Aku memahami bahwa hidupku adalah perjalanan unik yang tidak perlu dibandingkan dengan orang lain. Aku berhenti membandingkan pencapaianku dengan ekspektasi masyarakat dan menghargai kehidupan yang kujalani. Untuk bisa bertahan dari tekanan sosial, aku memulainya dengan belajar mengasah pandangan positif terhadap diri dan semakin mendekat kepada tuhan setiap harinya. Dan dari pendekatan agama inilah aku percaya bahwa aku bisa bertahan.
Aku juga belajar untuk berkomunikasi dengan jujur tentang perasaanku kepada orang-orang terdekat. Aku menjelaskan bahwa pernikahan adalah pilihan pribadi dan aku masih dalam proses menemukan pasangan yang tepat. Terlepas dari soal tantangan hidup, tujuan pernikahanku juga bukan hanya untuk sekadar nikah, tapi nikah dengan siapa dan nilai-nilai serta cara pandang tentang hidup seperti apa yang dia anut.
Aku perlahan mendapatkan dukungan dan pemahaman dari mereka. Meski diselingi dengan ejekan bercanda, tapi setidaknya mereka mengerti aku. Untuk mengatasi tekanan sosial, aku menemukan beberapa solusi konkret yang bisa kubagikan di sini berdasarkan pengaman pribadi.
1. Fokus pada Pengembangan Diri
Karena rasa ingin tahuku cukup besar dan senang mencoba hal baru, aku mulai dengan mengambil waktu untuk mengeksplorasi minat pribadi, membuat list pengembangan keterampilan baru dan mengejar tujuan pribadi yang membuatku bahagia. Contohnya: aku membeli dan membaca banyak buku yang kuinginkan tentang apapun untuk membangun kebiasaan baru. Setelah kebiasaan itu terbangun, aku mencari potensi terdekat yang sekiranya bisa dipelajari seperti menanam sayuran. Selain membuat pekarangan rumah jadi hijau dan terlihat adem, hasilnya pun menguntungkan bagiku. Aku tidak perlu mem
beli sayuran lagi dan bisa berbagi dengan tetangga. Ini tergantung keadaan tempat tinggal, jadi aku menyesuaikan hal terdekat apa yang ingin dan bisa kucapai. Maka hal selanjutnya adalah menemukan hobi baru yaitu berburu burung, dimulai dari membeli senapan angin sampai belajar cara menembak. Sampai sini, aku masih terus mencari hal baru dan menggali potensi baru untuk bisa kucoba dan kukuasai selanjutnya.
2. Membangun Jaringan Dukungan
Aku mencari teman yang juga mengalami situasi serupa. Bersama mereka, kami saling mendukung dan memahami bahwa hidup tidak selalu tentang percintaan ataupun pernikahan. Bisa berdiskusi dengan teman tentang apapun itu menyenangkan, apalagi yang punya minat yang sama. Contohnya minat terhadap buku, sastra, sejarah dan film.
3. Mengelola Media Sosial
Aku membatasi paparan terhadap konten-konten toxic dan juga tentang pernikahan yang dapat meningkatkan perasaan tidak aman. Karena aku tahu bahwa apa yang terlihat di media sosial tidak selalu mencerminkan kehidupan sebenarnya. Aku lebih sering memilih konten youtube tentang pengembangan diri, kebebasan finansial, dan sesekali kusediakan waktuku untuk konten humor.
4. Jangan lupakan liburan