Mohon tunggu...
Ikhwanul Farissa
Ikhwanul Farissa Mohon Tunggu... Ilmuwan - Officer, Blogger, Conten Creator, Penulis, IT & Data Scientist & Analis, Model Fashion.

"*Indahnya Rembulan, Teriknya Matahari"*

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Marniati, Penderita Thalassemia yang Sembuh dengan Buah Mengkudu

8 Mei 2017   00:40 Diperbarui: 8 Mei 2017   12:48 25486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: thalasemia.org

Saya cukup terhenyak ketika mendengar kabar ada kerabat kami dari desa yang divonis dokter mengidap Thalassemia, padahal ia masih gadis belia. Yang bikin saya trenyuh dan miris, ternyata si orang tua gadis tersebut tidak tahu apa-apa, jika anaknya sedang mengidap thalassemia sampai anaknya mengalami gejala parah dan terus berkembang.

Ya, Thalassemia, sejenis penyakit kelainan darah yang cukup mematikan, nyaris saja merenggut nyawa gadis polos berkulit kuning langsat, Marniati (14) warga Kaway XVI Meulaboh Aceh Barat. Saya sudah tahu tentang penyakit ini ketika saya belajar biologi saat kelas 3 SMA.

“Sungguh saya tidak membayangkan anak saya bisa berumur panjang, apalagi sembuh total seperti ini. Penyakit yang anak saya idap sudah parah, dia terkapar tak berdaya di tempat tidur. Seluruh tubuhnya digeroti benjolan dan harus tranfusi darah terus menerus, berbilang bulan lamanya. Kulitnya yang kuning langsat berubah menjadi hitam. Jika saja tidak segera bertemu obat herbal yang ampuh mengatasi thalassemia dan berbagai penyakit berat lainnya, mungkin anak saya saya sudah mati.” Komentar ibu Laina orang tua Marniati.

Mengidap Thalassemia tentu sesuatu yang tidak pernah terbayangkan oleh keluarga ini. Sebab, pak Zainal dan ibu Laina mengaku tidak punya garis keturunan mengidap penyakit kelainan darah apapun.

“Penyakit yang Marniati derita bermula dari rasa pusing, panas, dingin, pandangan berkunang-kunang, dan begitu bangun dari tidur, kata Marni, dunia rasanya berputar dan kalau berjalan sempoyongan. Kami mengira penyakit Marniati kemasukan jin, sehingga kami memilih untuk mengobati ke dukun saja yang ada di Meulaboh,” Ujar pak Zainal mengenali gejala-gejalanya.

“Gejala awal itu terjadi di tahun 2015, dan karena tidak ada perubahan dari dukun, anak saya pun di uji tes laboratorium. Hasil laboratorium menunjukkan jika anak saya mengidap Anemia atau kurang darah,” kata ibu Laina.

“Setelah transfusi darah, kondisi Marniati langsung segar, namun beberapa minggu kemudian, fisiknya turun lagi. Dia sakit lagi dan transfusi lagi, demikian terus menerus, Hidupnya tergantung asupan darah dari luar. Sedangkan darah yang hilang di tubuhnya, tidak diketahui entah kemana. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan lebih detil, dan ternyata Marniati mengidap Thalassemia katagori mayor (ThTh). Makin lama makin parah, HB-nya terus turun hingga angka 2,3. Saat itulah anak saya tidak sadarkan diri, nafasnya sesak dan suhu tubuhnya pun tinggi, mencapai 40◦ C.  Marniati akhirnya dilarikan ke rumah sakit yang ada di Meulaboh, ia terkapar tak berdaya. Berbilang bulan dia tidak bisa tidur. Setelah diberi obat penenang, baru bisa lelap, itupun tidak lama. Buang air besar dan kecil dia lakukan hanya di tempat tidur. Pokoknya benar-benar parah.” Ungkap sang ibu bercerita.

“Dokter menyarankan kemoterapi, itupun telah kami lakukan hingga 17 kali. Hasilnya tidak banyak membantu. Benjolan sebesar jengkol makin banyak tumbuh di sekujur tubuhnya. Kata dokter benjolan itu adalah limpa yang membengkak karena tidak berfungsi lagi untuk membersihkan darah. Kemudian rambut di kepalanya pun makin rontok, nyaris gundul. Pokoknya benar-benar mengenaskan, saya tak tega melihatnya. Setiap keluarga atau kerabat yang datang menjenguk pasti menangis dan membayangkan kematian.” Lanjut ibu Laina lagi bercerita terbata-bata hampir menangis.

Diselamatkan Buah Mengkudu dan Daun Pepaya

Karena tidak ada perbaikan, dokter mengisyaratkan agar Marniati dibawa pulang dan di rawat di rumah saja. Keluarga pak Zainal sudah pasrah dan menuruti isyarat dokter. Sebagai jalan terakhir, keluarga ini hanya bisa berdoa kepada Tuhan. Ternyata Tuhan masih memberikan umur kepada Marniati. Tiga hari kemudian, salah seorang keponakan yang bermukim di Banda Aceh dapat saran dari keluarga istrinya  untuk mencoba  pengobatan tradisional. Keluaga istri dari keponakan menyarankan agar Marniati mencoba jus buah mengkudu dan rebusan daun pepaya.

Dua minggu setelah minum jus mengkudu dan makan rebusan daun papaya, berkat izin Tuhan langsung ada perubahan pada Marniati. Perubahan itu menggembirakan keluarga pak Zainal.

Menurut pak Zainal, setelah seminggu anaknya minum jus buah mengkudu dengan sedikit campuran madu murni dan satu minggunya lagi makan rebusan daun papaya, Marniati sudah mulai bisa tidur nyenyak, selera makannya pun mulai meningkat dan tidak muntah-muntah lagi.

“Alhamdulillah makin lama makin baik, hingga 6 bulan setelah minum jus mengkudu dan makan rebusan daun papaya, buang air besar dan kecil sudah lancar lagi dan sesak nafasnya pun mulai hilang, dan yang lebih mengagetkan kami, benjolan di tubuh Marniati makin hari makin mengecil secara serentak.” Ucap pak Zainal bersyukur akan kesembuhan anaknya.

Wah! pohon superhero ini (Mengkudu) ternyata ampuh mengatasi berbagai penyakit, utamanya Thalassemia. (sehatcenter.com)
Wah! pohon superhero ini (Mengkudu) ternyata ampuh mengatasi berbagai penyakit, utamanya Thalassemia. (sehatcenter.com)
Rebusan daun Pepaya ternyata juga ampuh mengatasi berbagai penyakit, utamanya Thalassemia. (Manfaat.co.id)
Rebusan daun Pepaya ternyata juga ampuh mengatasi berbagai penyakit, utamanya Thalassemia. (Manfaat.co.id)
“Iya saya benar-benar sembuh. Benjolan di tubuh saya perlahan-lahan hilang, rambut yang rontok tumbuh kembali, begitu juga dengan kulit saya yang sempat menghitam akibat kemoterapi-pun normal kembali, alhamdulillah ya Tuhan.” Ujar Marnaiti mengucap syukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkan-nya lewat buah dari pohon mengkudu dan daun dari pohon pepaya.

Keluarga Pak Zainal. Marniati (paling kanan bercelana merah) usai menjalani tes laboratorium di rumah sakit yang menunjukkan kesehatannya berangsur normal setelah mengkonsumsi jus mengkudu dan rebusan daun pepaya selama 6 bulan. (dok pri).
Keluarga Pak Zainal. Marniati (paling kanan bercelana merah) usai menjalani tes laboratorium di rumah sakit yang menunjukkan kesehatannya berangsur normal setelah mengkonsumsi jus mengkudu dan rebusan daun pepaya selama 6 bulan. (dok pri).
Sekarang Marniati telah benar-benar sembuh berkat doa keluarga dan si pohon superhero (Mengkudu dan Pepaya). Hal ini pun telah dibuktikan dengan tes laboratorium di sebuah rumah sakit yang cukup terkenal di Banda Aceh. Dari hasil tes menunjukkan kadar hemoglobin Marnaiti melonjak ke angka 10, yang berarti kesehatannya berangsur normal setelah mengkonsumsi jus buah mengkudu dan rebusan daun pepaya sebagai pengobatan penyakit Thalassemia.

Sekarang Marniati sudah ceria lagi dan bermain dengan teman-teman, setelah sembuh dari thalassemia. (dok pri).
Sekarang Marniati sudah ceria lagi dan bermain dengan teman-teman, setelah sembuh dari thalassemia. (dok pri).

Kata Para Dokter Tentang Thalassemia

Darah merupakan elemen penting bagi tubuh manusia yang berperan utama sebagai pengangkut oksigen. Di samping itu, cairan merah ini juga berfungsi sebagai penyuplai nutrisi serta mengandung berbagai penyusun sistem imun guna meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan virus atau bermacam penyakit. Lalu bagaimana jika elemen penting yang satu ini mengalami gangguan atau kelainan seperti Thalassemia? Inilah poin-poin penting penjelasan atau komentar dari para dokter spesialis thalassemia yang saya himpun dari berbagai sumber.

“Thalasemia merupakan penyakit gangguan darah dimana terjadi kelainan pada protein sel darah merah (Hemoglobin/Hb) yakni tidak berfungsi secara normal. Akibatnya Hemoglobin mudah rapuh, pecah dan dihancurkan, sedangkan tubuh belum sempat membuat hemoglobin yang baru. Seperti diketahui hemoglobin inilah yang memberikan warna merah pada darah dan bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Hal ini pulalah yang menyebabkan seseorang yang menderita thalassemia memerlukan transfusi darah rutin, karena darah yang ada terus menerus dihancurkan, yang akan menyebabkan anemia (kekurangan sel darah merah).  Saat seseorang mengalami anemia, darah tidak memiliki cukup sel darah merah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh, sehingga gejala yang muncul berupa lemah, lesu, berkunang-kunang, pusing, tampak pucat hingga kesulitan untuk bernafas (sesak).

Sumber; thalasemia.org
Sumber; thalasemia.org
“Thalassemia disebabkan oleh mutasi gen pada DNA dari sel-sel yang membuat hemoglobin. Lebih banyak gen yang bermutasi, maka akan lebih parah jenis thalassemianya. Mutasi inilah yang menyebabkan thalassemia mengganggu produksi hemoglobin normal dan menyebabkan kadar hemoglobin yang rendah akibat tingginya kerusakan sel darah merah. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan menyebabkan anemia. Namun belum diketahui secara pasti kenapa mutasi bisa terjadi.”

“Dari penyebab di atas, dapat diketahui jika Thalasemia merupakan penyakit genetik (menurun). Artinya resiko penyakit ini diturunkan dari orang tua, paling tidak terdapat salah satu dari orang tua yang menderita thalassemia.  Jadi bila ada pasangan orang (kedua orang tua) yang memiliki gen pembawa thalassemia menikah, maka resiko atau peluang anak-anak mereka menderita thalassemia sangatlah besar atau semakin tinggi.”

Sumber: thalasemia.org
Sumber: thalasemia.org
“Gejala dari thalassemia tergantung dari jenis thalassemia. Pada thalassemia minor tanpa disertai gejala apapun dan tidak diketahui, namun dapat membawa bakat thalassemia. Sedangkan pada thalassemia mayor, membutuhkan transfusi darah seumur hidup dan menimbulkan gejala seperti yang Marniati alami. Efek samping dari transfusi darah terus menerus antara lain: Penumpukan besi pada jaringan tubuh (hemosiderosis) dan resiko penularan penyakit infeksi seperti hepatitis B, C, HIV.”

“Hingga saat ini thalassemia belum dapat disembuhkan karena penyebabnya adalah genetik. Yang dapat dilakukan adalah dengan rutin berobat agar thalassemia tidak sampai komplikasi ke berbagai organ yang lain seperti jantung, limpa, tulang, dan lain-lain. Pencegahan terbaik adalah tidak menikah dengan seseorang yang memiliki keturunan riwayat penyakit thalassemia.”

“Bagi pasangan yang akan menikah, dianjurkan untuk memeriksakan darah agar mengetahui apakah ada penyakit keturunan. Jika kedua orang tua merupakan karier (pembawa) thalasemia, dengan berat hati dianjurkan untuk tidak mempunyai anak. Atau jika memang akhirnya memiliki anak dan menderita Thalasemia, maka seumur hidup anak memerlukan transfusi darah atau kemungkinan lain anak akan meninggal dalam kandungan ibu.”

“Penderita thalasemia masih dapat memiliki keturunan, karena thalasemia tidak berpengaruh terhadap tingkat kesuburan seseorang.”

“Pengobatan untuk thalasemia dapat dengan obat-obatan dan transfusi darah (jika Hb nya rendah). Obat-obatan yang digunakan berguna untuk mengurangi penumpukan zat besi yang terjadi karena frekuensi transfusi yang sering. Memang saat ini ada transplantasi sumsum tulang, namun hal ini belum rutin dilakukan dan mengandung berbagai resiko.”

Dari sejumlah penjelasan para dokter di atas, tidak satupun dokter yang menyarankan pengobatan tradisional.

***

Tumbuhan yang diciptakan Allah ternyata lebih berkhasiat ya di banding dengan pengobatan medis yang diciptakan oleh manusia, seperti kemoterapi. Berbagai tumbuh-tumbuhan memang telah diciptakan Allah untu manusia. Sekarang tinggal kita sebagai manusia yang telah diberi akal untuk mengolah dan mempergunakan khasiat alam itu yang begitu luar biasa untuk kesehatan manusia.

Semoga artikel saya ini dapat dapat memberikan wawasan akan Penyakit Thalasemia, yang mungkin masih kurang dimengerti atau kurang familiar di telinga masyarakat. Dan ternyata angka kasus penyakit ini di Indonesia termasuk yang cukup besar dan terus saja meningkat.  Somoga Pemerintah Indonesia, bisa lebih peduli dan tanggap dengan persoalan ini. Apalagi dengan Aceh dengan Gubernur yang berlatar belakang dokter, lebih peka dan peduli dengan nasib penderita Thalassemia Aceh, terutama anak-anak.

Dengan Buah Mengkudu dan daun Pepaya, Bye, Bye Thalasemia!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun