Agus Mustofa, dalam bukunya Terpesona di Sidratul Muntaha, memandang bahwa gambaran ini karikatural. Mengapa kita menggambarkan perjalanan Rasulullah dengan cara yang seolah-olah merendahkan kecanggihan peristiwa itu? Bukankah istilah "Buraq" sendiri berarti "kilat", yang lebih masuk akal jika ditafsirkan sebagai perjalanan dengan kecepatan cahaya?
Perspektif Sains Modern
Fakta dari ilmu Fisika modern menunjukkan bahwa materi dapat diubah menjadi energi, sebagaimana dirumuskan Einstein melalui E=MC. Bahkan, reaksi annihilasi yang melibatkan partikel dan antipartikel dapat menghasilkan berkas cahaya, sementara reaksi pair-production dapat mengubah cahaya menjadi partikel kembali.
"Jika dipahami melalui sudut pandang ini, perjalanan Isra' dapat dijelaskan sebagai proses transformasi tubuh Rasulullah menjadi energi cahaya, memungkinkan beliau untuk melakukan perjalanan dalam waktu yang sangat singkat. Dengan demikian, istilah Buraq lebih tepat dipahami sebagai kilat atau energi cahaya, bukan sebagai kuda bersayap," tulis Agus Mustofa.
Masjidil Aqsha dan Maknanya
Hal lain yang sering disalahpahami adalah tentang Masjidil Aqsha. Banyak yang menganggap masjid ini adalah bangunan yang ada di Palestina saat ini. Padahal, pada masa Rasulullah, masjid tersebut belum dibangun.
Masjidil Aqsha, yang berarti "masjid yang jauh", lebih merujuk pada tempat sujud di wilayah yang menjadi pusat dakwah para nabi sebelumnya, yakni Palestina. Pemahaman ini memberikan makna simbolis perjalanan Isra' sebagai napak tilas perjuangan dakwah Nabi Ibrahim hingga keturunannya.
Mi'raj: Bukan untuk Menerima Perintah Shalat
Anggapan bahwa Mi'raj dilakukan untuk menerima perintah shalat juga menimbulkan pertanyaan besar. Rasulullah SAW diketahui sudah melaksanakan shalat sebelum peristiwa ini terjadi, dan perintah shalat lima waktu tersebar di berbagai ayat Al-Qur'an yang diturunkan secara terpisah.
Selain itu, narasi tentang "tawar-menawar" jumlah shalat juga terasa bertentangan dengan sifat Rasulullah yang taat dan penuh keikhlasan. Apakah mungkin Rasulullah yang dikenal memiliki akhlak mulia akan "tawar-menawar" perintah Allah seperti itu?