Ia pergi, meninggalkan berjuta caci maki dan membawa serta rasa benci.
Kei urung menyalakan laptopnya.
***
Suasana taman sore itu tak seramai biasanya yang membuat Kei bisa berlama-lama disana, menikmati sore yang berselubung mendung. Selama 4 tahun ini ia tak pernah absen untuk duduk di kursi itu. Sabtu sorenya selalu ia habiskan disana, sendiri atau pun ditemani Ryu. Namun tidak sore ini Ryu urung datang karena ada tugas mendadak dari produsernya.
Suara notifikasi di ponselnya membuat Kei tergoda untuk membuka akun medsosnya. Lini masanya dipenuhi dengan kisah-kisah kehidupan teman-temannya dengan kebahagiaannya masing-masing.
Kei tersenyum kecut, jarinya berhenti menggulung layar ketika ia melihat sebuah postingan temannya yang mendadak membuat jantungnya berdegub kencang. Awalnya ia ragu untuk menyentuhkan ibu jarinya, namun akhirnya ia menyerah.
Gambar diam itu kini mulai bergerak.
Suasana terlihat syahdu. Kerlipan cahaya yang berasal dari beribu lilin dan korek api yang dinyalakan terlihat begitu indah mengiringi petikan sebuah gitar akustik dan disambut oleh suara lembut Ren.
Â
Ingatkah kau akan masa itu
Saat kita selalu bersama