Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Air Mataku Membasahi Sajadah Pemberian Ibu

3 Januari 2018   21:48 Diperbarui: 3 Januari 2018   22:08 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Saat aku berhasil menyelesaikan pendidikanku di perguruan tinggi dan mendapatkan pekerjaan di kota, sekarang menjadi tugasku untuk membahagiakan kedua orang tua. Sebagai anak, saya merasa masih ada keinginan mereka yang belum dapat tercapai, terutama buat sang ibu. Saya tahu ibu bukan seorang wanita materialistik yang kalau diberi apa-apa lalu merasa bahagia.

Sekarang giliran saya memberikan sesuatu untuk ibu. Malam lebaran atau hari terakhir puasa, saya memberikan sebuah plastik berisi mukena untuk ibu.

"Kau belikan mukena baru untuk ibu? Cantik sekali, lebih cantik dari mukena lama," kata ibu saat itu

"Iya ini untuk ibu," ucapku. Saya melihat mata ibu berkaca-kaca sambil berkata

"Menjadi anak yang berhasil dan berbakti itu sudah cukup membahagiakan ibu." Saya semakin terharu dan tak mampu ucapkan kata terhadap apa yang ibu katakan. Lalu kami pun saling berpelukan erat dan ibu mencium kepalaku berkali-kali.

Di hari nan fitri itu, kami sekeluarga berkumpul bersama. Ibu mengatakan senang dan bahagia memiliki anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Ibu bercerita kepada kami tentang perjuangan hidupnya yang berat yang dilaluinya, saat melahirkan hingga membesarkan kami, dengan maksud agar kami sebagai anak-anaknya dapat menjadi anak yang berbakati dan siap menghadapi kehidupan ini.

"Wahai anak-anakku, aku ibumu, sekarang sudah semakin tua. Aku memiliki satu permintaan kepada kalian semua," kata ibu saat itu.

Lalu kami bertanya, "Apa itu Bu?"

"Jadilah anak yang berbakti dan sukses bagi keluarga, nusa dan bangsa," jawab ibu.

Suasana haru pun menyelimuti kami semua. Kami pun saling memeluk ibu dengan penuh suka cita dalam kedamaian keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun