Mohon tunggu...
Muhammad Igo
Muhammad Igo Mohon Tunggu... Ilmuwan - mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Papua Merdeka

9 Juni 2021   06:01 Diperbarui: 9 Juni 2021   06:13 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah seseorang itu pergi jenderal kembali berbicara.

Jenderal: Baik, lupakan masalah lainnya dan kita kembali ke permasalahan. Kita harus memberikan perlawanan agar tidak ada yang beperilaku semena-mena dengan tanah dan adat kita. Tanamkan hal itu, karena kemungkinan kalah itu besar tapi setidaknya kita menunda kerusakan terhadap tanah kita. Silahkan laporan masing-masing ketua.

Ketua1: pasukan kami siap untuk mempertahankan tanah dan adat kita.

Ketua2: pasukan kamupun siap.

Ketua3: pasukan kita siap begitupun pasukan lain yang setara.

Jenderal: semoga leluhur merestui kita dan bersiaplah untuk segala hal dan untuk langkah selanjutnya. Aku ingin berpesan kepaa kalian. Jika aku tertembak dan mati maka katakan kepada generasi selanjutnya jangan biarkan harta bumi kita diambil semena-mena.

Keringatku semakin banyak dan membasahi seluruh tubuhku dan aku merasa dinggin. Aku menyelimuti hatiku yang disertai gelisah. Akan tetapi, mereka seakan-akan tidak menggapku ada. Tidak lama setelah perkataan 'Jenderal' itu terdengar suara senjata api secara bertubi-tubi ditembakkan. Seseorang datang ke dalam ruangan tersebut dan berteriak.

Seseorang5: semuanya bersiap, markas kita diserang!

Jenderal: ayo semua kita habisi mereka dan lindungi tanah surga kita. Papua harus medeka.

Suara itu semakin dekat dan semakin banyak senjata yang dilupkan. Selain itu, suara tangisan juga ramai disekitarku. Rasa takut menyelimutikku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bangun dan merangkak ke puntu untuk mengintip apa yang sebenarnya terjadi. Senjata api masih meletup dari kedua belah pihak dan korban berjatuhan di mana-mana serta tanah dipenuhi oleh darah manusia yang tertembak, namun anehnya jarak perperangan itu sekitar lima sampai sepuluh meter. 

Seketika senjata yang dipakai oleh mereka berubag menjadi senjata mainan tapi tetap menimbulkan kematian. Letupan senjata api masih ramai di tengah-tengah pertempuran terdapat dua anak kecil yang belum bisa berjalan  merangkak ke dua mayat dari dua  belah pihak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun