Kebaya kutu baru ini dulu sangat populer di kalangan simbah-simbah. Â Lhaaa simbah saya semuanya memakai kebaya jenis ini, je.
Jenis kebaya satu ini gak serta-merta makjlek turun dari langit namun ada sejarah yang melatar-belakangi keberadaannya.
Ya, kebaya kutu baru memiliki keterkaitan yang erat dengan perkembangan agama Islam dalam lingkaran kerajaan di Surakarta. Â Dulu kaum wanita di sana busananya berupa kemben atau dodot yang dipadukan dengan jarik.
Begitu ajaran Islam masuk, pihak keraton pun medesain pakaian yang lebih sopan dan tertutup sesuai dengan syariat Islam.
Tahun berganti tahun, kebaya kutu baru pun mengalami perkembangan sedemikian rupa, yang awalnya sebagai pakaian sehari-hari para wanita sampai menjadi cerminan tingkatan sosial para pemakainya yang dicirikan dari bahan kebaya serta aksesoris yang digunakannya.
Saya sendiri memiliki sejarah dengan kebaya kutu baru ini. Â Ya, saat wisuda, saya menggunakan kebaya kutu baru, itu pun dapat pinjam, haha gak modal.
Tahun-tahun itu, kebaya kutu baru tidak populer sama sekali, hanya populer di kalangan simbah-simbah dan mbokde-mbokde tukang jamu. Â Oleh karena itu, seorang teman dengan tengilnya mengatakan bahwa penampilan saya bagaikan mbokde tukang jamu.
Lha, memangnya kenapa, masalah?
Sekarang mungkin dia akan kaget bila tahu bahwa mbokde tukang jamu sudah pada pakai gamis, eh bahwa kebaya kutu baru kini menjadi salah satu jenis kebaya paling populer di negeri ini yang dipakai oleh berbagai kalangan termasuk Dian Sastro dan Maudy Ayunda.
Seiring dengan perkembangan zaman, kebaya kutu baru pun banyak mengalami perubahan baik dari bahan yang digunakan pun dari pola yang dibuat tanpa meninggalkan ciri khas aslinya berupa bef.
Selain itu tak hanya dipadukan dengan kain jarik, kebaya kutu baru modern dapat dipadukan dengan rok bahkan celana panjang.