Saya bisa pusing tujuh keliling ketika kacamata yang saya kenakan sudah tidak lagi cocok ataupun saya baru berganti ukuran kacamata.
Tak hanya itu, sering kali saya berkunang-kunang selepas lama berada di depan layar komputer atau tiba-tiba saja terjadi perubahan intensitas cahaya dengan cukup cepat.Â
Paling parah, ketika saya harus memaksakan diri bekerja di depan layar komputer selama berjam-jam setelah kegiatan akreditasi di sekolah dulu, saya pernah tidak bisa bangun dari tempat tidur.Â
Dokter yang memeriksa saya hanya menyarankan untuk rehat selama sekitar 10 menit untuk setiap aktivitas di depan layar komputer selama 1 hingga 1,5 jam.
Sesusungguhnya, saya sudah berusaha semaksimal mungkin menghindari segala hal yang membuat miopi saya bertambah parah. Membaca buku pun hanya saya lakukan pada akhir pekan.Â
Tak lagi hingga larut malam setiap hari seperti saat menghabiskan novel Harry Potter. Pun, menggunakan komputer saya batasi hanya pagi hari dari jam 8 pagi hingga 11 siang.Â
Makanya, komentar yang berada di artikel saya, baik blog pribadi maupun Kompasiana jarang saya balas. Saya pun jarang mengunjungi artikel blogger lain dengan alasan kesehatan mata saya yang sudah parah. Menonton televisi tidak pernah lagi saya lakukan selain kala mengantre di apotek untuk menebus resep.
Bagaimana dengan gawai?
Sebenarnya, jika dibandingkan dengan rekan seusia, saya tak terlalu lama menatap gawai. Bahkan saya dianggap orang yang jarang sekali membalas pesan di WA ataupun komentar di FB dan IG.Â
Melihat Youtube pun lebih senang saya lakukan menggunakan PC. Mata saya sudah beraksi keras ketika saya menggunakan gawai lebih dari 15 menit. Sudah pusing dan malah ingin memejamkan mata. Alias, mengantuk.Â
Makanya, gawai bukanlah alasan saya mengidap miopi parah. Alasan utama kembali kepada aktivitas membaca buku dan berada di depan layar komputer dalam waktu lama.