Kesulitan ekonomi memaksa petani Bogor mencari alternatif di sektor non-pertanian seperti perdagangan, jasa, dan pertukangan. Namun, masuk ke sektor ini tidaklah mudah karena memerlukan modal dan keterampilan khusus. Sebagai contoh, untuk memulai bisnis kecil seperti penjualan makanan, petani harus meminjam modal dari pengusaha etnis Tionghoa di Bogor. Sektor transportasi pun mulai beralih dari becak dan delman ke kendaraan bermesin, yang memerlukan keterampilan dan koneksi.
Pada masa awal 1960-an, petani di Bogor terpaksa keluar dari sektor pertanian karena sektor tersebut tidak lagi mampu memberikan penghidupan yang layak. Meskipun demikian, sektor non-pertanian yang mereka coba masuki juga penuh tantangan dan persaingan yang tidak kalah sulit.
Tulisan ini bersumber dari :
Saring, Barkah J, Husin H. 2017. Diantara Bayang-Bayang Eksploitasi Perkebunan dan Involusi Pertanian : Kehidupan Petani di Bogor 1905-1960an. Seminar Nasional Desain dan Media. 170-190. ISSBN no. 978-602-5018-1-4
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H