Pengalaman Pertama
Kuburan itu berada di pinggir jalan desa. Sekitar 100 meter dari kuburan ke arah barat terdapat sebuah pos keamanan, dan sebelah timur sekitar 20 meter terdapat sebuah rumah kosong yang disampingnya terdapat Puskesmas kecamatan.
Warga desa yang berjaga di pos keamanan ini sering menceritakan jika kompleks kuburan terasa angker saat tengah malam. Sering terdengar suara perempuan menangis dan meringkis dan kemunculan suara itu ditandai dengan suara burung hantu yang bertengger di pohon mangga besar dekat kuburan.
Pos keamanan yang berlokasi tidak jauh dari komplek tanah kuburan. Di pos ini kadang-kadang para warga mengadakan Siskampling. Di ujung tampak sebuah pohon mangga besar tepat di kaki tanah kuburan. (dok pri).
Saya cukup penasaran mendengar cerita warga tersebut, tapi saya tidak peduli dan tidak ingin membuktikan apakah benar yang dikatakan oleh para warga desa itu. Karena memang hampir setiap malam saya selalu lewat jalan yang ada kuburan itu jika pulang larut malam. Jalan itu memang jalan utama bagi para warga desa dalam beraktivitas pulang-pergi, walaupun ada jalan lain, tapi tidak se- efektif jalan tersebut.
Jalan inilah yang biasanya dilewati para warga desa, termasuk saya, dikiri-kanannya ada kompleks kuburan, pohon manga dan sawah warga. Suasananya sangat mencekam di malam hari.
Kompleks kuburan/pemakaman yang menurut warga sangat angker saat tengah malam. Tanahnya agak tinggi seperti bukit dibanding badan jalan. (dok pri).
Komplek kuburan yang difoto dari arah barat. Di ujung sana pohon mangga besar tampak menjulang. (dok pri).
Setelah mendengar cerita warga tersebut, beberapa kali saya merinding saat melewati jalan yang disampingnya ada komplek kuburan tersebut saat malam hari. Walaupun sebelum mendengar cerita warga, saya juga sempat merinding saat melewati jalan tersebut, namun saya belum melihat penampakan-penampakan yang menakutkan.
Sebuah rumah kosong yang tidak jauh dari lokasi kuburan, d isampingnya berdiri Puskesmas kecamatan. Menurut petugas piket, kadang-kadang saat tengah malam, jam 12 malam ke atas, sering terdengar suara-suara aneh, dan jeritan seperti orang minta tolong. (dok pri).
Rumah kosong yang difoto dari arah barat, terletak persis di seberang jalan komplek kuburan (ujung sebelah kanan). Di area inilah saya bertemu dengan sosok angker. (dok pri).
Namun di suatu malam, seingat saya bertepatan dengan hari kamis malam jumat Februari 2016 yang tanggalnya saya lupa. Masalahnya, saking asiknya browsing internet di sebuah café internet di kota Meulaboh, saya pun akhirnya pulang dari kota Meulaboh sekitar jam satu malam lewat, hampir jam setengah dua malam menggunakan sepeda motor. Sekitar pukul dua kurang lima belas menit, saya pun berada di jalan yang ada kuburan itu, 1 km lagi dari rumah. Alangkah terkejutnnya saya saat itu, saya melihat ada seekor burung hantu berukuran besar bertengger di kabel tiang listrik pas di depan pohon mangga berukuran besar itu. Belum pernah saya melihat burung hantu sebesar itu, ukurannya hampir sama dengan burung elang dewasa. Saya sungguh takjub, heran dan gelisah, sampai-sampai sepeda motor yang saya kendarai terhenti walau mesinnya belum mati tepat di depan pohon mangga tersebut. Burung hantu itu membelakangi saya, seolah-seolah tidak tahu keberadaanku yang sedang melihatnya.
Di area inilah saya melihat seekor burung hantu besar bertengger di kabel tiang listrik pas di depan pohon mangga berukuran besar itu. (dok pri).
Beberapa detik kemudian, saya cepat-cepat menarik gas motor meninggalkan area kuburan itu. Namun rasa kaget dan terkejut saya ternyata belum berakhir, tapi ini lebih dahsyat lagi. Betapa tidak, baru beberapa meter lewat, ketika melintas di titik jalan antara rumah kosong dan area kuburan, saya berpapasan dengan sesosok lelaki yang betul-betul membuat bulu kudukku merinding hebat. Saat lampu motorku mengarah kepadanya dalam suasana yang begitu temaram, betapa terkejutnya saya, saya melihat wajah lelaki itu amat rusak, pucat atau sangat jelek, sambil berjalan dengan senyum dan sorot matanya pun mengarah kepadaku.
Walau wajahnya penuh luka, namun lelaki itu tidak tampak seperti orang kesakitan, dan lelaki itu berjalan dengan amat pelan, namun saat itu tidak jelas, apakah dia berjalan di atas tanah atau tidak!
“Ya ampuun, wajah orang ini sangat jelek penuh dengan luka,” kataku dalam hati sambil menarik pedal gas motor dengan keras, saking ketakutannya aku menghadapi sosok seram itu.
Sempat saya menoleh ke belakang, namun sosok lelaki yang pakaiannya juga compang-camping itu, telah hilang dalam kegelapan malam.
Lihat Cerpen Selengkapnya