Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengurai Alasan tentang SD Negeri yang Tak Lagi Jadi Pilihan

25 Juli 2018   22:37 Diperbarui: 26 Juli 2018   09:27 2801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karena terbatasnya sarana, beberapa SD Negeri melakukan pembelajaran di bawah Standar Pelayanan Minimal (SPM). Salah satunya memiliki rombel lebih dari yang ditetapkan yakni 28 siswa tiap kelas. - Dokumen Pribadi

Memang, beberapa SD Negeri berani mengambil langkah bekerja sama dengan orang tua mengenai masalah pendanaan aneka kegiatan tersebut. Namun, kembali ke pokok persoalan, mengambil tindakan tersebut juga harus dilakukan secara hati-hati karena larangan penarikan dana orang tua di SD Negeri cukup ketat.

Kegiatan ekstrakulikuler di sebuah SD swasta. - Dokumen Pribadi.
Kegiatan ekstrakulikuler di sebuah SD swasta. - Dokumen Pribadi.
SD swasta, meski tidak semua, seringkali mengambil peran yang tak bisa dilakukan oleh SD Negeri tersebut. Bahkan, kegiatan ekskul dan pembinaan minat bakat siswa menjadi nilai lebih dari sebuah SD swasta dalam mempromosikan sekolahnya kepada masyarakat luas. Dalam berbagai bidang pengembangan prestasi, SD swasta bahkan lebih mendominasi.

Salah satu contohnya adalah ketika penyelenggaraan ON MIPA, Lomba Bina Kreativitas Siswa, dan kegiatan O2SN. Walau kadang kegiatan tersebut nyatanya memakan dana tak sedikit, namun tak jarang pula orang tua yang rela mengeluarkan banyak demi sang anak.

Kedisiplinan dan keamanan sekolah kurang

Masalah kedisiplinan juga menjadi hal pokok beberapa orang tua mengalihkan pilihannya dari SD Negeri ke SD Swasta. Salah satunya mengenai jam masuk sekolah, hukuman yang tepat bagi siswa yang melanggar, dan paling penting adalah mengenai ketertiban kegiatan antar jemput siswa. 

Longgarnya pengawasan terhadap keluar masuk orang tua ketika antar jemput siswa di beberapa SD Negeri ternyata menjadi salah satu alasan bagi orang tua siswa mengalihkan pilihannya ke SD swasta.

Porsi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (PABK) yang kurang

Satu hal utama yang juga menjadi alasan pengalihan pilihan orang tua ke SD swasta adalah masalah pendidikan agama. Hal ini berlaku terutama pada SD swasta yang berciri khas agama tertentu, semisal SDI, SD Kr, atau SDK.

Bukan menjadi rahasia umum lagi, bahwa pendidikan agama di SD Negeri hanya 2 jam pelajaran tiap minggu. Itupun belum termasuk jika sang guru agama meninggalkan kelas karena suatu acara atau kegiatan lain. Apakah ini cukup? Tentu tidak. Untunglah, beberapa SD Negeri kini sudah menjalani kegiatan Program Penguatan Karakter (PPK) yang memfasilitasi kegiatan agama lebih banyak dengan model belajar lima hari.

Di SD swasta yang berlatar keagamaan, pendidikan agama mendapat porsi yang cukup banyak. Di SDI, kegiatan shalat berjamaah, Baca Tulis Al-Quran dilakukan secara kontinyu dan menggunakan metode unggulan sekolah tersebut. Pun demikian dengan kegiatan keagamaan Nasrani di SD Kr./SDK yang juga melibatkan pemuka agama. Tentu, beberapa orang tua akan lebih memilih SD Swasta yang memfasilitasi kegiatan keagamaan dalam porsi lebih untuk membentuk karakter putranya di sekolah dasar.

Karena terbatasnya sarana, beberapa SD Negeri melakukan pembelajaran di bawah Standar Pelayanan Minimal (SPM). Salah satunya memiliki rombel lebih dari yang ditetapkan yakni 28 siswa tiap kelas. - Dokumen Pribadi
Karena terbatasnya sarana, beberapa SD Negeri melakukan pembelajaran di bawah Standar Pelayanan Minimal (SPM). Salah satunya memiliki rombel lebih dari yang ditetapkan yakni 28 siswa tiap kelas. - Dokumen Pribadi
Kondisi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun