Mohon tunggu...
Muhammad Riedzky Akbar
Muhammad Riedzky Akbar Mohon Tunggu... Pelajar -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Ospek dan "Kemajuan Bangsa"

23 Agustus 2015   13:47 Diperbarui: 23 Agustus 2015   13:47 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin bagi sebagian orang di indonesia khususnya orang yang pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Ospek. Meskipun sekarang konon kabarnya ospek sudah ditiadakan dan diganti dengan Masa Pengenalan Mahasiswa Baru atau sejenisnya. Memang kalau secara nama, Ospek itu sudah tidak ada, tapi secara teknis dan kenyataan di lapangan bahwasannya Masa Pengenalan di kampus itu yang sekarang namanya bermacam-macam itu tidak lain tidak bukan ya merupakan Ospek juga. Karena merupakan Orientasi atau Pengenalan secara harfiah.

Disini saya tidak akan membahas lebih jauh soal penamaan ospek, tapi lebih pada isi serta makna sesungguhnya yang bernilai dalam ospek meskipun tidak menjangkau seluruh aspek.

Tugas yang diberikan sangat banyak

Oke, dari kalimat di atas akan terbayang oleh anda sebanyak apa tugas yang diberikan oleh senior terhadap mahasiswa barunya. Yang perlu ditekankan pada poin ini adalah kita melihat dari sisi tujuan dan manfaat tugas itu sendiri. Apakah tugas itu bermanfaat bagi mahasiswa di kehidupan kampusnya nanti atau justru hanya akal-akalan seniornya saja yang tidak memiliki dasar hukum dan tujuan yang jelas untuk memberikan tugas tersebut. Kita tidak boleh langsung men-judge bahwa tugas yang diberikan selalu negatif. Lihat dulu semua aspek positifnya. Misalnya saja ketika disuruh menulis struktur seluruh birokrasi yang ada dalam kampus atau minta tanda tangan dan no hp teman satu jurusan. Kalau menurut hemat saya, tugas itu mungkin berat, melelahkan, dan lainnya. Tapi jika kita melihat sisi positifnya, kita dapat mengenal lebih banyak mengenai kampus dan dapat mengenal banyak teman. Memang sih kalau sekarang cuma diminta nama no hp dan tanda tangan. Tapi mungkin nanti jika sudah kuliah entah kapan ketika ada masalah atau butuh sesuatu, kita bisa melihat list teman yang sudah dibuat sewaktu penugasan. Itulah salah satu nilai positif yang mungkin bisa kita ambil, jangan selalu berfikiran negatif dulu. Kecuali jika hal yang ditugaskan benar-benar tidak masuk akal dan tidak ada tujuan positifnya, hal itu harus ditolak. Misalnya saja memakai kaus kaki dan tali sepatu yang berbeda warna, pakai topi-topian yang gak jelas, dan sebagainya. Sesungguhnya hal itu tidak ada korelasinya sama sekali dengan kehidupan kampus nanti. Jika sampai ada, silahkan beritahu saya di kolom komentar. Kalau sudah ada hal seperti itu, kembali lagi lah, itu yang disebut perpeloncoan dalam ospek (atau masa pengenalan kalau sekarang).

Terjadinya bullying dari senior ke junior

Hal itu memang sudah tidak asing lagi di pikiran sebagian besar warga indonesia. Yang namanya senior, pastilah sedikit-sedikit selalu ada aja aksi bully terhadap para junior. Walau ada yang bilang "Di kampus kami ini sudah tidak ada lagi yang bullying dan kekerasan. Tetapi pada kenyataannya tetap aja ada aksi seperti itu ketika masa pengenalan berlangsung. Penyebabnya, terkadang hanya karena satu hal, yaitu membuat suatu kesalahan, melanggar aturan atau tidak tertib yang kemudian muncul lah suatu hukuman. Sebelum ada hukuman sebenarnya kita harus tahu dulu kesalahan yang dilakukan apa sampai-sampai mendapat hukuman. Dan yang perlu diwaspadai adalah ketika sang senior berusaha mencari-cari kesalahan para juniornya. Dari situlah biasanya bullying rentan terjadi. Mengapa "mencari-cari kesalahan"? Hal itu biasanya dilakukan lantaran senior memang tangannya sudah gatal ingin memberikan hukuman kepada adik-adik juniornya. Banyak cara yang bisa mereka lakukan. Diantaranya dari penugasan yang tidak jelas atau ambigu, sampai kesalahan yang dicari ketika masa pengenalan berlangsung. Jadi sengaja ditunggu sampai kena masalah lalu dihukum. Ibaratnya itu seperti ini:

Ceritanya ada seorang anak dan orang dewasa. Mereka tidak saling kenal.

*sang anak sedang bermain dan berlari-lari ke arah jurang*

(jurang itu sangat dalam dan kemungkinan siapa saja yang jatuh pasti mati)

Saat itu orang dewasa berada tidak jauh dari posisi anak tersebut.

*orang dewasa hanya diam dan melihat anak itu bermain dan kemudian ia bicara dalam hatinya*

Orang dewasa: Liat nih, tuh anak pasti bakalan jatuh! Pasti jatuh!

*anak itu jatuh ke jurang dan tewas seketika*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun