"Nabila, Pak," lirih Nabila seraya duduk di seberang beliau.
"Oh iya Dek Nabila. Ayo silahkan dimakan dulu mendoannya. Mumpung masih anget. Minumannya menyusul ya, lagi dibuatkan istri saya."
"Makasih, Pak Lur," balas Ari antusias.
Pak Tohir manggut-manggut memandang alat tersebut dengan penuh rasa ingin tahu. "Hmm, jadi ini bisa buat sawah pandai berhitung juga, nggak? Misal menyelesaikan rumus Al-jabar?"
Nabila tertawa geli. "Kalau tidak salah, bisa bikin sawahnya auto lolos olimpiade matematika juga, Pak," selorohnya.
"Hahahahha!"
Tawa renyah pun segera memenuhi suasana teras rumah Pak Lurah tersebut.
***
Menjelang pukul 9, warga desa sudah berkumpul di sawah Pak Tohir, penuh rasa penasaran. Nabila dan Ari sibuk mempersiapkan alat, sementara beberapa anak kecil berkumpul mengintip penasaran.
"Oke, Bapak, Ibu, siap-siap terkesan! Ini adalah alat irigasi otomatis yang akan menyiram sawah saat tanahnya kering," jelas Ari dengan nada bak pemandu acara di TV.
Saat Ari mulai memasang sensor kelembapan tanah, Pak Budi, salah satu petani dengan keluwesannya bertanya. "Karena bentukannya mirip kerang ungu di film SponsBob, apakah alat ini bisa rewel juga nggak, ya?"