Mohon tunggu...
Ikrom Al Masobih
Ikrom Al Masobih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tetap semangat dan jangan pernah menyerah

Pelajar di UIN K.H. Abdurrahman Wahid

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Kajian Barat Atas Qur'an

17 Oktober 2022   22:31 Diperbarui: 17 Oktober 2022   22:33 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kelompok ini di dalam beberapa karyanya lebih mengutamakan kajian kepada what is behind the text (apa yang ada di balik teks/al-Qur'an). Karya Edward Sell yang berjudul Historical Development of the Qur'an, A. Mingana tentang Syiriac Influence on the Style of the Kur'an, A. Jeffery tentang The Foreign Vocabulary of the Qur'an, dan juga yang lain, masuk dalam kategori ini, karena membahas sesuatu sebelum al-Qur'an terbentuk, seperti pengaruh luar terhadap al-Qur'an dan juga sejarah kemunculan al-Qur'an. Hal ini dilakukan dengan menggunakan metodologi filologi, textcriticism, form criticism dan lainnya.

Banyak juga karya Orientalis kontra dengan sudut pandang mereka dan mengutarakan pemikiran yang sangat berbeda. Bahkan, beberapa pemerhati kajian al-Qur'an mengemukakan bahwa saat ini telah terjadi "perubahan paradigma" (shift of paradigm) dalam kajian al-Qur'an. Jika golongan pertama lebih terfokus pada kajian what is behind the text(apa yang ada di belakang teks), paradigma golongan yang kedua adalah what is before/in front of the text (apa yang ada di hadapan teks/al-Qur'an) seperti bagaimana al-Qur'an telah dan selalu memberikan pengaruh kepada seseorang yang telah membacanya atau mendengarnya, bagaimana para pembaca atau pendengar menerima dan memahami al-Qur'an.

Perubahan paradigma ini terjadi dari pendekatan filologis, text criticismterhadap al-Qur'an ke pendekatan sastra. Buku The Literary Structures of Religious Meaning in the Qur'an (LSRMQ) yang diedit oleh Issa J. Boullata adalah merupakan salah satu contoh dari perubahan paradigma ini. Di dalam karya ini, beberapa Orientalis seperti Boullata, A. Neuwirth, A.H. Johns, A.M. Zahniser, Michael Sells, dan A.T. Welch mengkaji dan mengapresiasi gaya sastra al-Qur'an. Boullata, seorang yang memeluk agama Kristen dari Palestina, banyak menulis dan mengapresiasi kemukjizatan atas al-Qur'an. A. Neuwirth, salah satu sarjana wanita pengkaji al-Qur'an dan sastra Arab dari Jerman, menulis disertasinya tentang kesatuan tema dalam al-Qur'an, dan kini banyak mempublikasikan beberapa tulisan yang menentang pandangan J. Wansbrough dan A. Rippin. 

B. Urgensi Kajian Barat Atas Al-Qur'an

Pada bulan April 2009, Reynolds mengadakan Notre Dame Qur'an Conference yang kedua yang menghasilkan buku dengan judul New Perspectives on the Qur'n: The Qur'n in Its Historical Context. Yang menjadi catatan penting dari konferensi dan buku ini, kata Reynolds, adalah pertama sarjana Muslim mulai banyak yang terlibat dalam kajian kritis terhadap al-Qur'an, dan kedua, meskipun penelitian kontroversial masih ada, penelitian terbaru tentang Al-Qur'an sebagian besar dipengaruhi oleh tanggapan yang baik terhadap teks Al-Qur'an. Para ulama yang berpartisipasi dalam penelitian ini lebih dimotivasi oleh pemahaman intelektual mereka tentang Al-Qur'an daripada oleh kepentingan mereka yang kontroversial.

Oleh karena itu, berdasarkan catatan Reynolds, penting bagi para cendekiawan Muslim untuk terlibat dalam kajian ilmiah Al-Qur'an. Saat ini, tidak banyak cendekiawan Muslim yang mengambil pendekatan tradisional dan kritis terhadap kajian Al-Qur'an. Beberapa dari mereka masih tutup usia, seperti Fazrah Rahman, Nasr Hamid Abu Zayed dan Mohammed Alkoon. Beberapa karya mereka telah menyentuh hati sebagian besar umat Islam. Fazlur Rahman dengan pendekatan "double movement"nya, Nasr Abu Zayd dengan "hermeneutika"nya dan Arkoun dengan "deconstruction strateginya."

Tentu saja, ide dan metode penelitian yang mereka ajukan tidak mudah diterima oleh masyarakat Muslim. Itulah sebabnya beberapa orang tinggal dan mengajar di negara-negara Barat, bukan di negara-negara Muslim. Pertama, dalam konteks yang lebih luas, menekankan kebebasan akademik, tetapi di negara-negara Muslim, penelitian yang "bertentangan dengan" pandangan masyarakat Muslim dipandang sesat dan karenanya dicap sesat.

Selain cendekiawan Muslim yang disebutkan di atas yang bekerja di Barat, ada juga yang menggunakan pendekatan kontemporer baru, seperti Farid Esak dan Asghar Ali Engian, pendekatan hubungan antaragama yang diusung oleh Abdulaziz Sacheddina.Ada beberapa cendekiawan Muslim.

Terakhir, fenomena yang menarik dalam kajian al-Qur'an di Barat adalah fenomena online resource dalam kajian al-Qur'an. Reynolds mencatat beberapa alamat website yang dapat digunakan untuk melihat, membaca dan mendownload kajian al-Qur'an. 

Pertama website yang dibuat oleh Mehdi Azaiez dalam bahasa Perancis dengan alamat (http://mehdi- azaiez.org) yang memberikan informasi tentang konferensi-konferensi dan publikasi-publikasi dalam kajian al-Qur'an. 

Di samping itu, terdapat juga sebuah website (http://www.quranbrowser.com) serta (www.altafsir.com) yang menyediakan beberapa terjemahan al-Qur'an serta tafsir al- Qur'an. Selain itu ada website (www.studyquran.co.uk) yang menawarkan berbagai fasilitas, seperti penyusuran makna kata, kamus, gramatika, bahkan mengkaitkannya dengan entri di Lexicon karya E.W. Lane.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun