Mohon tunggu...
Ikmal Trianto
Ikmal Trianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Setengah mahasiswa setengah pekerja

Tukang nulis amatiran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Perspektif Pedagogi Kritis dan Perkembangannya

19 Maret 2022   13:33 Diperbarui: 5 Januari 2023   22:24 6227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Freepik

PENUTUP

Teori kritis merupakan salah satu disiplin ilmu filsafat yang melibatkan sikap kritis terhadap pandangan masyarakat sosial. Teori kritis dalam pendidikan mempertanyakan tentang sistem pendidikan dapat menawarkan pendidikan terbaik kepada semua orang tanpa memandang etnis, ras, agama dan kelas sosial. Pendidikan kritis menawarkan kesempatan dan pemahaman perspektif yang berbeda dari anggota masyarakat berdasarkan kelas sosial bawah. Pedagogi kritis mengajarkan peserta didik untuk sadar pada otokrasi kondisi sosial. Di ruang kelas, pedagogi kritis mendorong terhadap hubungan interaksi siswa dan guru mengenai bentuk pemberian informasi guru kepada siswa dan siswa adalah penerima manfaat pasif dari informasi guru. Tujuan dari pedagogi kritis adalah untuk menciptakan masyarakat yang lebih egaliter yang mampu mengidentifikasi bentuk penyimpangan sosial dan perubahan situasi tertentu melalui pendidikan. Selain itu, kurikulum yang digunakan bersifat fleksibel dan menekankan pada diskusi melalui pengalaman dan pendapat mengenai peristiwa sosial. Hal tersebut akan menguntungkan siswa untuk dapat berbagi pemikiran dan pengalaman mereka.

REFLEKSI

Kebebasan dan pergerakan dalam bentuk kritik belum tentu termasuk pada konsep baik. Salahsatu bentuk tindakan ekspresif dari kajian pedagogi kritis ialah kudeta yang dilakukan terhadap pemerintahan diktator Khadafi di Libya yang telah menjabat selama 41 tahun ataupun yang terjadi di Indonesia semasa pemerintahan Soeharto yang telah menjabat selama 32 tahun dengan hasil pergejolakan yang didapati berupa masa reformasi. Pergerakan-pergerakan sosial tersebut merupakan bentuk dari pemahaman berpikir kritis pada situasi sosial yang dihadapi dan dirasakan oleh masyarakat. Masyarakat menilai adanya penyimpangan pada aturan sosial, dengan hanya mengedepankan kelompok tertentu sebagai suatu bagian yang diuntungkan. Sementara kelas sosial lainnya mengalami penderitaan terhadap bagian dari sistem yang diberlakukan.

Pemahaman kritis merupakan satu hal yang penting untuk ditanamkan pada setiap individu melalui lingkungan pendidikan. Sekolah merupakan bagian intim dari penerapannya sikap kritis, selain keluarga yang menjadi bagian primer dalam penguatan nilai-nilai pemahaman kritis. Terdapat pergeseran orientasi yang perlu dibenahi adalah pemahaman kajian ini. Sekolah bukanlah tempat individu yang dipersiapkan sebagai bagian dari perjalanan yang kompetitif, tetapi merupakan tempat untuk membentuk sikap dan cara berpikir individu terhadap norma sosial.

Setiap orang tua atau guru tentu akan membanggakan individu yang memperoleh nilai akademis yang tinggi, lulusan terbaik yang mampu bekerja di instansi pemerintahan dengan gaji yang tinggi. Tanpa pemahaman dilandasi pemahaman kritis dengan kehidupan sosial. Hal tersebut hanya akan menanamkan pemikiran konservatif dari setiap generasi. Kritis tidak hanya harus didefinisikan sebagai bentuk perlawanan, tetapi juga bentuk pemikiran untuk perubahan.

Aktualisasi dan pembenahan pada kurikulum serta perangkat komponen pendidikan lainnya bukanlah jalan utama dalam menanamkan nilai-nilai sosial sebagaimana tertuang dalam Pancasila. Yang terpenting adalah bagaimana seluruh komponen pendidikan, tidak hanya pemerintah terkait, tetapi juga seluruh masyarakat dapat duduk berdampingan serta bergotong-royong dalam menjalankan dan mensukseskan tujuan pendidikan untuk mengarah pada arus yang lebih baik lagi sesuai dengan amanah undang-undang.

Kita dapat belajar dari Jepang, pada saat Jepang dibombardir oleh bom nuklir, Kaisar Hirohito mempertanyakan jumlah guru yang selamat. Ia percaya untuk membangun kekuatan suatu bangsa bukanlah berawal dari kekuatan militer yang dimiliki suatu negara, melainkan pada bidang pendidikan. Pendidikan bersifat fundamentalis dalam membangun bangsa.

 

REFERENSI

Aliakbari, M & Faraji, E. (2011). Basic Principles of Critical Pedagogy. 2nd International Conference on Humanities, Historical and Social Sciences IPEDR, 17, 77-85.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun