Mohon tunggu...
Ika Septi
Ika Septi Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Penyuka musik, buku, kuliner, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Thirty Seconds to Mars, Antara Kesuksesan, Perubahan Warna Musik, dan Kekecewaan Penggemar

27 Desember 2021   11:28 Diperbarui: 27 Desember 2021   19:47 2464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thirty Seconds to Mars | Sumber: Adhie Sathya via hai.grid

Nah, pada tahun 2014, band yang telah menjual lebih dari 15 juta album di seluruh dunia pada tahun yang sama ini membawakan ulang lagu milik Rihanna yang bertajuk "Stay."

Video klipnya yang direkam di BBC Radio 1 Live Lounge memperlihatkan tampilan Jared sebagai bintang rock namun memperlihatkan sisi lain dari dirinya yang lembut.

Album mereka selanjutnya adalah "America" yang rilis pada tahun 2018 silam dan menjadi album terakhir yang memuat permainan sang gitaris, Tomo Milicevic. Album ini memiliki sound yang lebih condong ke elektronik jadi rasanya saya kehilangan Jared yang dulu.

Sebuah film dokumenter bertajuk "A Day in the Life of America" dibuat Jared Leto sebagai pendamping album kelima ini. Film yang menggambarkan hari kemerdekaan Amerika itu ditayangkan perdana di festival film Tribeca tahun 2019.

Salah satu nomor di album ini, "Walk On Water" yang terinspirasi dari terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika kala itu memenangkan penghargaan MTV Europe Music Award sebagai best alternative.

Nah, pada tahun 2021 ini, Thirty Seconds to Mars berkolaborasi dengan Nicholas D. Miller alias Illenium membawakan lagu berjudul "Wouldn't Change A Thing" yang masuk dalam album sang DJ yang bertajuk "Fallen Embers."

"Wouldn't Change A Thing" merupakan lagu dubstep melodis dengan campuran elemen pop dan rock berbalut vokal bening Jared Leto dan sentuhan bebunyian gitar yang jernih.

Tak dapat dipungkiri, penggemar adalah salah satu kunci kesuksesan sebuah band namun Thirty Seconds to Mars nyatanya pernah membuat para penggemarnya merasa bahwa band ini tak lebih dari sebuah bisnis atau merek.

Ya, semua tentang uang. Situs fashion milik sang vokalis dengan item-item yang ditanda-tanganinya membuat para penggemar secara tak sadar mengeluarkan uang lebih demi merasa dekat dengan band.

Memang tak ada yang salah dari itu karena uang memang sangatlah penting untuk bertahan. Penjualan merchandise dan tiket konser kiranya tak selamanya memenuhi ekspektasi mereka. Tapi ya jangan gitu-gitu amat, masa minta oret-oretan tanda-tangan aja musti bayar, eh.

Selain itu, Jared Leto pun memanfaatkan VyRT, situs online streaming yang didirikannya untuk menayangkan pertunjukan bandnya secara berbayar per-tayang. Hal ini kadang membuat penggemar kecewa karena koneksi yang buruk akibat padatnya lalu-lintas orang yang mengakesnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun