"Selamat Pagi, Anak-anak. Kita mulai pelajaran hari ini ya. Sebelum kita mulai pelajaran, kita ingat dulu pelajaran kemarin. Ada yang masih ingat urutan dari siklus air?"
"Lupa, Pak!"
"Lho, kok lupa? Apa kemarin tidak belajar?"
"Belajar, Pak. Tapi, di otak kami hanya ada permainan Mobile Legend."
 "Waduh, bagaimana kalian ini? Baiklah, biar tidak lupa, kita lihat video ini dulu, yuk!"Â
"Bagaimana? Sudah ingat?"
"Sudah, Pak. Proses siklus air dimulai dari proses evaporasi."Â
"Iya, benar sekali. Nah sekarang, ada yang tahu evaporasi itu apa?"
"Saya tahu, Pak. Penguapan air laut".Â
"Ya, benar sekali. Tapi, apa hanya air laut saja yang menguap?"
"Tidak, Pak. Air danau, sungai, dan air dari tumbuhan juga mengalami penguapan."
"Wah, kamu tepat sekali. Lalu, setelah proses evaporasi, dilanjutkan oleh proses apa?"
"Kondensasi, Pak. Nanti, uap air akan menjadi awan. Dan setelah di dalam awan terkumpul banyak uap air, lalu akan timbul titik-titik air."
"Iya, benar sekali. Proses kondensasi bisa juga disebut mengembun. Lalu, setelah terbentuk titik-titik air, lalu terjadi apa?"
"Hujan, Pak!"
"Ah iya, benar sekali. Akan turun hujan. Biar kita tambah semangat, ayo kita menyanyi bersama lagu Hujan. Bisa?"
"Bisa, Pakkkk!"
Hujan, hujan di mana-mana
Di jalan di halaman semua basah
Hujan, hujan belum berhenti
Hujan, turun sepanjang hari
"Oke, cukup ya. Nah, setelah turun hujan, lalu apa yang terjadi dengan air hujan?"
"Sebagian akan diserap akar tanaman menjadi air tanah, Pak. Sebagian lagi akan mengalir menuju laut melalui sungai."
"Iya, tepat sekali. Air yang turun akan menjadi dua macam, yakni air tanah dan air permukaan. Air tanah akan masuk ke dalam tanah sehingga bisa dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber air. Sedangkan air permukaan akan mengalir melalui sungai yang akan kembali menuju laut. Nah, berbicara mengenai sungai, ada yang tahu, sungai apa yang mengalir di provinsi kita tinggal yakni Jawa Timur?"
"Sungai Brantas, Pak."
"Iya, benar. Sungai Brantas. Lalu, Sungai Brantas itu pertama kali mengalir dari mana ya?"
"Tidak tahu, Pak."
"Nah, dengarkankan penjelasan Bapak ya."
"Baik, Pak."
"Di sebuah desa bernama Sumber Brantas, Kota Wisata Batu, terdapat titik permulaan aliran Sungai Brantas. Sungai terpanjang di Jawa Timur ini mengaliri daerah di sekitar kota-kota di Jawa Timur. Membentang dari pegunungan, menuju permukiman padat penduduk, membuat sawah di dataran rendah teraliri air, hingga terpecah menjadi dua aliran sebelum menuju laut lepas yakni Selat Madura."
"Jauh tidak tempatnya, Pak?"
"Tidak jauh. Kalau kalian sedang berjalan-jalan ke Wisata Air Panas Cangar, kalian akan menemukan tempat ini. Dekat dari jalan raya, kalian akan disambut oleh pepohonan rindang dan area perkebunan sawi penduduk".
"Pertanyaan bagus. Tempat ini dikelola oleh PT Jasa Tirta. Jangan membayangkan tempat ini sebagai tempat wisata ya karena sebenarnya tempat ini adalah tempat konservasi mata air. PT Jasa Tirta menjaga permulaan aliran air Sungai Brantas tetap jernih dan lestari."
"Jadi, kita tidak boleh datang ke tempat itu, Pak?"
"Siapa bilang tidak boleh datang ke sini? Kalian pasti boleh datang. Mengingat ini bukan tempat wisata, makanya tempat ini masih sepi. Meskipun sangat bagus, namun kita tak boleh bertindak sesuka hati. Contohnya, membuang sampah sembarangan, menginjak tanaman, atau bahkan mengotori sungai yang mengalir. Kalian boleh menikmati suasana pegunungan yang sangat sejuk. Apalagi, jika kalian mau berjalan-jalan di sana, kalian akan menemukan banyak tanaman dan hewan yang bisa dipelajari. Seru, kan?"
"Wah, kalian suka sekali berenang  ya. Sayangnya, kalian tidak bisa mandi di sana. Tapi, kalian bisa merasakan segarnya air yang mengalir dari titik permulaan Sungai Brantas ini. Coba kalian amati gambar di bawah ini. Apa yang bisa kalian simpulkan?"
"Dan tak ada polutan di sana. Saya jadi ingin membasuh muka di sana. Pasti segar sekali!"
"Saya, Pak. Tak jauh dari rumahku juga ada beberapa pabrik rokok yang juga membuang limbahnya langsung ke Sungai Brantas. Jadi, saya pernah melihat air yang mengalir di Sungai Brantas berwarna coklat kehitaman pada jam-jam tertentu."
"Wah, cerita yang menarik. Namun, tahukah kalian bahwa sebenarnya, tak jauh dari hulu Sungai Brantas ini pencemaran sudah terjadi. Banyak petani yang menggunakan pestisida buatan langsung ke aliran Sungai Brantas. Nah, ayo siapa yang tahu dampak negatif pestisida bagi aliran air di sungai?"
"Saya tahu, Pak. Saya tahu!"
"Iya silahkan, ceritakan apa saja dampak pestisida yang terjadi jika terbawa aliran air sungai!"
"Ikan-ikan banyak yang mati, Pak. Makanya ketika saya mencari ikan di aliran Sungai Brantas di daerah Mergosono, saya tak dapat ikan sama sekali."
"Wah, kamu suka mencari ikan, ya. Hati-hati kalau sedang memancing di Sungai Brantas. Aliran airnya cukup deras. Nah, adanya pestisida tidak hanya ikan saja yang akan berdampak pada mahkluk hidup air lainnya. Pestisida yang masuk ke ke aliran air dimulai dari pembusukan dari tanaman air. Ketika tanaman itu membusuk, maka akan banyak oksigen yang digunakan untuk proses tersebut. Akibatnya, ikan kesulitan bernafas. Tak hanya itu, adanya pestisida terutama herbisida dapat menyebabkan populasi zooplankton yang menjadi sumber makanan bagi ikan kecil menurun. Jadi, ikan kecil akhirnya juga kekurangan makanan. Kalian masih ingat kan rantai makanan pada ekosistem air?"
"Benar, sekali. Nah, ada satu hal yang perlu kalian ketahui lagi. Limbah domestik dan limbah industri adalah penyebab utama terjadinya pencemaran air di sepanjang aliran Sungai Brantas. Oleh karenanya, air yang melintas di kawasan perkotaan dan kawasan industri kualitasnya akan menurun. Cerita-cerita kalian tadi bisa jadi salah satu buktinya. Rumah-rumah di sekitar Kidul dalem, Jodipan, Oro-oro Dowo adalah beberapa contoh sumber pencemaran domestik. Pabrik-pabrik di bagian selatan Kota Malang juga berpengaruh terhadap adanya limbah industri. Meski sebenarnya, menurut Direktur Utama Jasa Tirta I yang menangani Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas ternyata kualitas airnya stagnan. Ada yang tahu, apa yang dimaksud dengan stagnan?"
"Saya, Pak. Stagnan adalah keadaan tetap, tidak naik atau turun."
"Tepat sekali. Kita belajar satu kosa kata sulit lagi. Artinya bahwa kualitas air di sepanjang aliran Sungai Brantas dalam kurun waktu terakhir ini tidak bertambah buruk dan tidak bertambah bagus. Meski begitu, apakah kita hanya berpangku tangan dan hidup berdampingan dengan Sungai Brantas yang tercemar? Maukah kalian tinggal di kota dan provinsi yang terkenal dengan sungainya yang kotor?"
"Benar. Kita tentu prihatin dengan kondisi ini. Sungai Brantas yang akhirnya terpecah menjadi dua aliran juga memiliki masalah pencemaran berat di bagian hilirnya. Kali Porong kini menjadi tempat sampah raksasa buangan Lumpur Sidoarjo. Sementara, akumulasi limbah domestik dan industri mencapai puncaknya di Kalimas Surabaya.Â
Meski Bu Risma, Walikota Surabaya sudah berusaha semaksimal mungkin dengan seluruh warganya membersihkan Kalimas, kualitas air di sana masih cukup buruk hingga kini. Makanya, sebagai warga Jawa Timur yang memiliki aset berharga berupa Sungai Brantas ini, sudah kewajiban kita untuk menjaga kelestariannya. Salah satu caranya adalah memulai menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) khusus untuk menampuh limbah domestik. Jadi, sebelum dibuang ke Sungai Brantas, limbah domestik harus diproses dulu."
"Pertanyaan bagus. Penjernihan seperti itu hanya bisa digunakan untuk menggumpalkan endapan kasar. Namun, untuk masalah limbah domestik ini yang banyak mengandung deterjen dan sabun maka harus dilakukan pengolahan IPAL yang tepat. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Sungai Brantas."
"Tapi, dibandingkan di Jakarta dan Jawa Barat seperti yang saya lihat di televisi, sungai di sini masih cukup bersih, Pak".
"Diare, Pak!"
"Ya, diare. Penyakit ini akan banyak timbul pada masyarakat yang hidup di sekitar bantaran sungai. Nah, masyarakat kota kita juga banyak yang hidup di sepanjang bantaran Sungai Brantas. Tahukah kalian bahwa Provinsi Jawa Timur menempati peringkat dua dalam kasus diare yang muncul. Dan, itu banyak menyerang masyarakat terutama anak-anak di bantaran sungai ini."
"Saya sepakat. Tak hanya itu, jangan sampai sungai yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Jawa Timur ini sejak peradaban Hindu-Buddha menjadi petaka bagi kehidupan kita. Kalian mengerti?"
"Bagus. Baiklah, kita akhiri pembelajaran kedua Tema 2 Sub Tema 2 kali ini. Semoga kalian bisa memetik hikmahnya. Selamat Pagi".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H