Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Persari, Kegiatan Kemah Pramuka yang Tak Kalah Seru dengan Persami

14 Agustus 2018   00:38 Diperbarui: 14 Agustus 2018   08:44 8562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serunya kegiatan Persari. - Dokumentasi pribadi

Saya belum pernah menyaksikan wajah anak-anak yang sedang melakukan kegiatan Pramuka seceria ini.

Terbagi ke dalam beberapa regu yang disebut dengan barung, mereka tampak asyik dengan aneka kegiatan kepramukaan. Mulai dari baris-berbaris, cerdas cermat, halang rintang, hingga berbasah-basahan estafet air. Seakan bukan sedang melakukan kegiatan Pramuka, mereka sangat asyik hingga tak memperdulikan seragam pramuka yang mereka kenakan basah.

Warna kolong hasduk yang mereka kenakan masih berwarna hijau. Bukan merah. Mereka juga tak membawa alat perkemahan layaknya perkemahan pramuka pada umumnya. 

Tak ada pula acara menginap atau kegiatan api unggun. Namun, keseruan dan pelajaran yang mereka dapat tak kalah seru dengan apa yang dilakukan oleh kakak-kakak mereka yang sudah mengenakan kolong hasduk berwarna merah. 

Itulah sekilas gambaran mengenai sebuah kegiatan perkemahan yang dilakukan di sekolah saya.

Perkemahan Satu Hari, atau yang sering disingkat Persari adalah sebuah kegiatan perkemahan yang dilakukan oleh Pramuka tingkat siaga. Pada Sekolah Dasar, tingkatan siaga merupakan tingkatan pada kelas kecil (Kelas 1-3). Namun, kegiatan Persari ini biasanya hanya dilakukan untuk siswa kelas 3. Kegiatan ini sering dilakukan pada hari Minggu dalam satu hari penuh.

Jika kakak-kakak kelas mereka telah bisa menerima tanggung jawab lebih semisal mengelola regu dan segala hal, maka berbeda dengan pramuka tingkat ini. 

Karakter pramuka siaga cukup unik. Pribadi aktif dan tak pernah diam. Masih berada di kisaran usia di bawah 10 tahun, dunia anak-anak yang masih sangat dominan menjadi titik tumpu kegiatan ini.

Aktif dan kreatif. - Dokumentasi pribadi
Aktif dan kreatif. - Dokumentasi pribadi
Maka, bukan kegiatan yang mengekang dan mengharuskan untuk menerima peraturan ketat yang menjadi tumpuan kegiatan. Tapi, kegiatan yang bisa mengendalikan egoisme, merasa memiliki teman, peduli, dan dapat mengekspresikan keaktifannyalah yang merupakan tumpuan kegiatan ini. Menarik dan menyenangkan, namun tetap memberi semangat nilai-nilai pramuka.

Walau hanya satu hari dan biasanya berakhir pada pukul 4 sore, tapi jangan sepelekan berbagai manfaat dari kegiatan Persari ini. Ada banyak pesan yang tersirat yang tak kalah penting dalam kegiatan ini.

Pertama, mereka akan belajar untuk melakukan tanggung jawab dengan sepenuh hati. Dengan hati riang dan ikhlas, sesuatu yang mungkin sulit dirasakan oleh orang dewasa. 

Mereka akan melakukan banyak tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka meski dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Misalnya, dalam permainan memindahkan air dari sebuah handuk ke dalam sebuah baskom, maka mereka akan belajar untuk tetap riang gembira meski ada kepayahan dan kesusahan berupa basahnya baju yang mereka kenakan.

Jika dianalogikan di dalam kehidupan sehari-hari, rutinitas yang dilakukan memang akan membuat berkeringat. Berpeluh dan bersusah payah. Kepayahan itu sejatinya akan sebanding dengan kerja keras yang dilakukan. Dalam tataran permainan ini, terpenuhinya baskom berisi air adalah hasil nyata dari usaha kerja tersebut.

Permainan memindahkan air. - Dokumentasi pribadi
Permainan memindahkan air. - Dokumentasi pribadi
Kedua, masalah egoisme. Sederet permainan lain juga bisa dilakukan untuk mengurangi egoisme dalam diri peserta pramuka siaga. Dengan berkembangnya teknologi yang berdampak buruk seperti penggunaan gawai yang berlebihan, sifat egoisme yang tumbuh pada anak bak cendawan di musim hujan. 

Dalam sehari penuh, mereka dicoba untuk tak menggunakan gawai tersebut. Berganti dengan berbagai macam permainan, semisal halang rintang berpasangan. 

Mereka akan mendapat pengalaman bahwa bekerja sama dengan teman dalam tujuan baik adalah hal utama di dalam hidup ini. Tak akan ada orang yang bisa berjalan sendiri dan lebih mementingkan egoismenya.

Halang rintang berpasangan melatih untuk tidak egois.- Dokumentasi pribadi.
Halang rintang berpasangan melatih untuk tidak egois.- Dokumentasi pribadi.
Ketiga, melatih untuk tetap fokus pada tujuan dan kegiatan yang dikerjakan. Sudah banyak contoh bagaimana orang dewasa yang lebih mementingkan untuk mengurusi hal yang dikerjakan oleh orang lain daripada fokus mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan. 

Demikian pula yang dilakukan banyak siswa tingkat siaga di dalam kelas. Masih banyak yang lebih senang mengurusi hal-hal yang dikerjakan atau yang dimiliki temannya padahal pekerjaannya sendiri belum tuntas.

Hal-hal sepele seperti pensil apa yang dimiliki teman sering menjadi pusat perhatian. Sama halnya dengan apa pilihan politik teman bagi beberapa orang. Hal sepele yang sejatinya tak terlalu perlu diurusi dan membuat tujuan utama menjadi terabaikan.

Dengan melakukan permainan seperti memindahkan kelereng dengan mata tertutup, sifat ini akan dapat dicoba dikikis melalui pemahaman nyata bahwa kita harus fokus pada tujuan yang harus kita kerjakan.

Fokus pada tujuan, Itulah pramuka! - Dokumentasi pribadi
Fokus pada tujuan, Itulah pramuka! - Dokumentasi pribadi
Keempat, pramuka itu kreatif. Ajaran untuk kreatif memang sangat mendarah daging di dalam kegiatan kepramukaan. Demikian pula pada kegiatan Persari ini. Aneka kegiatan yang mengasah kreativitas juga dilakukan, semisal membuat kerajinan sederhana.

Kelima, sifat mandiri. Tentu sifat ini juga menjadi inti dari kegiatan pramuka. Menjadi mandiri adalah keharusan. Selama satu hari penuh, mereka akan dididik untuk menjadi mandiri tanpa bantuan orang tua.

Sifat mandiri ini dapat muncul karena mereka menikmati segala kegiatan yang mereka lakukan satu hari penuh. Tak seperti kegiatan pembelajaran di kelas setiap hari, mereka seakan tak peduli dengan orang tua mereka yang berada di pintu gerbang sembari menunggu mereka. 

Berkonsentrasi melakukan kegiatan dan kewajiban dengan hati gembira membuat sifat mandiri mereka terpupuk dengan perlahan.

Pramuka siap untuk mandiri. - Dokumentasi pribadi
Pramuka siap untuk mandiri. - Dokumentasi pribadi
Belum banyak sekolah yang melakukan

Walau memiliki tujuan baik, namun belum semua sekolah bisa melakukan kegiatan Persari ini. Padahal, kegiatan ini bisa menginisiasi pemahaman kepada anak-anak mengenai pentingnya gerakan Pramuka. Memahamkan kepada mereka bahwa pramuka itu menyenangkan dan banyak hal yang dipetik untuk kehidupan sehari-hari.

Selain biaya, alasan lain yang sering muncul adalah kurangnya pembina Pramuka Siaga di sekolah tersebut. Berbeda dengan Pramuka Penggalang, Pramuka Siaga memang membutuhkan bimbingan yang ekstra. 

Kegiatan pembinaan yang sifatnya pribadi, bukan kelompok atau kasikal menjadi salah satu alasan perlunya banyak pembimbing dalam kegiatan ini. Alasannya, sifat dari pribadi masing-masing peserta akan dapat diketahui sehingga pengembangan lebih lanjut bisa dilakukan. 

Untuk mengatasi kekurangan pembina itu, maka sekolah dapat melibatkan guru kelas atau guru lain. Bisa juga, melibatkan kakak-kakak Pramuka Penggalang yang telah diberi pengarahan untuk ikut membantu membina pembina utama.

Pembagian kelompok kecil (barung) juga dilakukan dengan tidak memuat banyak peserta di dalam satu barung, semisal 6-8 peserta. Berbeda dengan kelompok regu dalam Pramuka Penggalang yang bisa mencapai 10 peserta tiap regunya.

Kakak-kakak penggalang bisa membantu memandu adik-adiknya. Mereka juga sekalian belajar kepemimpinan. - Dokumentasi pribadi
Kakak-kakak penggalang bisa membantu memandu adik-adiknya. Mereka juga sekalian belajar kepemimpinan. - Dokumentasi pribadi
Dengan ditetapkannya Pramuka sebagai salah satu wadah Penguatan Nilai Karakter (PPK) melalui Perpres No 87/2017, maka sudah seyogianya kegiatan Persari ini menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh tiap sekolah. Tak perlu muluk-muluk dan menghabiskan banyak biaya. Kegiatan sederhana asal bisa diikuti oleh semua siswa tingkat siaga.

Bagaimanapun, sistem kepelatihan dan pembentukan kepramkaan akan lebih bermakna dan mengena jika mulai dilakukan sejak tingkat terendah, yakni Pramuka Siaga. 

Bagaimana bisa mereka akan bisa mencintai Pramuka dengan sepenuh hati dan mempraktikkan ajaran-ajaran Pramuka di dalam kehidupan sehari-hari jika tidak ditanamkan sejak dini?

Sekian, Selamat Hari Pramuka, Salam Pramuka!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun