Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mengintip Kiamat 2026 Melalui Api Los Angeles

14 Januari 2025   12:58 Diperbarui: 14 Januari 2025   12:58 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiamat diprediksi akan terjadi di tahun 2026 akibat populasi yang tak terkendali dan kehancuran lingkungan (generated AI)

Jika populasi dan perilaku manusia tidak cukup membuat kita deg-degan, Matahari punya ancamannya sendiri. Menurut penelitian dari ahli geofisika Universitas Chicago, Matahari akan semakin terang seiring waktu, yang bisa mengganggu siklus karbon di Bumi.

Dalam skenario ini, tanaman akan kelaparan karena kekurangan karbon dioksida, dan akhirnya, kita semua akan mengikuti jejak dinosaurus. Untungnya, ini tidak akan terjadi hingga 1,6 miliar tahun lagi --- cukup waktu untuk menikmati serial drama favorit Anda.

Namun, bukan berarti kita bisa santai-santai. Pelanggaran terhadap enam dari sembilan batas planet yang disebutkan oleh Johan Rockstrm sudah menjadi alarm darurat bagi umat manusia. Kita tidak tahu berapa lama planet ini bisa bertahan dengan pola konsumsi dan produksi kita yang sekarang.

Masih Ada Harapan: Teknologi dan Evolusi

Di tengah kekhawatiran ini, ada secercah harapan. Menurut penelitian terbaru, evolusi teknologi bisa menjadi penyelamat umat manusia. Energi bersih, kecerdasan buatan, dan pertanian laboratorium adalah beberapa inovasi yang dapat mengubah arah peradaban.

Namun, ini hanya mungkin jika kita mulai sekarang --- tidak lagi menunda-nunda seperti anak sekolah yang malas mengerjakan PR.

Dr. Nafeez Ahmed optimistis bahwa peradaban manusia bisa beralih ke era baru berbasis energi bersih yang melimpah dan terdesentralisasi. Dalam skenario ini, sistem kelimpahan baru bisa melindungi Bumi sekaligus memenuhi kebutuhan manusia. Namun, ini semua bergantung pada keberanian kita untuk mengganti hierarki industri lama dengan sistem yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Ramalan tentang kiamat memang selalu menarik perhatian. Namun, apa yang sebenarnya mereka katakan kepada kita? Bahwa kita punya pilihan. Masa depan Bumi --- dan kehidupan kita di dalamnya --- ada di tangan kita. Dari mengendalikan populasi hingga mengembangkan teknologi berkelanjutan, umat manusia memiliki peluang besar untuk mengubah arah sejarah.

Jumat, 13 November 2026, bisa menjadi akhir, tetapi juga bisa menjadi awal baru. Apakah kita akan memilih jalan menuju kehancuran atau kelimpahan? Itu semua tergantung pada kita. Satu hal yang pasti, kita tidak bisa lagi hanya berharap sambil menonton teori kiamat di YouTube. Saatnya bertindak --- atau bersiaplah untuk menjadi bagian dari sejarah Bumi yang dramatis dan tragis.

Jadi, mari kita bersiap. Bukan untuk kiamat, tapi untuk menyelamatkan diri kita sendiri dan generasi yang akan datang. Lagipula, siapa yang ingin melewatkan kesempatan untuk melihat apakah ramalan Foerster benar-benar terjadi?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun