Kita, tidak bisa tidak memiliki cita-cita sebab tidak memiliki cita-cita adalah mencita-citakan ketidakjelasan. Ketidakjelasan itu menakutkan, maka beranilah bercita-cita.
Kita, tidak bisa tidak merencanakan sebab tidak merencanakan adalah merencanakan kesimpangsiuran. Tanpa rencana adalah hidup yang tahu tapi tidak peduli. Siapa yang tak punya rencana akan menjadi bagian dari rencana orang dan itu tak selalu menyenangkan.
Kita, tidak bisa tidak bertanya sebab di hadapan pilihan demi memutuskan kita pasti bertanya. Setiap pilihan dan keputusan ada di titik persimpangan jalan. Malu bertanya sesat di jalan.
Kita, tidak bisa tidak belajar sebab tidak belajar adalah pilihan belajar lewat penderitaan dan kepahitan yang direncanakan. Belajar adalah melakukan hal yang sama dengan cara berbeda. Dengan merencanakan cara yang berbeda kita mengurangi peluang penderitaan dan kepahitan yang sama atau yang lebih buruk.
Kita, tidak bisa tidak bertindak sebab tidak bertindak adalah aktivitas menjalani penantian. Menanti adalah menyediakan waktu untuk menerima akibat dari tindakan orang lain dan dunia.
Kita, tidak bisa tidak bergerak sebab dalam diam kita digerakkan mundur oleh waktu. Setiap kita diam kita akan semakin tertinggal. Lakukan apa yang baik dan bisa kita lakukan sekarang.
Kita, tidak bisa tidak berani sebab ketakutan adalah keberanian untuk menjaga dan menyelamatkan diri. Takut adalah perasaan yang pikirannya berani memilih untuk lebih tidak berdaya. Takut itu mungkin ilusi, bahaya-lah yang nyata.
Kita, tidak bisa tidak kuat sebab tidak kuat adalah kemampuan untuk menanggung kelemahan. Lemahlah secara adil tapi jangan cengeng.
Kita, tidak bisa tidak tumbuh sebab tidak tumbuh adalah membesar dengan meluaskan karat dan menebalkan debu. Tumbuh itu menjauhi pusat atau akar.
Kita, tidak bisa tidak maju sebab kemunduran adalah tetap maju ke arah yang salah. Berhentilah mengejar cita-cita dengan berlari memunggunginya. Kejarlah yang diinginkan dan tak usah terlalu sibuk melarikan diri dari yang tak diinginkan supaya mata kita melihat ke depan dan bukan ke belakang. Menengok kaca spion itu cukup sekali-sekali.
Kita, tidak bisa tidak berhadapan dengan risiko sebab menghindari risiko ‘di sana’ membawa risiko yang sepadan ‘di sini’. Di manapun kita berdiri, selalu ada risiko yang kurang lebih sama.