“Penderita thalasemia masih dapat memiliki keturunan, karena thalasemia tidak berpengaruh terhadap tingkat kesuburan seseorang.”
“Pengobatan untuk thalasemia dapat dengan obat-obatan dan transfusi darah (jika Hb nya rendah). Obat-obatan yang digunakan berguna untuk mengurangi penumpukan zat besi yang terjadi karena frekuensi transfusi yang sering. Memang saat ini ada transplantasi sumsum tulang, namun hal ini belum rutin dilakukan dan mengandung berbagai resiko.”
Dari sejumlah penjelasan para dokter di atas, tidak satupun dokter yang menyarankan pengobatan tradisional.
***
Tumbuhan yang diciptakan Allah ternyata lebih berkhasiat ya di banding dengan pengobatan medis yang diciptakan oleh manusia, seperti kemoterapi. Berbagai tumbuh-tumbuhan memang telah diciptakan Allah untu manusia. Sekarang tinggal kita sebagai manusia yang telah diberi akal untuk mengolah dan mempergunakan khasiat alam itu yang begitu luar biasa untuk kesehatan manusia.
Semoga artikel saya ini dapat dapat memberikan wawasan akan Penyakit Thalasemia, yang mungkin masih kurang dimengerti atau kurang familiar di telinga masyarakat. Dan ternyata angka kasus penyakit ini di Indonesia termasuk yang cukup besar dan terus saja meningkat. Somoga Pemerintah Indonesia, bisa lebih peduli dan tanggap dengan persoalan ini. Apalagi dengan Aceh dengan Gubernur yang berlatar belakang dokter, lebih peka dan peduli dengan nasib penderita Thalassemia Aceh, terutama anak-anak.
Dengan Buah Mengkudu dan daun Pepaya, Bye, Bye Thalasemia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H