Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Artikel Utama

Kebaya Kutu Baru, dari Simbah sampai Dian Sastro

5 September 2022   17:18 Diperbarui: 7 September 2022   18:15 2314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dian Sastro saat ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (29/7/2022). (Foto: Kompas.com/Revi C Rantung ) 

Mendiang simbah adalah orang terakhir dalam lingkaran keluarga yang memakai kebaya dalam kesehariaannya.

Ya, simbah memadukan kebayanya dengan kain batik panjang yang kerap disebut jarik, samping, atau sinjang.

Kebaya yang dipakai simbah modelnya sama semua yaitu kutu baru.  Hanya motif dan warna yang berbeda.

Simbah menjahit semua kebayanya sendiri dengan tangan.  Sebelum menjahit, simbah memotong bahannya sesuai pola.  Polanya dibuatkan oleh salah seorang keponakan yang terampil menjahit.  Lembaran pola ini terbuat dari kertas payung coklat.

Setelah bahan berbentuk pola, maka simbah pun menjahitnya.  Pertama dengan jahitan jelujur, setelah semua terjahit dan membentuk sebuah kebaya baru dijahit dengan jahitan tikam jejak.

Setiap kali menjahit kebayanya, simbah selalu ditemani lagu-lagu keroncong yang keluar dari mini componya.

Dian Sastro dengan kebaya kutu barunya|sumber: theasianparent.com
Dian Sastro dengan kebaya kutu barunya|sumber: theasianparent.com

Ada dua jenis kebaya yang kerap simbah buat, yaitu kutu baru yang memakai bef berupa tambahan kain yang menghubungkan sisi kanan dan kiri kebaya dan yang tidak memakai bef.

Akan halnya kancing kebaya yang digunakan biasanya adalah kancing cetet/jepret.

Bila pergi ke acara pernikahan atau undangan-undangan lainnya, simbah selalu memadukan kebaya kutu barunya dengan stagen, kain jarik wironan (diwiru/dilipit), selendang, selop, dan tas tangan. Penampilan simbah pun disempurnakan dengan sanggul dan tusuk konde atau bahasa simbahnya, cunduk mentul.

Kebaya kutu baru ini dulu sangat populer di kalangan simbah-simbah.  Lhaaa simbah saya semuanya memakai kebaya jenis ini, je.

Jenis kebaya satu ini gak serta-merta makjlek turun dari langit namun ada sejarah yang melatar-belakangi keberadaannya.

Ya, kebaya kutu baru memiliki keterkaitan yang erat dengan perkembangan agama Islam dalam lingkaran kerajaan di Surakarta.  Dulu kaum wanita di sana busananya berupa kemben atau dodot yang dipadukan dengan jarik.

Begitu ajaran Islam masuk, pihak keraton pun medesain pakaian yang lebih sopan dan tertutup sesuai dengan syariat Islam.

Tahun berganti tahun, kebaya kutu baru pun mengalami perkembangan sedemikian rupa, yang awalnya sebagai pakaian sehari-hari para wanita sampai menjadi cerminan tingkatan sosial para pemakainya yang dicirikan dari bahan kebaya serta aksesoris yang digunakannya.

Sumber : beautynesia.id
Sumber : beautynesia.id
Saya sendiri memiliki sejarah dengan kebaya kutu baru ini.  Ya, saat wisuda, saya menggunakan kebaya kutu baru, itu pun dapat pinjam, haha gak modal.

Tahun-tahun itu, kebaya kutu baru tidak populer sama sekali, hanya populer di kalangan simbah-simbah dan mbokde-mbokde tukang jamu.  Oleh karena itu, seorang teman dengan tengilnya mengatakan bahwa penampilan saya bagaikan mbokde tukang jamu.

Lha, memangnya kenapa, masalah?

Sekarang mungkin dia akan kaget bila tahu bahwa mbokde tukang jamu sudah pada pakai gamis, eh bahwa kebaya kutu baru kini menjadi salah satu jenis kebaya paling populer di negeri ini yang dipakai oleh berbagai kalangan termasuk Dian Sastro dan Maudy Ayunda.

Maudy Ayunda|sumber: indozone.id
Maudy Ayunda|sumber: indozone.id
Seiring dengan perkembangan zaman, kebaya kutu baru pun banyak mengalami perubahan baik dari bahan yang digunakan pun dari pola yang dibuat tanpa meninggalkan ciri khas aslinya berupa bef.

Selain itu tak hanya dipadukan dengan kain jarik, kebaya kutu baru modern dapat dipadukan dengan rok bahkan celana panjang.

Ada dua jenis kebaya kutu baru yang kini malang-melintang di dunia perfesyenan yaitu kutu baru pendek yang membutuhkan stagen dan kutu baru panjang yang tidak membutuhkan stagen sebagai penutup bagian perut.

Bahan yang digunakan untuk membuat kebaya kutu baru pun kini bermacam-macam seperti kain katun, brokat, sutra, lurik, dan jumputan.

Kini, tak sulit menemukan kebaya kutu baru karena banyak toko online yang menyediakannya dengan berbagai pilihan bahan, warna, gaya, dan tentu saja harga.  

Namun, bila ingin mendapatkan kebaya kutu batu yang berbeda dan sesuai keinginan lebih baik beli sendiri bahannya lalu setorkan ke tukang jahit atau modiste langganan.

Berkebaya tidak hanya dapat melestarikan budaya bangsa namun salah satu busana tradisional ini dapat memancarkan kesan anggun, feminim, dan elegan bagi pemakainya.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun