Menghormati Keberagaman di Indonesia
Indonesia adalah negara dengan keberagaman agama dan budaya yang sangat kaya. Kebijakan pendidikan, terutama yang bersifat nasional, harus mempertimbangkan keragaman ini agar tidak memunculkan ketimpangan atau ketidakadilan.
Bagi sekolah di wilayah mayoritas Muslim, libur Ramadhan mungkin menjadi momentum untuk mendukung kegiatan keagamaan siswa. Namun, bagi sekolah di daerah terpencil yang mayoritas siswa beragama Kristen, pendekatan lain mungkin lebih relevan.
Nazira, seorang ibu di Palu yang memiliki anak bersekolah di sekolah Kristen, mengusulkan agar pemerintah memberikan opsi fleksibel.
"Mungkin kebijakan ini bisa diterapkan dengan pendekatan lokal. Artinya, sekolah-sekolah non-Muslim tetap menjalankan aktivitas belajar seperti biasa, sementara sekolah-sekolah yang mayoritas Muslim bisa mengikuti libur Ramadhan," ujarnya.
Menciptakan Kebijakan yang Inklusif
Sebagai langkah awal, pemerintah dapat mengadakan dialog dengan berbagai pihak, termasuk kepala sekolah, guru, dan komunitas lokal, untuk merumuskan kebijakan yang inklusif. Dengan mendengarkan kebutuhan dan tantangan di lapangan, kebijakan pendidikan selama Ramadhan bisa lebih responsif terhadap konteks masing-masing daerah.
Selain itu, pendekatan berbasis otonomi daerah juga bisa menjadi solusi. Dalam hal ini, pemerintah daerah diberi kebebasan untuk menentukan kebijakan yang sesuai dengan kondisi lokal.
Misalnya, di daerah mayoritas Kristen, sekolah bisa tetap beroperasi normal selama Ramadhan, sementara di wilayah mayoritas Muslim, kebijakan libur sebulan penuh bisa diterapkan.
Pada akhirnya, kebijakan apa pun yang diambil harus berorientasi pada kepentingan siswa. Dalam konteks keberagaman Indonesia, penting untuk memastikan bahwa semua siswa, tanpa memandang agama atau latar belakang mereka, mendapatkan akses pendidikan yang adil dan berkualitas.
Bagi sekolah-sekolah di daerah terpencil dengan mayoritas siswa Kristen, keberlanjutan pembelajaran menjadi kebutuhan utama yang tidak bisa diabaikan.
Dengan pendekatan yang inklusif dan fleksibel, wacana libur Ramadhan dapat menjadi kebijakan yang tidak hanya menghormati tradisi keagamaan, tetapi juga mencerminkan semangat keberagaman dan persatuan di Indonesia.
Sejarah Libur Ramadhan