Semua software developer dalam perusahaan pastinya menggunakan SDLC mengembangkan software atau aplikasi. Sebelumnya apa itu SDLC atau Software Development Life Cycle?
SDLC (System Development Life Cycle) adalah kerangka kerja atau proses yang digunakan untuk mengembangkan sistem atau perangkat lunak. SDLC terdiri dari serangkaian tahapan atau fase yang berurutan dan saling terkait, dimulai dari analisis kebutuhan hingga pemeliharaan sistem. Setiap fase dalam SDLC memiliki tujuan, tugas, dan hasil yang berbeda-beda. Fase-fase SDLC umumnya mencakup analisis kebutuhan, perancangan, implementasi, pengujian, dan pemeliharaan.
SDLC membantu memastikan bahwa sistem atau perangkat lunak yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pengguna atau bisnis, berfungsi dengan baik, dan mudah dipelihara. Selain itu, SDLC juga membantu meminimalkan risiko dan biaya dalam pengembangan sistem atau perangkat lunak. Salah satu SDLC yang paling sering digunakan dalam pengembangan sistem yaitu SDLC Waterfall.
Waterfall sesuai namanya SDLC Waterfall Model adalah model siklus hidup pengembangan perangkat lunak yang paling dasar. Ini sangat sederhana tapi idealis. Sebelumnya model ini sangat populer tetapi sekarang sudah tidak lagi digunakan. Meskipun model ini sangat penting karena semua model siklus hidup pengembangan perangkat lunak didasarkan pada waterfall model. Model sekuensial yang membagi pengembangan perangkat lunak menjadi fase yang telah ditentukan sebelumnya. Setiap fase harus diselesaikan sebelum fase berikutnya dapat dimulai tanpa tumpang tindih antar fase. Setiap fase dirancang untuk melakukan aktivitas tertentu selama fase SDLC yang diperkenalkan pada tahun 1970 oleh Winston Royce.Â
Metodologi ini membagi siklus hidup menjadi beberapa fase. Model ini menganggap bahwa satu fase dapat dimulai setelah menyelesaikan fase sebelumnya. Artinya output satu fase akan menjadi input ke fase berikutnya. SDLC ini berkembang secara sistematis dari satu tahap ke tahap lain layaknya air terjun. Metode waterfall merupakan suatu metode dalam pengembangan software dimana pengerjaannya harus dilakukan secara berurutan.
Tahapan Metode Waterfall
SDLC waterfall (Waterfall model) adalah salah satu model SDLC (System Development Life Cycle) yang paling awal dan paling populer. Model ini mengikuti pendekatan linear dan terstruktur, di mana setiap fase harus selesai sebelum fase berikutnya dimulai. Model ini terdiri dari 5 fase utama, yaitu:
Analisis kebutuhan (Requirement Analysis): Fase ini adalah fase awal dari proyek, dimana tujuannya adalah untuk memahami persyaratan pengguna atau kebutuhan bisnis. Dalam fase ini, tim pengembang akan mengumpulkan informasi dan menganalisis kebutuhan pengguna atau bisnis.
Perancangan (Design): Fase ini adalah tentang merancang solusi berdasarkan kebutuhan yang teridentifikasi. Tim pengembang akan membuat rencana detail tentang bagaimana sistem akan dirancang dan diimplementasikan. Berikut contoh desain sistem yang biasanya dibuat dan digunakan.
- Data Flow Diagram (DFD).
- Flowchart.
- Mind Map.
- Entity Relationship Diagram (ERD).
- Context Diagram, etc.
Implementasi (Implementation): Fase ini adalah tentang menerapkan rancangan ke dalam kode. Tim pengembang akan mulai mengembangkan sistem dan membangun aplikasi berdasarkan desain yang telah dibuat.
Pengujian (Testing): Fase ini adalah tentang menguji aplikasi untuk memastikan bahwa sistem berfungsi dengan benar. Tim pengujian akan menguji berbagai fungsi sistem untuk memastikan tidak ada kesalahan atau bug yang terjadi.
Pemeliharaan (Maintenance): Fase ini adalah tentang mempertahankan dan meningkatkan sistem. Tim pengembang akan memperbaiki masalah yang ditemukan dan memperbarui aplikasi sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Kelebihan
Kelebihan dari model SDLC waterfall adalah sebagai berikut:
Terstruktur dan disiplin, Model waterfall memiliki tahapan yang jelas dan urut, sehingga memudahkan pengembang untuk mengikuti dan memahaminya. Hal ini dapat membantu meminimalkan kesalahan dan memastikan bahwa proyek berjalan dengan teratur.
Dokumentasi yang baik, Setiap tahapan dalam model waterfall memerlukan dokumentasi yang rinci, sehingga memudahkan pengembang untuk mengukur kemajuan proyek dan membuat laporan status yang akurat.
Cocok untuk proyek yang sederhana dan stabil, karena dalam proyek yang memiliki persyaratan yang jelas dan stabil, serta memiliki waktu dan biaya yang sudah diperkirakan dengan jelas.
Kekurangan
Model SDLC waterfall juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
Kurang fleksibel, Model waterfall tidak dapat dengan mudah menangani perubahan persyaratan atau kebutuhan pengguna yang muncul di tengah-tengah pengembangan. Hal ini dapat menyebabkan biaya dan waktu pengembangan menjadi lebih mahal.
Tidak menjamin kualitas, Pengujian biasanya dilakukan di akhir tahapan pengembangan dalam model waterfall, sehingga ada risiko bahwa bug atau kesalahan muncul di tahapan yang sudah melewati pengujian.
Kurang interaktif, Model waterfall tidak memungkinkan pengguna untuk memberikan masukan dan umpan balik secara langsung selama pengembangan sistem atau perangkat lunak, sehingga kurang interaktif dan kolaboratif.
Waktu pengembangan yang begitu lama sehingga membuat biaya menjadi mahal.
Menggunakan metode waterfall akan memudahkan kita dalam melakukan manajemen dan merancang requirement karena waterfall mudah dipahami dan digunakan.
Jadi, Dalam beberapa situasi model waterfall tetap menjadi pilihan yang tepat untuk pengembangan sistem atau perangkat lunak. Namun, jika proyek memiliki persyaratan yang kompleks dan sering berubah, maka model SDLC yang lebih fleksibel seperti Agile mungkin lebih cocok.Â
Sekian penjelasan tentang SDLC model Waterfall, Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H