Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pro dan Kontra Berbagi Momen Anak di Media Sosial

25 Januari 2025   12:08 Diperbarui: 25 Januari 2025   12:08 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melibatkan anak dalam keputusan membagikan foto, salah satu cara bijak sharenting (dok. pribadi/ikhsan madjido)

Fenomena "sharenting" --- istilah untuk orang tua yang sering sekali membagikan momen anak di media sosial --- memicu banyak perdebatan.

Beberapa orang tua akhirnya harus menghadapi masalah, seperti foto anak mereka digunakan untuk iklan tanpa izin, atau anak mengalami cyberbullying karena unggahan tertentu.

Contohnya, sebuah kasus viral terjadi pada tahun 2022 di mana seorang ibu membagikan video anaknya yang tengah belajar berjalan. Video tersebut kemudian diambil tanpa izin oleh pihak lain dan digunakan dalam iklan produk anak tanpa sepengetahuan keluarga.

Ketika ibu tersebut mengetahuinya, ia merasa terkejut dan marah karena privasi anaknya dilanggar. Kasus ini menjadi pelajaran penting untuk lebih berhati-hati dalam berbagi di dunia maya.

Ada juga kasus seorang remaja yang merasa malu dengan unggahan masa kecilnya yang dibuat oleh orang tuanya. Ketika teman-teman sekelasnya menemukan foto-foto tersebut, remaja tersebut menjadi bahan candaan di sekolah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memikirkan dampak jangka panjang dari unggahan yang tampaknya sederhana.

Penelitian yang dilakukan oleh Children's Safety Commissioner Australia pada tahun 2013 mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa foto anak-anak yang diunggah di media sosial telah dimanfaatkan oleh situs pedofil.

Pada tahun 2017, Indonesia dihebohkan dengan terungkapnya jaringan pedofil anak di Facebook bernama "Official Candy's Group," yang memiliki 7.479 anggota dan menyebarkan ratusan konten pornografi anak.

Berdasarkan data Komnas Anak, dalam periode Januari hingga Juni 2019, tercatat 420 kasus kekerasan terhadap anak, dengan 86 kasus di antaranya dipicu oleh paparan anak di media sosial.

Selain itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) melaporkan adanya peningkatan signifikan dalam kasus kekerasan terhadap anak, khususnya kekerasan seksual.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), tercatat 16.106 kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2022. Dari jumlah tersebut, kekerasan seksual merupakan kasus terbanyak dengan 9.588 anak menjadi korban pada tahun tersebut.

Angka ini menunjukkan tren kenaikan yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu 6.454 kasus pada 2019, 6.980 kasus pada 2020, dan 8.703 kasus pada 2021.

Seorang pakar perkembangan anak mengatakan, "Anak-anak berhak untuk membangun identitas digital mereka sendiri. Orang tua perlu berhati-hati agar tidak menciptakan masalah di masa depan." Namun, beberapa ahli juga berpendapat bahwa berbagi momen tetap aman jika dilakukan dengan bijaksana.

Pro: Menyebar Kebahagiaan, Menjaga Koneksi

Untuk para orang tua, berbagi momen anak di media sosial bukan hanya soal eksistensi. Ini adalah cara untuk berbagi kebahagiaan dan cerita seru dengan orang-orang terdekat. Tidak semua anggota keluarga tinggal berdekatan, jadi media sosial jadi jembatan penghubung.

1. Album Kenangan yang Selalu Ada
Zaman sekarang, teknologi membantu kita mengabadikan momen-momen indah. Media sosial jadi seperti kotak kenangan virtual yang mudah diakses kapan saja.

2. Komunitas Orang Tua yang Peduli
Kadang, berbagi pengalaman soal parenting di media sosial memancing diskusi yang bermanfaat. Tips, trik, bahkan dukungan moral dari sesama orang tua bisa jadi nilai tambah.

3. Merayakan Keberhasilan Anak
Ketika anak berhasil menggambar sesuatu yang luar biasa atau memenangkan lomba kecil di sekolah, orang tua tentu bangga! Membagikannya di media sosial adalah cara untuk merayakan momen spesial ini bersama orang-orang tersayang.

4. Rasa Bangga yang Menular
Komentar positif dari teman atau keluarga bisa jadi motivasi dan membuat anak merasa dihargai, terutama jika mereka sudah cukup besar untuk memahami hal ini.

Kontra: Jejak Digital dan Risiko Keamanan

Tapi, di sisi lain, tidak sedikit yang merasa khawatir dengan dampak negatifnya. Media sosial bukan tempat yang sepenuhnya aman, terutama untuk anak-anak.

1. Foto Bisa Disalahgunakan
Ada risiko foto anak digunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Beberapa kasus bahkan menunjukkan foto anak yang diunggah di media sosial dimanfaatkan dalam konteks negatif.

2. Jejak Digital Anak Terlalu Besar
Apa yang diunggah di internet, hampir mustahil dihapus sepenuhnya. Ketika anak tumbuh besar, mungkin mereka merasa malu atau terganggu dengan jejak digital yang sudah ada.

3. Hak Privasi Anak Terancam
Anak-anak punya hak atas privasi mereka. Ketika orang tua membagikan foto atau video tanpa izin, itu bisa dianggap melanggar hak tersebut, terutama jika anak sudah cukup besar untuk berpendapat.

4. Ketergantungan pada Validasi Online
Jika terlalu sering dibagikan, anak bisa mulai merasa bahwa validasi mereka bergantung pada jumlah like atau komentar di media sosial. Ini bisa membentuk pola pikir yang kurang sehat.

Tips Berbagi dengan Bijak

Kalau Anda tetap ingin berbagi momen anak di media sosial, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk memastikan keamanan dan kenyamanan:

  • Akun Media Sosial Pribadi
    Pastikan hanya teman atau keluarga terpercaya yang bisa melihat unggahan Anda.
  • Jangan Bagikan Informasi Sensitif
    Hindari memposting nama lengkap, alamat, atau lokasi anak secara spesifik.
  • Gunakan Sensor Foto
    Anda bisa menyembunyikan wajah anak atau memposting foto dari belakang untuk menjaga privasi.
  • Diskusi dengan Anak
    Kalau anak sudah cukup besar, libatkan mereka dalam keputusan untuk membagikan foto atau video mereka.
  • Gunakan Alternatif yang Lebih Aman
    Aplikasi seperti Google Photos atau grup keluarga di WhatsApp bisa jadi opsi untuk berbagi momen dengan lingkaran kecil.

Berbagi momen anak di media sosial memang tergantung pada pilihan masing-masing orang tua. Yang jelas, ada sisi baik dan sisi buruknya.

Kuncinya adalah tetap bijak, selalu mempertimbangkan dampak jangka panjang, dan menjaga privasi anak semaksimal mungkin.

Dunia digital bisa jadi tempat yang indah untuk berbagi, tapi juga penuh risiko yang harus diwaspadai. Jadi, sebelum klik tombol "unggah," pastikan Anda sudah berpikir matang-matang!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun