Memang, beberapa SD Negeri berani mengambil langkah bekerja sama dengan orang tua mengenai masalah pendanaan aneka kegiatan tersebut. Namun, kembali ke pokok persoalan, mengambil tindakan tersebut juga harus dilakukan secara hati-hati karena larangan penarikan dana orang tua di SD Negeri cukup ketat.
Salah satu contohnya adalah ketika penyelenggaraan ON MIPA, Lomba Bina Kreativitas Siswa, dan kegiatan O2SN. Walau kadang kegiatan tersebut nyatanya memakan dana tak sedikit, namun tak jarang pula orang tua yang rela mengeluarkan banyak demi sang anak.
Kedisiplinan dan keamanan sekolah kurang
Masalah kedisiplinan juga menjadi hal pokok beberapa orang tua mengalihkan pilihannya dari SD Negeri ke SD Swasta. Salah satunya mengenai jam masuk sekolah, hukuman yang tepat bagi siswa yang melanggar, dan paling penting adalah mengenai ketertiban kegiatan antar jemput siswa.Â
Longgarnya pengawasan terhadap keluar masuk orang tua ketika antar jemput siswa di beberapa SD Negeri ternyata menjadi salah satu alasan bagi orang tua siswa mengalihkan pilihannya ke SD swasta.
Porsi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (PABK) yang kurang
Satu hal utama yang juga menjadi alasan pengalihan pilihan orang tua ke SD swasta adalah masalah pendidikan agama. Hal ini berlaku terutama pada SD swasta yang berciri khas agama tertentu, semisal SDI, SD Kr, atau SDK.
Bukan menjadi rahasia umum lagi, bahwa pendidikan agama di SD Negeri hanya 2 jam pelajaran tiap minggu. Itupun belum termasuk jika sang guru agama meninggalkan kelas karena suatu acara atau kegiatan lain. Apakah ini cukup? Tentu tidak. Untunglah, beberapa SD Negeri kini sudah menjalani kegiatan Program Penguatan Karakter (PPK) yang memfasilitasi kegiatan agama lebih banyak dengan model belajar lima hari.
Di SD swasta yang berlatar keagamaan, pendidikan agama mendapat porsi yang cukup banyak. Di SDI, kegiatan shalat berjamaah, Baca Tulis Al-Quran dilakukan secara kontinyu dan menggunakan metode unggulan sekolah tersebut. Pun demikian dengan kegiatan keagamaan Nasrani di SD Kr./SDK yang juga melibatkan pemuka agama. Tentu, beberapa orang tua akan lebih memilih SD Swasta yang memfasilitasi kegiatan keagamaan dalam porsi lebih untuk membentuk karakter putranya di sekolah dasar.