Wajahnya betul-betul menyeramkan, saya yakin siapa saja yang melihatnya pasti lari terbirit-birit karena tidak sanggup melihat wajah lelaki itu.
“Oh Tuhan apa yang terjadi denganku?” Ujarku dalam hati saat itu.
Sesampai di rumah saya mulai menggigil ketakutan, kedua kakiku gemetar hampir membuatku tidak bisa berjalan lagi. Saya ingin histeris, berteriak sambil menutup kepalaku, tapi saya masih bisa menahan diri dan sadar bahwa ada keluargaku yang sedang tertidur lelap.
Saat mau tidur, saya pun berfikir dengan kejadian menyeramkan yang baru saja saya alami,
“Kenapa bisa ada seorang lelaki dengan wajah seseram itu berjalan sendirian di tengah malam buta di kawasan perkuburan itu? “Kalaupun dia pulang dari Puskemas yang tidak jauh dari situ untuk berobat, kenapa harus sendirian jalan kaki di jalan angker itu? Jika seseorang itu normal, pasti dia akan menginap di Puskemas? Benar-benar aneh.
Kejadian yang alami semakin menambah cerita-cerita mistis dari kawasan dan jalan di perkuburan itu, walaupun saya tidak menceritakannya kepada siapa pun termasuk keluarga. Kecuali jika mereka sudah membaca artikel saya ini. Rasa penasaran saya akan cerita-cerita warga setempat, tentang bagaimana angkernya kawasan dan jalan di perkuburan itu saat tengah malam, terjawab dengan sendirinya. Saya sangat yakin cerita-cerita mistis dari para warga desa akan kawasan dan jalan di perkuburan itu bukan sekedar rumor.
Pengalaman Kedua
Waktu itu Mei 2015, saya juga terpaksa pulang malam sekitar jam 2 pagi dengan sepeda motor karena harus posting tulisan di media dan browsing internet mencari referensi untuk tugas-tugas kuliah. Tepat di jalan sepi (jalan nasional) yang kiri-kanan-nya hutan karet saya berpapasan dengan seorang kakek membawa gerobak mesin yang nampak bercahaya kontras dengan hitam pekatnya malam. saat semakin dekat, gerobak yang dibawa sang kakek itu tampak hampir tidak menyentuh tanah, wajah kakek itu tampak pucat putih seperti mayat hidup, memakai topi kain abu-abu berbentuk kerucut, mirip bentuk pocong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H