Dalam skala nasional, saya kok capek sendiri melihat apa yang ada di PSSI sekarang. Melihat sumpah serapah yang ditujukan kepada sang mantan ketum PSSI, kepala saya jadi pusing. Belum lagi, ada beberapa pihak yang sebenarnya di luar dunia sepak bola mendadak berkeinginan untuk menjadi Ketua PSSI. Dasar kutu loncat! Saya hanya bisa berujar seperti itu.
Dulu, ketika saya masih aktif di PMR, Mbak Pelatih dan kakak-kakak senior selalu menekankan agar kami mencari anggota baru yang benar-benar loyal. Walau sedikit, itu tak masalah. Kami pun mengutamakan siswa baru yang sejak SMP sudah mengikuti PMR. Dengan harapan, mereka masih terus semangat dan telah mengerti konsekuensi ketika masuk di dalam ekskul PMR.
Kami meminimalisasi siswa yang hanya niat coba-coba. Terlebih, siswa yang hanya niat mencari selembaran sertifikat dari kegiatan PMR namun tak berkeinginan lebih lanjut untuk aktif di dalamnya. Jangan mencari yang datang ketika syukuran menang lomba saja namun ketika PMR membutuhkan banyak anggota untuk kegiatan, mereka hilang entah ke mana.
Ketegasan Ketua Organisasi yang Sangat Diperlukan
Untuk mengatasi kutu loncat mulai terdeteksi di dalam sebuah organisasi, sang ketua harus memiliki ketegasan. Ia harus segera bertindak agar tak banyak kutu loncat-kutu loncat lain yang masuk dan menenggelamkan organisasi itu. Bukan rahasia umum, jika sebuah organisasi mulai besar, maka akan menarik minat banyak orang untuk bergabung.
Entah yang benar-benar loyal maupun hanya menjadikannya kutu loncat. Sang ketua harus tegas memberikan aturan di dalam organisasi kepada anggota, kegiatan, dan target yang dilaksanakan serta kewajiban di dalamnya. Walau organisasi tersebut hanya seputar hobi atau fanbase terhadap sebuah idola, peraturan tetaplah ada. Namanya saja organisasi.
Jangan sampai organisasi kehilangan roh
Yang berbahaya adalah ketika kutu loncat itu memengaruhi banyak anggota dan mulai melakukan manuver di dalam organisasi, maka sang ketua harus segera mengambil tindakan. Mengingatkan atau bahkan mengeluarkan yang bersangkutan di dalam organisasi tersebut. Jangan sampai, dengan adanya banyak kutu loncat di dalamnya, maka organisasi itu kehilangan roh.
Tidak lucu kan sebuah organisasi klub pecinta motor berkumpul untuk acara memasak atau senam irama dengan alasan salah satu anggota barunya adalah orang yang pandai memasak atau senam.Â
Makanya, saya jadi terpingkal ketika kegiatan yang dilakukan murid saya di dalam bandnya lebih banyak mencari spot foto dibandingkan bermain alat musik sejak adanya si kutu loncat. Kalian ini grup band atau komunitas pecinta fotografi. Kalau mau ikut lomba foto sih tidak masalah, lha ini kan mau ikut lomba band.
Masih cerita di PMR, saya punya kakak tingkat. Sebut saja Mbak I, yang dikenal sebagai kutu loncat berprestasi. Ia tak hanya mencoba masuk dan merusak sebuah organisasi ekstrakurikuler, justru dengan kehadirannya di beberapa organisasi malah membuat organisasi itu maju.