Mereka akan melakukan banyak tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka meski dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Misalnya, dalam permainan memindahkan air dari sebuah handuk ke dalam sebuah baskom, maka mereka akan belajar untuk tetap riang gembira meski ada kepayahan dan kesusahan berupa basahnya baju yang mereka kenakan.
Jika dianalogikan di dalam kehidupan sehari-hari, rutinitas yang dilakukan memang akan membuat berkeringat. Berpeluh dan bersusah payah. Kepayahan itu sejatinya akan sebanding dengan kerja keras yang dilakukan. Dalam tataran permainan ini, terpenuhinya baskom berisi air adalah hasil nyata dari usaha kerja tersebut.
Dalam sehari penuh, mereka dicoba untuk tak menggunakan gawai tersebut. Berganti dengan berbagai macam permainan, semisal halang rintang berpasangan.Â
Mereka akan mendapat pengalaman bahwa bekerja sama dengan teman dalam tujuan baik adalah hal utama di dalam hidup ini. Tak akan ada orang yang bisa berjalan sendiri dan lebih mementingkan egoismenya.
Demikian pula yang dilakukan banyak siswa tingkat siaga di dalam kelas. Masih banyak yang lebih senang mengurusi hal-hal yang dikerjakan atau yang dimiliki temannya padahal pekerjaannya sendiri belum tuntas.
Hal-hal sepele seperti pensil apa yang dimiliki teman sering menjadi pusat perhatian. Sama halnya dengan apa pilihan politik teman bagi beberapa orang. Hal sepele yang sejatinya tak terlalu perlu diurusi dan membuat tujuan utama menjadi terabaikan.
Dengan melakukan permainan seperti memindahkan kelereng dengan mata tertutup, sifat ini akan dapat dicoba dikikis melalui pemahaman nyata bahwa kita harus fokus pada tujuan yang harus kita kerjakan.
Kelima, sifat mandiri. Tentu sifat ini juga menjadi inti dari kegiatan pramuka. Menjadi mandiri adalah keharusan. Selama satu hari penuh, mereka akan dididik untuk menjadi mandiri tanpa bantuan orang tua.