Mohon tunggu...
Ikhsan Madjido
Ikhsan Madjido Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis, traveling, fotografi

Mengabadikan momen dengan kalimat, dan merangkai emosi dalam paragraf

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mengintip Kiamat 2026 Melalui Api Los Angeles

14 Januari 2025   12:58 Diperbarui: 14 Januari 2025   12:58 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiamat diprediksi akan terjadi di tahun 2026 akibat populasi yang tak terkendali dan kehancuran lingkungan (generated AI)

Kapankah kiamat bagi umat manusia? Pertanyaan ini terus menghantui pikiran kita semua, bahkan di saat kita sedang asyik scrolling media sosial.

Ancaman kiamat tampaknya bisa datang dari mana saja: bencana nuklir, perubahan iklim, robot yang tiba-tiba jadi jahat, atau asteroid yang sedang menunggu giliran menabrak Bumi.

Namun, ada teori-teori yang lebih unik --- dan tentu saja lebih dramatis --- seperti yang dikemukakan oleh fisikawan Universitas Illinois, Heinz von Foerster.

Foerster, dengan otak matematisnya yang brilian, menghitung bahwa populasi manusia yang terus bertambah seperti kecepatan TikTok naik daun akan memunculkan satu tanggal penting: Jumat, 13 November 2026.

Pada hari itu, katanya, umat manusia bisa saja menemui akhir peradabannya. Kiamat ini tidak melibatkan alien atau naga, tetapi murni karena populasi manusia yang "terlalu cerdas" akan memusnahkan dirinya sendiri. Sungguh ironis, bukan?

Menurut Foerster, kiamat akan terjadi ketika populasi manusia mencapai angka yang, secara matematis, disebut tak terbatas. Ya, angka tak terbatas! Tidak ada yang tahu persis bagaimana ini bekerja dalam kehidupan nyata, tetapi mari kita bayangkan Bumi ini seperti pesta yang terlalu penuh: panas, sesak, dan tidak ada lagi makanan di meja prasmanan. Tambahkan sedikit bumbu perang nuklir dan ketegangan politik global, dan voila! Kita punya resep kiamat ala Foerster.

Tentu saja, teori ini bukan tanpa kontroversi. Beberapa ilmuwan skeptis, seperti Dr. Nafeez Ahmed, percaya bahwa peradaban kita tidak menuju kehancuran total, melainkan transformasi.

Menurut Ahmed, kita sedang berada dalam tahap "kemunduran" yang bisa berakhir dengan kelimpahan energi bersih dan teknologi canggih, asalkan manusia berhenti bergantung pada bahan bakar fosil dan pemimpin yang lebih suka drama daripada solusi.

Foerster bukanlah orang pertama yang menyebut populasi sebagai ancaman. Sebelumnya, Thomas Malthus, ekonom dan ahli demografi, sudah lebih dulu memperingatkan bahwa populasi yang terus meledak akan melampaui suplai makanan.

Teori Malthus ini sempat bikin orang zaman dulu ketakutan sampai-sampai mereka berpikir ulang untuk punya banyak anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun