Mohon tunggu...
IKHDA VIRAALKHOIRO
IKHDA VIRAALKHOIRO Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN KH.ACHMAD SHIDDIQ JEMBER

Kepribadian saya sebenarnya tidak terlalu menyukai ranah menulis maupun membaca buku ilmu pengetahuan. Namun, Disisi lain saya ingin merubah diri saya untuk menjadi orang yang suka kedua aktivitas tersebut untuk mencapai tujuan hidup dan karier saya kedepannya. Aktivitas yang saya suka dalam mempelajarai wawasan baru yakni dengan cara melihat dan mendengarkan influenzer, guru, dosen, ulama', motivator dll. yang membikin kontennya di berbagai media. Karena menurut saya itu membuat saya tampak tidak merasa jenuh. Lain halnya dengan membaca buku yang menurut saya terlalu monoton selama berjam-jam. Justru membuat saya cepat merasa jenuh dan lama untuk memahami isi materi pada buku tersebut. Sangatlah membuang-buang waktu dan tidak efisien. Oleh karenanya, saya memiliki alternatif dalam belajar pengetahuan dari video. cukup sekian. Terimakasih

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peranan Sekolah sebagai Lembaga Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian Anak

27 November 2022   20:38 Diperbarui: 27 November 2022   21:03 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3) Ajarkan anak untuk mengontrol emosinya Manusia dilahirkan dengan keadaan memiliki emosi. Namun, emosi itu terbagi menjadi 2 macam yakni emosi positif dan emosi negatif. 

Orang berubah ketika mereka menunjukkan emosi positif. Jika emosi positif yang ditujukan kepada orang lain, maka orang lain yang melihatnya akan merasa bahagia. Emosi positif ini hampir sama dengan Nafsu Mutmainnah dalam ruang lingkup pembelajaran akhlak dalam Islam. Karena sifatnya yang begitu baik dan lembut. 

Beda halnya dengan emosi negatif, jika emosi positif ditujukan kepada orang lain. Maka, orang tersebut kemungkinan ada yang merasa takut, benci ataupun sedih. Disebabkan karena sifatnya berhubungan dengan kemarahan atau prilaku buruk yang lainnya. Emosi negatif ini sama halnya dengan Nafsu Amarah dalam materi akhlak. 

Sifatnya yang buruk ini dapat menmbulkan dampak negatif diri sendiri dan orang lain. Contohnya terjadinya konflik akibat emosi yang meluap-luap dan tak terkendali. Kemudian langkah yang dapat diambil mengahadapi oranng lain yang sedang marah atau dirinya sendiri dengan cara menangkisnya melalui relaksasi, mengatur pernapasan dan menghindari situasi berbahaya.

4) Menerapkan program hukuman dan penghargaan Jika seorang anak berbuat dosa atau salah, langkah yang pertama yang dilakukan oleh guru maupun orang tua adalah jangan langsung dihukum, berilah nasehat terlebih dahulu dan kesempatan kedua pada anak untuk tidak mengulangi kesalahannya. Kemudian, berikan sebuah ancaman jika anak tersebut akan mengulangi kesalahannya untuk kedua kali dan seterusnya. Langkah yang kedua yakni jika dia melakukan sebuah kesalahan kembali maka berikan suatu hukuman sesuai dengan tingkat kesalahan dan bersifat konsisten.

5) Memperkenalkan Tuhan dan agama sejak usia dini. Hal ini menjadi tanda sebagai salah satu cara untuk membentuk karakter anak. Dengan berbekal pada ajaran agama anak menjadi paham dan mengetahui suatu hal menurut hukumnya. Sehingga, anak tersebut dapat membedakan yang baik dan hal yang buruk. Akibatnya, anak bisa selalu waspada dalam melakukan suatu hal tertentu. Karena setiap perbuatan itu pasti ada balasannya. Dan jika melanggar aturan agama pasti ada akibatnya atau mendapat hukuman dari Tuhannya.

6) Menjadi contoh pribadi yang positif. Menjadi orang tua dan guru itu tidaklah mudah karena memiliki banyak peranan yang sangat penting demi anak-anaknya tumbuh menjadi orang yang baik ke depannya. Mereka juga tidak henti[1]hentinya untuk belajar mengendalikan diri dan perilakunya dalam sehari-hati. Karena selain anak yang dituntut untuk bermoral baik, pendidik dan orang tua hendaknya memiliki kepribadian yang baik terlebih dahulu dikarenakan mereka adalah model atau panutan yang nyata bagi anak. Anak adalah peniru maka ia akan mencontoh segala perilaku, ucapan, sikap dan cara berpikir kita.

7) Mengawasi pergaulan anak. Masa kanak-kanak adalah masa dimana anak merasa senang dengan dunia bermain sambil belajar. Tempat bermain anak tidak hanya di rumah namun juga di luar rumah (seperti: sekolah dan di lingkungan rumah). Betapa perlunya aktif mengawasi anak dalam bermain dengan temannya. Karena kebanayakan baik buruknya kepribadian anak dipengaruhi oleh lingkungan bergaulnya. Jika bergaul dengan lingkungan baik, maka kemungkinan besar anak tersebut juga akan menjadi kepribadian yang lebih baik. Namun, sebaliknya jika anak bergaul dalam lingkungan yang kurang baik maka, yang terjadi adalah kemungkinan perilakunya kurang bermoral seperti gaya bicara yang kurang sopan, perilaku yang kurang pantas, lebih agresif dan selalu memiliki pemikiran yang negatif terhadap situasi dan lingkungan sosialnya. 

8) Mengawasi Tontonan Anak Dengan televisi kita dapat terhibur, belajar pengetahuan baru, mendapatkan informasi terbaru dan berita terbaru. Akan tetapi tidak semuanya boleh untuk diterima anak, seperti: sinetron, acara gosip, dan film-film dewasa atau film kekerasan tentunya akan membawa dampak negatif bagi anak kita.

9) Mengawasi teknologi internet dari anak Internet bukan lagi menjadi barang baru dan sukar untuk diperoleh. Kecanggihan komputer dan telepon genggam dapat dengan mudah mengakses internet. Harga telepon genggam pun sudah terbilang murah, sehingga banyak orang tua yang telah membelikan HP kepada anak mereka. Hal ini harus diawasi, ketika anak yang pandai dapat mengakses internet maka tidak mungkin anak tersebut akan mengakses gambar pornografi, pornoaksi, kekerasan, dan juga sekarang banyak yang kecanduan main game lewat internet. Penulis merasa anak usia dini belum perlu diberikan telepon genggam dan komputer yang dapat mengakses internet. 

Orang tua memainkan peran penting dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak mereka. Ada banyak hal yang dapat dilakukan orang tua untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak mereka. Keterlibatan orang tua dalam perkembangan kognitif anak dapat berupa menyediakan waktu yang cukup untuk belajar, memenuhi kebutuhan anak, memotivasi belajar, dan melibatkan orang tua ikut membantu dalam proses pembelajaran, ketika anak merasa kesulitan orang tua harus siaga membantunya. Perhatian orang tua juga menuntut orang tua untuk memberikan waktu yang berkualitas bagi anak-anaknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun