Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengurai Alasan tentang SD Negeri yang Tak Lagi Jadi Pilihan

25 Juli 2018   22:37 Diperbarui: 26 Juli 2018   09:27 2801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

School review dilakukan untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas lembaga sekolah serta mutu lulusan. Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan semua komponen sekolah, dengan melibatkan tenaga ahli dan orang tua siswa. Sedangkan, benhcmarking merupakan kegiatan menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter umum seperti:

  • Seberapa baik kondisi satuan pendidikan/sekolah?
  • Harus menjadi seberapa baik satuan pendidikan pendidikan/sekolah? 
  • Bagaimana cara mencapai target dan menghadapi tantangan tersebut?

Masalahnya, tak banyak SD Negeri yang melakukan kegiatan ini. Pengalaman saya dulu membantu KS dalam membuat kurikulum adalah mendapat file kurikulum dari sebuah SD Negeri yang telah melakukan kegiatan School Review dan Benhcmarking tersebut.

Kami para pembuat kurikulum hanya perlu mengedit isi dari kurikulum sesuai dengan kondisi teknis sekolah kami. Itupun hanya sebatas hal-hal umum semisal jam belajar siswa, kegiatan ekskul, dan beberapa kegiatan seremonial seperti PHBN dan PHBI. Tak hanya di sekolah saya, kegiatan copy paste ini juga dilakukan di beberapa SD Negeri karena mepetnya waktu pengerjaan.

Malangnya, program-program penting yang seharusnya tercantum di dalam kurikulum tidak termuat dengan baik. Contoh nyatanya adalah bagaimana cara sekolah menangani siswa yang terindikasi berkebutuhan khusus. Karena tak ada program tersebut di dalam kurikulum, maka beberapa tahun seringkali terjadi masalah dengan siswa-siswa tersebut.

Berkali-kali pula guru kelas yang mengampu siswa tersebut harus bolak-balik ke PLA (Pusat Layanan Autis) dan harus mendampingi siswa tersebut untuk konsultasi. Padahal, konsentrasi guru tersebut tak hanya untuk beberapa siswa tersebut.

Membandingkan dengan SD swasta yang tak jauh dari sekolah saya, mereka sudah jauh berlari ke depan. Kurikulum pun sudah dirancang sedemikian rupa dengan berkonsultasi dengan para ahli. 

Aneka program sekolah pun sudah dirancang sedemikian rupa bagi anak-anak dengan berbagai kondisi. Program-program unggulan pun sudah dirancang. Program inilah yang rupanya menarik orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SD swasta tersebut.

Kegiatan Kesiswaan yang Terbatas

Sekolah murah apalagi gratis memang adalah dambaan bagi setiap orang tua dan pelaku dunia pendidikan. Tapi, hal ini juga memiliki sisi lain yakni tidak leluasanya SD Negeri di dalam mengembangkan kegiatannya. Dana BOS yang menjadi satu-satunya pemasukan sekolah bisa menjadi bumerang bagi sebuah sekolah.

Patokan jumlah dana yang sudah harus difungsikan sedemikian rupa membuat beberapa kegiatan sekolah tak akan bisa dilakukan di SD Negeri. Kegiatan semacam ekstrakulikuler harus ditata sedemikian rupa agar mampu mengakomodasi siswa-siswi dengan dana terbatas.

Selain pramuka, bagi kebanyakan SD Negeri tak banyak ekskul yang bisa difasilitasi. Tak banyak pula kegiatan yang bisa meningkatkan kemampuan siswa. Padahal, beberapa orang tua jelas menginginkan sang anak tak hanya berprestasi di dalam bidang akademik maupun nonakademik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun