Mohon tunggu...
I KOMANG WITARSA
I KOMANG WITARSA Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMAN Satu Atap Nusa Penida

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pekom-Darling Lemod; Pembelajaran Daring-Luring dengan Menerapkan LMS dan e-Modul

19 Maret 2023   12:58 Diperbarui: 19 Maret 2023   13:06 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

A. DESKRIPSI PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MASA PANDEMI COVID-19

Tahun 2020 merupakan sebuah tahun yang tidak mudah kita lupakan. Bagaimana tidak, seluruh tatanan kehidupan di muka bumi ini telah mengalami perubahan yang sangat cepat dan sulit diterima oleh akal sehat manusia. Sebuah pandemi yang diakibatkan oleh Covid-19 membuat kehidupan seakan berhenti sesaat. Namun sebagai manusia yang telah dibekali dengan akal-budi, kita tentu tidak bisa berdiam diri dan berpangku tangan. Setiap sektor terutama ekonomi dan pendidikan harus bisa mencari pemecahan masalah atas pandemi yang melanda.

Khususnya pada bidang pendidikan, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada pertengahan bulan Maret 2020 telah mengumumkan secara resmi bahwa pembelajaran tatap muka untuk sementara dihentikan sampai batas waktu yang tidak dapat ditentukan. Sebagai alternatifnya adalah sekolah-sekolah diharapkan tetap memberikan pelayanan pendidikan terhadap siswa melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau dikenal juga dengan istilah Belajar Dari Rumah (BDR).

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) sangat mengandalkan peran teknologi dan ketersediaan jaringan internet. Kegiatan KBM yang dulunya bisa dilaksanakan secara tatap muka, kini aktivitas tersebut harus berlangsung secara virtual. Dalam rangka memasuki abad 21 dan era industri 4.0, sebagai guru kita dituntut memiliki ketrampilan yang cukup dalam mengoperasikan perangkat teknologi dan aplikasi yang menunjang proses pembelajaran di kelas. Atas dasar itu, sebagian besar guru tentu sudah siap untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Ada banyak pilihan media/aplikasi yang dapat menunjang pembelajaran jarak jauh dari yang sederhana sampai yang kompleks seperti Whatsapp, Google Classroom, Edmodo, Ruang Guru, Quipper, Rumah Belajar, Schoologi, Zenius, Quizizz, dan banyak lagi aplikasi-aplikasi lainnya.

Seorang guru harus bijaksana dalam memilih aplikasi-aplikasi yang akan digunakan dengan memikirkan dampaknya secara lebih luas terhadap siswa. Setiap aplikasi memiliki karakter yang berbeda. Ada aplikasi yang ringan (mudah dijalankan pada perangkat dengan ruang penyimpanan terbatas), namun ada juga aplikasi yang berat (memerlukan perangkat dengan ruang penyimpanan yang cukup besar). Pemilihan aplikasi yang tepat bisa menjadi salah satu indikator keberhasilan guru melaksanakan pembelajaran jarak jauh.

B. KENDALA YANG DIHADAPI

Saat ini penulis adalah seorang guru di SMA Negeri Satu Atap Nusa Penida. Nusa Penida merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Klungkung yang terpisahkan oleh selat Badung. Secara geografis Nusa Penida merupakan daerah perbukitan. Infrastruktur yang menunjang fasilitas perkantoran dan sekolah masih kurang memadai. Demikian pula dengan jaringan telekomunikasi yang tidak merata disetiap tempat akibat kondisi geografis yang berupa perbukitan. Keadaan ini menjadi kendala utama penulis untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh secara daring.

Selain kendala geografis dan infrastruktur tersebut, masih ada kendala lainnya yang lebih penting. Faktor ekonomi dan pendidikan orang tua siswa merupakan salah satu kendala yang tidak bisa kita abaikan. Dalam pembelajaran jarak jauh, siswa setidaknya mendapatkan pendampingan dan perhatian dari orang tua. Namun jika orang tua siswa sebagian besar berprofesi sebagai buruh tani dengan tingkat pendidikan rata-rata Sekolah Dasar, maka akan mustahil mengharapkan pendampingan yang maksimal dari orang tua. Sebagai buruh tani, tentu penghasilan dari orang tua siswa juga tidak menentu. Untuk menyediakan fasilitas penunjang PJJ seperti Laptop, Komputer, atau Gawai dengan spesifikasi menengah ke atas, sudah pasti orang tua siswa juga merasa keberatan. Hal ini penulis rasakan dan lihat sendiri karena penulis merupakan penduduk asli Nusa Penida yang sedari kecil hidup dalam serba keterbatasan.

Dari uraian di atas, maka dapat penulis simpulkan beberapa kendala yang penulis hadapi ketika melaksanakan pembelajaran jarak jauh dengan moda daring antara lain;

1) kurangnya pendampingan, pengawasan, dan perhatian yang diberikan oleh orang tua siswa ketika belajar dari rumah,

2) ketersediaan jaringan internet yang belum merata di setiap lokasi atau rumah siswa, dan

3) perangkat seperti laptop, komputer, atau gawai yang dimiliki siswa spesifikasinya masih rendah.

Sebagai seorang guru, penulis tentu tidak boleh skeptis dan menyerah melihat keadaan tersebut. Disinilah inovasi dan kreatifitas harus dibuktikan.

C. PEMECAHAN MASALAH

Ketika ada himbauan untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh, maka langkah pertama yang penulis lakukan adalah membuat group whatsapp. Group whatsapp tersebut lebih efektif digunakan sebagai media komunikasi antara guru dengan kelas yang diampunya namun kurang menarik jika digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sambil mengklasifikasi kendala yang mungkin dihadapi saat pelaksanaan PJJ, penulis mulai bereksperimen dengan mencoba mengaplikasikan beberapa platform learning management system (LMS) secara bergantian. Penulis tertarik terhadap satu LMS yaitu Moodle karena dapat dikembangkan secara mandiri menjadi elearning sekolah. Dengan menggunakan moodle, maka kegiatan pembelajaran jarak jauh bisa terpantau secara real time dan kita juga dapat mendesign kegiatan pembelajaran secara lebih menarik dan interaktif.

Namun akhirnya harapan itu pupus ketika uji coba pertama dilakukan. Siswa tidak dapat mengakses materi dan quiz secara sempurna melalui LMS moodle. Ternyata untuk mengakses LMS moodle memerlukan koneksi internet yang stabil dan smart phone dengan memory minimal 2 GB. Penulis kembali mencoba mengaplikasikan LMS lainnya yang ukurannya lebih ringan. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya penulis menemukan satu aplikasi pembelajaran/kelas maya yang cukup ringan, mudah digunakan, serta memiliki beberapa fitur yang cukup sederhana namun masih bisa digunakan untuk kegiatan pembelajaran jarak jauh dengan moda daring. Aplikasi yang penulis maksudkan adalah Google Classroom.

Tahap awal, penulis mulai membuat kelas maya pada google classroom sesuai dengan kelas yang diampu dan membagikan kode kelasnya. Setiap kelas virtual, penulis lengkapi dengan kategori absensi, materi, tugas/quiz, dan evaluasi. Materi bisa disajikan dalam bentuk ppt, pdf, gambar, maupun video. Selain itu, kita juga bisa menyisipkan link google meet yang bisa digunakan untuk pembelajaran secara sinkronus (tatap muka secara virtual). Sedangkan untuk tugas/quiz dan evaluasi, bentuk soal yang tersedia adalah jawab singkat, uraian, dan pilihan ganda. Barangkali bentuk soal yang tersedia kurang variatif  tidak seperti pada moodle, namun cukup membantu dan memudahkan guru dalam penilaian. Tugas yang dikumpulkan oleh siswa, dapat kita berikan penilaian secara langsung serta umpan balik. Siswa dapat melihat hasil penilaian dan umpan balik dari guru setelah guru mengembalikan tugas/pekerjaan siswa tersebut. Demikian seterusnya, komunikasi tetap bisa dilakukan dengan dua arah namun secara virtual melalui kolom komentar. Kehadiran siswa bisa kita lihat dari rekap absensi. Semua materi, absensi, kuis/tugas, dan evaluasi dapat kita jadwalkan sesuai dengan jam pelajaran tatap muka.

Dua minggu menggunakan Google Classroom untuk menunjang kegiatan pembelajaran jarak jauh, penulis pun melakukan evaluasi terhadap peran aktif siswa dalam PJJ. Hasilnya sungguh mengecewakan. Hanya 52% siswa yang aktif mengikuti PJJ dari total siswa yang penulis ajar. Tentu ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Penulis mulai mencari informasi terkait alasan ketidakhadiran dan keaktifan siswa dalam kegiatan PJJ yang dilaksanakan dengan moda daring. Fakta yang diperoleh adalah bahwa 48% siswa yang tidak mengikuti PJJ tersebut terkendala akibat di sekitar lokasi/rumah meraka tidak tersedianya jaringan internet. Ini memang masuk akal karena sebelumnya penulis telah mengklasifikasi masalah tersebut. Masalah ini tentu tidak dapat penulis selesaikan dengan mengganti Google Classroom dengan aplikasi lainnya karena kendalanya adalah jaringan internet.

Salah satu langkah yang penulis ambil adalah dengan menyediakan media pembelajaran interaktif berbasis digital yang bisa diakses secara offline (tanpa jaringan internet) bagi para siswa yang di sekitar lokasi/rumahnya tidak terdapat jaringan internet. Penulis sengaja tidak memilih buku/LKS sebagai solusinya karena karakteristik siswa sekarang yang dikenal dengan istilah z-generation  jauh berbeda dengan siswa jaman dulu. Siswa sekarang lebih tertarik dengan media berbasis animasi. Media pembelajaran interaktif berbasis digital yang penulis rancang berupa e-Modul (modul elektronik). Modul elektronik atau e-modul ini sendiri dikembangkan oleh Direktorat PSMA sejak tahun 2016. Namun penyusunan e-modul tersebut baru terbatas untuk beberapa KD saja, sehingga guru-guru dituntut untuk merancang e-modul sendiri sesuai dengan KD yang akan diajarkannya. Hasil e-modul Direktorat PSMA tahun 2017 dapat diunduh melalui tautan https://tinyurl.com/emodul2017.

E-modul dapat disisipkan file-file berformat png, gif, mp3, mp4, dan lain-lain. Video yang disisipkan pada e-modul dapat diputar secara offline (tanpa jaringan internet). Di dalam e-modul kita juga dapat menyajikan berbagai model soal seperti pilihan ganda, uraian, jawab singkat, benar-salah, menjodohkan, dan tes isian (fill-in test). Bisa dikatakan e-modul ini merupakan salah satu media interaktif yang dapat meningkatkan aktivitas belajar serta melatih kemandirian siswa khususnya pada pembelajaran jarak jauh.

Secara umum e-modul yang penulis rancang memuat beberapa komponen seperti; cover, daftar isi, glosarium, kompetensi (KD dan IPK), motivasi/apersepsi, petunjuk penggunaan, peta materi, tujuan, uraian materi, rangkuman, tugas, latihan, penilaian diri, evaluasi, kunci jawaban dan pedoman penskoran, daftar pustaka, dan lampiran. Setiap siswa yang memilih moda luring (dengan media e-modul) diberikan panduan dan jadwal yang jelas dalam mempelajari dan menyelesaikan tagihan setiap modul. Hal ini bertujuan agar siswa tetap dapat menyelesaikan setiap KD sesuai dengan program semester yang penulis susun. Laporan e-modul dilaksanakan setiap dua minggu sekali, dimana siswa datang ke sekolah sesuai jadwal yang telah disepakati dengan tetap menerapkan protokol kesehatan covid-19. Pada waktu pelaporan hasil belajar e-modul oleh siswa, penulis juga memanfaatkan waktu tersebut untuk melakukan diskusi terkait berbagai kendala yang dihadapi siswa serta memberikan umpan balik secara langsung. Apabila siswa bisa dengan baik menuntaskan satu e-modul yang diberikan, maka penulis akan memberikan e-modul berikutnya untuk dipelajari dalam dua minggu ke depan.

Siswa yang belajar dengan moda luring tidak diberikan absensi seperti halnya dengan siswa yang memilih belajar dengan moda daring karena seluruh aktivitas pada e-modul telah terukur secara lebih terperinci. Siswa yang disiplin sudah pasti dapat menyelesaikan satu e-modul dalam waktu dua minggu, tetapi bagi siswa yang tidak disiplin akan berlaku sebaliknya. Penilaian sikap juga mudah dilakukan melalui media pembelajaran e-modul.

D. HASIL YANG DICAPAI

Melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ) dimasa pandemi ini, sebagai seorang guru kita masih tetap bisa memberikan pelayanan kepada siswa dengan berbagai upaya dari beragam masalah yang dihadapi. Dengan melihat kendala-kendala yang ada, maka penulis mengambil inisiatif untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh melalui dua moda yaitu moda daring dan luring. Moda daring dengan memanfaatkan google classroom dan moda luring dengan memanfaatkan e-modul. Kedua media yang digunakan tersebut (google classroom dan e-modul) diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dan minat siswa untuk tetap belajar walau apapun keadaanya. Mengenang kembali apa yang pernah ditulis oleh bapak pendidikan kita bapak Kihajar Dewantara, "jadikan setiap tempat sebagai sekolah, jadikan setiap orang sebagai guru". Kalimat tersebut sepertinya sangat tepat untuk menggambarkan kondisi pendidikan kita disaat pandemi ini.

Melalui pembelajaran jarak jauh kombinasi daring-luring, penulis telah berusaha menciptakan merdeka belajar di ruang-ruang sunyi yang tak terjamah internet. Kurang lebih 48% siswa yang pada awal penerapan PJJ tidak aktif (tidak dapat) mengikuti kegiatan pembelajaran, kini sisanya hanya 9%. Tentu ini merupakan capaian yang luar biasa bagi penulis sendiri, hasil yang justru dirasa sangat melampaui target. Dengan menerapkan PJJ melalui dua moda awalnya penulis hanya menargetkan tingkat partisipasi siswa hanya 80%, namun faktanya bisa mencapai 91%.

Demikian sedikit pengalaman melaksanakan pembelajaran jarak jauh yang dapat penulis bagikan melalui tulisan sederhana ini. Semoga dapat memberikan inspirasi kepada sahabat-sahabat guru yang sekolahnya berada pada kondisi geografis yang sama dengan permasalahan yang tidak jauh berbeda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun