Mohon tunggu...
Ikrom Al Masobih
Ikrom Al Masobih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tetap semangat dan jangan pernah menyerah

Pelajar di UIN K.H. Abdurrahman Wahid

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Kajian Barat Atas Qur'an

17 Oktober 2022   22:31 Diperbarui: 17 Oktober 2022   22:33 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Urgensi Kajian Barat Atas Al-Qur'an

Oleh: 

Mufti Lathif

3120033

Pendahuluan

Kajian Al-Qur'an dan disiplin akademis yang mendukungnya telah mendapat banyak perhatian tidak hanya dari umat Islam, tetapi juga dari pengamat Islam Barat. Ini bukan hanya karena Al-Qur'an adalah kitab suci yang diyakini berasal dari wahyu dan berfungsi sebagai pedoman bagi orang-orang beriman, tetapi juga karena Al-Qur'an meninggalkan banyak misteri yang menjadika seorang terpesona dan merasa tertantang untuk mempelajarinya.

Posisinya sangat penting dan telah menarik banyak perhatian sejak zaman Nabi Muhammad. sampai sekarang. Perhatian ini diperjelas oleh catatan Al-Qur'an yang pertama kali disampaikan oleh Nabi Muhammad. bagi umatnya, kitabnya menjadi naskah atau mushaf, tafsir dan rumusan bidang keilmuan dalam kajian Al-Qur'an. Wujud dari minat yang luar biasa ini dapat dilihat dari banyaknya karya-karya ilmiah (tafsir) yang berupaya memperjelas makna al-Qur'an, di samping karya-karya intelektual tentang ilmu pengetahuan yang membantu untuk memahami al-Qur'an. Ilmu teresebut yaitu 'ulm al-Qur'n'.

Terlebih lagi, ketika kita berbicara tentang Barat, di Barat tidak hanya ada sarjana non-Muslim yang mempelajari Islam dan Al-Qur'an, tetapi juga banyak sarjana Muslim yang menetap dan mengajar di Barat dan telah menulis beberapa penelitian mengenai kajian keislaman dan al-Qur'an. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, dunia Barat tidak terbatas pada 'ulama Barat non-Muslim saja, tetapi juga sarjana Muslim seperti Fazr Rahman, Khalid Abu El-Fadhl, Abdullahi Ahmed Annaim, Amina Wadud, Asma Barlas, Nasr Hamid Abu Zaid dan lain-lain.

Pembahasan

A. Klasifikasi Umum Kajian Orientalis

Ketika membahas kajian Al-Qur'an Orientalis, kita dapat membaginya ke dalam dua kategori umum: kelompok pertama Orientalisme "kuno" (Orientalisme "masa lalu"). Lihat Ignaz Goldziher, yang meninggal pada tahun 1921, Theodor Noldeke (m. 1930), Edward Sell (memerintah 1932), dan Arthur Jeffery (memerintah 1959).

Kelompok ini di dalam beberapa karyanya lebih mengutamakan kajian kepada what is behind the text (apa yang ada di balik teks/al-Qur'an). Karya Edward Sell yang berjudul Historical Development of the Qur'an, A. Mingana tentang Syiriac Influence on the Style of the Kur'an, A. Jeffery tentang The Foreign Vocabulary of the Qur'an, dan juga yang lain, masuk dalam kategori ini, karena membahas sesuatu sebelum al-Qur'an terbentuk, seperti pengaruh luar terhadap al-Qur'an dan juga sejarah kemunculan al-Qur'an. Hal ini dilakukan dengan menggunakan metodologi filologi, textcriticism, form criticism dan lainnya.

Banyak juga karya Orientalis kontra dengan sudut pandang mereka dan mengutarakan pemikiran yang sangat berbeda. Bahkan, beberapa pemerhati kajian al-Qur'an mengemukakan bahwa saat ini telah terjadi "perubahan paradigma" (shift of paradigm) dalam kajian al-Qur'an. Jika golongan pertama lebih terfokus pada kajian what is behind the text(apa yang ada di belakang teks), paradigma golongan yang kedua adalah what is before/in front of the text (apa yang ada di hadapan teks/al-Qur'an) seperti bagaimana al-Qur'an telah dan selalu memberikan pengaruh kepada seseorang yang telah membacanya atau mendengarnya, bagaimana para pembaca atau pendengar menerima dan memahami al-Qur'an.

Perubahan paradigma ini terjadi dari pendekatan filologis, text criticismterhadap al-Qur'an ke pendekatan sastra. Buku The Literary Structures of Religious Meaning in the Qur'an (LSRMQ) yang diedit oleh Issa J. Boullata adalah merupakan salah satu contoh dari perubahan paradigma ini. Di dalam karya ini, beberapa Orientalis seperti Boullata, A. Neuwirth, A.H. Johns, A.M. Zahniser, Michael Sells, dan A.T. Welch mengkaji dan mengapresiasi gaya sastra al-Qur'an. Boullata, seorang yang memeluk agama Kristen dari Palestina, banyak menulis dan mengapresiasi kemukjizatan atas al-Qur'an. A. Neuwirth, salah satu sarjana wanita pengkaji al-Qur'an dan sastra Arab dari Jerman, menulis disertasinya tentang kesatuan tema dalam al-Qur'an, dan kini banyak mempublikasikan beberapa tulisan yang menentang pandangan J. Wansbrough dan A. Rippin. 

B. Urgensi Kajian Barat Atas Al-Qur'an

Pada bulan April 2009, Reynolds mengadakan Notre Dame Qur'an Conference yang kedua yang menghasilkan buku dengan judul New Perspectives on the Qur'n: The Qur'n in Its Historical Context. Yang menjadi catatan penting dari konferensi dan buku ini, kata Reynolds, adalah pertama sarjana Muslim mulai banyak yang terlibat dalam kajian kritis terhadap al-Qur'an, dan kedua, meskipun penelitian kontroversial masih ada, penelitian terbaru tentang Al-Qur'an sebagian besar dipengaruhi oleh tanggapan yang baik terhadap teks Al-Qur'an. Para ulama yang berpartisipasi dalam penelitian ini lebih dimotivasi oleh pemahaman intelektual mereka tentang Al-Qur'an daripada oleh kepentingan mereka yang kontroversial.

Oleh karena itu, berdasarkan catatan Reynolds, penting bagi para cendekiawan Muslim untuk terlibat dalam kajian ilmiah Al-Qur'an. Saat ini, tidak banyak cendekiawan Muslim yang mengambil pendekatan tradisional dan kritis terhadap kajian Al-Qur'an. Beberapa dari mereka masih tutup usia, seperti Fazrah Rahman, Nasr Hamid Abu Zayed dan Mohammed Alkoon. Beberapa karya mereka telah menyentuh hati sebagian besar umat Islam. Fazlur Rahman dengan pendekatan "double movement"nya, Nasr Abu Zayd dengan "hermeneutika"nya dan Arkoun dengan "deconstruction strateginya."

Tentu saja, ide dan metode penelitian yang mereka ajukan tidak mudah diterima oleh masyarakat Muslim. Itulah sebabnya beberapa orang tinggal dan mengajar di negara-negara Barat, bukan di negara-negara Muslim. Pertama, dalam konteks yang lebih luas, menekankan kebebasan akademik, tetapi di negara-negara Muslim, penelitian yang "bertentangan dengan" pandangan masyarakat Muslim dipandang sesat dan karenanya dicap sesat.

Selain cendekiawan Muslim yang disebutkan di atas yang bekerja di Barat, ada juga yang menggunakan pendekatan kontemporer baru, seperti Farid Esak dan Asghar Ali Engian, pendekatan hubungan antaragama yang diusung oleh Abdulaziz Sacheddina.Ada beberapa cendekiawan Muslim.

Terakhir, fenomena yang menarik dalam kajian al-Qur'an di Barat adalah fenomena online resource dalam kajian al-Qur'an. Reynolds mencatat beberapa alamat website yang dapat digunakan untuk melihat, membaca dan mendownload kajian al-Qur'an. 

Pertama website yang dibuat oleh Mehdi Azaiez dalam bahasa Perancis dengan alamat (http://mehdi- azaiez.org) yang memberikan informasi tentang konferensi-konferensi dan publikasi-publikasi dalam kajian al-Qur'an. 

Di samping itu, terdapat juga sebuah website (http://www.quranbrowser.com) serta (www.altafsir.com) yang menyediakan beberapa terjemahan al-Qur'an serta tafsir al- Qur'an. Selain itu ada website (www.studyquran.co.uk) yang menawarkan berbagai fasilitas, seperti penyusuran makna kata, kamus, gramatika, bahkan mengkaitkannya dengan entri di Lexicon karya E.W. Lane.

Perkembangan terakhir adalah terbentuknya asosiasi internasional pengkajian al-Qur'an, yaitu adanya sebuah wadah yang dinamai International Qur'anic Studies Association dengan alamat websitenya (iqsaweb.wordpress.com) yang memuat berbagai macam informasi mengenai konferensi, publikasi dan rujukan-rujukan tentang kajian al-Qur'an. Bahkan, IQSA juga memiliki facebook International Qur'anic Studies Association dan juga twitter @iqsaweb. Perkembangan terakhir ini sangat membantu untuk mengetahui kajian-kajian terkini tentang al-Qur'an, yang tidak hanya terjadi di Barat, namun juga di Timur Tengah dan di Asia Tenggara.

Kesimpulan

Penting bagi para cendekiawan Muslim untuk terlibat dalam kajian ilmiah Al-Qur'an. Saat ini, tidak banyak cendekiawan Muslim yang mengambil pendekatan tradisional dan kritis terhadap kajian Al-Qur'an. Beberapa dari mereka masih tutup usia, seperti Fazrah Rahman, Nasr Hamid Abu Zayed dan Mohammed Alkoon. Beberapa karya mereka telah menyentuh hati sebagian besar umat Islam. Fazlur Rahman dengan pendekatan "double movement"nya, Nasr Abu Zayd dengan "hermeneutika"nya dan Arkoun dengan "deconstruction strateginya.

Tentu saja, ide dan metode penelitian yang mereka ajukan tidak mudah diterima oleh masyarakat Muslim. Itulah sebabnya beberapa orang tinggal dan mengajar di negara-negara Barat, bukan di negara-negara Muslim. Pertama, dalam konteks yang lebih luas, menekankan kebebasan akademik, tetapi di negara-negara Muslim, penelitian yang "bertentangan dengan" pandangan masyarakat Muslim dipandang sesat dan karenanya dicap sesat.

Referensi

Wild, Stefan, (1996). "Preface," in The Qur'an as Text, ed. S. Wild Leiden: Brill

Reynolds, Gabriel Said (ed.). The Quran in Its Historical Context. London and New York: Routledge, 2008.

Saaeed, Abdullah, (2008). The Qur'an: An Introduction New York: Routledge

Rippin, Andrew (ed.), Approaches to History of the Interpretation of the Qurn. Oxford: Clarendon Press, 1988.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun