan minuman yang banyak mengandung vitamin A. Â
Tentunya, ditambah mengurangi kegiatan yang membuat mata lelah. Memeriksakan diri ke dokter spesialis mata juga kerap saya lakukan minimal 6 hingga 8 bulan sekali.
Untungnya, sejak duduk di bangku kuliah hingga sekarang, miopi yang saya idap tak bertambah parah. Saya hanya menambah ukuran sekitar 1 dioptri dalam rentang itu. Ukuran terakhir saat ini adalah minus 7 dipotri untuk mata kiri dan minus 8 dioptri untuk mata kanan.
Namun, satu hal yang menbuat saya ngeri bahwa penyakit ini akan diderita oleh sekitar 5 milyar penduduk pada 2050 nanti. Parahnya, dari beberapa penelitian disebutkan diyakini penderita rabun jauh akan menghadapi potensi kebutaan.Â
Saya sudah merasakan itu kala kacamata saya rusak atau ketlisut. Walau tak mengalami kebutaan total, untuk berjalan dengan normal saja saya sudah kepayahan.
Jadi, sayangi mata Anda terutama anak-anak Anda dari gangguan miopi agar tak menyesal di kemudian hari.
***Â
Sumber: