Bagi saya, keunikan candi ini adalah bentuknya yang ramping dan menjulang tinggi. Sangat khas candi gaya Jawa Timuran. Kalau boleh saya mempersonifikasikan, Candi Jawi bak seorang putri kecantikan yang akan mengikuti ajang putri kecantikan internasional. Halah lebay. Tapi memang, tinggi candi ini mencapai sekitar 24, 5 meter, dengan panjang 14,2 meter dan lebar 9,5 meter.Â
Nah yang membuat saya makin kagum, candi ini memiliki atap yang merupakan perpaduan antara stupa dan kubus. Membuatnya seakan-akan bermahkota putri kecantikan.Â
Dilihat dari struktur bangunannya, candi ini diyakini sebagai perpaduan antara Candi Siwa-Buddha. Posisi pintu menghadap timur, membelakangi gunung, sehingga para arkeolog meyakini pengaruh Buddha sangat kuat.
 Pintu masuk candi ini sebenarnya ada di sisi barat yang dekat dengan perkampungan penduduk, yang disebut dengan candi bentar. Sayangnya, pintu gerbang ini hanya tersisa onggokan batu.
Yang menjadi spesial bagi saya adalah kita bisa melihat keindahan Gunung Penanggungan dari bagian samping dan belakang candi. Dengan menaiki tangga yang cukup terjal, kita bisa sedikit menghilangkan penat.
Hanya saja, hati-hati karena selasar pada bagian ini cukup sempit. Apalagi, tinggi candi yang lumayan membuat risiko terjatuh bisa mengancam.
Tak hanya menikmati keindahan Gunung Penanggungan, kita bisa memberi makan ikan di kolam. Kolam ini mengelilingi tembok yang membatasi candi. Dengan harga 2000 rupiah, kita bisa membeli pakan ikan yang dijual oleh seorang Bapak di pintu masuk. Kolam ini juga dihiasi dengan rangkaian bunga teratai. Bisa jadi tempat narsis kan?
Tapi bagi saya, tempat ini bisa dijadikan tempat untuk sekedar merenung. Dari kisah Raja Kertanegara yang konon abunya disimpan di sini, ada satu pelajaran berharga. Berapa kesombongan akan menghancurkan manusia. Tak hanya dibenci oleh Tuhan, sifat ini membuat manusia lupa untuk berhati-hati. Lupa untuk melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan dan lebih mengejar hal-hal di luar kemampuan mereka.Â
Contoh nyatanya, kasus yang sedang ngehits sat ini, yakni para pengikut Kanjeng Dimas Taat Pribadi. Betapa mereka sombong dan serakah mengejar apa yang mereka impikan meski mustahil untuk dilakukan.Â
Mereka lupa untuk mengerjakan apa yang seharusnya mereka lakukan, yakni bekerja dan beramal baik. Sama halnya dengan Raja Kertanegara yang mengejar hasrat menyatukan Nusantara dengan Ekspedisi Pamalayunya namun alpa dengan pertahanan di dalam kerajaanya. Dan, kisah mengenai kehidupan Raja Kertanegara kini tersimpan dalam bentuk bangunan Candi Jawi ini.
Lihat Humaniora Selengkapnya