Masuk SMA, saya harus naik angkot dua kali atau satu kali angkot dan satu kali bis kota. Letak SMA saya agak lebih jauh dari SMP. Dulu kan belum ada sistem zonasi, jadi milih sekolah yang favorit dong asal sesuai dengan NEM.
Saat kuliah, angkot yang dinaiki bertambah jumlahnya, bisa 3 sampai 4 kali sesuai dengan rute yang diinginkan. Bila naik bis, naik angkotnya cukup 2 kali saja.
Angkot kampus merupakan angkot yang paling purba mungkin datangnya dari zaman Megalitikum, etapi banyak memorinya, dah kayak daun pisang. Berbody besar dengan pintu di belakang yang mana merupakan spot favorit banyak orang.
Malesinnya bila akan melewati tanjakan, kadang ada drama mogoknya segala. Semua orang pun terpaksa turun dan sebagian diminta menjadi kuli dorong, Pak supir sih enak nyetirin sambil cekikikan.
Saat kerja saya masih menggunakan angkot dong. Ada satu trayek angkot yang armadanya sedikit tapi peminatnya membludak untuk jam-jam tertentu.
Alhasil para penumpang pun dipadatkan bagai pindang. Di depan kadang diisi 4 termasuk supir. Kadang juga ber-5 kayak anggota New Kids On The Block.
Di belakang lain lagi, yang biasanya 7-5 (versi saya sih 6-4) bisa jadi 7-6-3-2. 7 penumpang di nganan, 6 di ngiri, 3 di lorong, dan 2 di jok artis.
Terkadang ada yang ngegantel di pintu, 2 sampai 3 orang. Pernah juga ada yang sampai naik ke atap, dah kayak bobotoh Persib kalau mau nonton bola di Jalak Harupat.
Untungnya, naik angkot ini hanya pulang ngantor, itu pun bila tak ada tebengan atau tidak dapat angkot rute satunya. Kebayang kan kalau naiknya pas berangkat, minyak wangi seember kayaknya gak bakal bersisa secara angkot ini bolak-balik pasar induk.
Ngomong-ngomong tentang jok artis. Jok ini memaksa saya tetap 'stunning' di antara berbagai macam gangguan seperti pantat panas akibat bergolaknya mesin kendaraan, tajamnya lutut penumpang lain, dan kata "punten lungsur heula" dari Pak Supir. Yaaa, namanya juga jok artis, di mana semua tatapan tertuju ke arah dia yang ada di sana.
Salah satu hal yang bikin muntab kala naik angkot adalah asap rokok. Ya, gak penumpangnya gak supirnya, hobi banget berasap. Harusnya sih orang-orang seperti ini dikirim ke tempat yang sering ada kabut asapnya, biar puas gitu uyel-uyelan dengan asap.